jangan lupa vomment
***
"Sudah Elraga, Bapak sudah putuskan, Elraga. Kalau, basket sudah dibubarkan saja. Bapak tidak melihat perkembangannya sama sekali. Nanti di lapangan, biar Bapak benamkan saja gawang tanam sekalian. Soalnya, ring sudah tidak dipakai lagi."
"Pak, tolong beri saya kesempatan, Pak."
"Kesempatan apa, Elraga. Basketnya sudah kandas, namanya sudah rusak sejak kamu kelas sepuluh... sudah dua tahun, Elraga."
Kini, Elraga menangkupkan kedua tangannya. "Tolong Pak, sebentar lagi. Beri saya kesempatan untuk memberikan Bapak kepercayaan."
"Sampai kapan? Lagian juga, basket terus stagnan, Elraga. Tidak ada perkembangannya sama sekali!"
Elraga terdiam. Seketika, ia teringat akan saran Kal ketika di kelas tadi. Dengan mantap, Elraga menjelaskannya. "Beri kami waktu, Pak. Kami akan berikan yang terbaik. Sebab, telah dibuka pendaftaran perlombaan basket tingkat provinsi, Pak. DBL namanya.
"Maka dari itu, Pak. Saya, sebagai ketua basket akan meminta perizinan Bapak untuk memberikan kami waktu, Pak." Elraga menelan ludahnya. Dia tidak pernah mengucapkan kata ini. Tapi, dia paham situasinya. "Saya... mohon, Pak."
Ruangan itu sekarang membisu.
"Saya ada buktinya, Pak." Elraga membuka ponselnya yang berlogo apel, kemudian memberikannya kepada kepala sekolah. "Ini adalah kesempatan emas, Pak. Untuk mengangkat derajat basket SMA Arubuana. Atau bahkan, SMA Arubuana itu sendiri, Pak."
"Enggak mungkin. Kamu gak bakalan bisa, Elraga. Sekolah kita udah ketinggalan jauh."
Elraga terdiam. Kenapa kepala sekolah bukannya mendukung, malah meremehkan?
"Lagi juga, persiapan lomba itu jauh. Kamu perlu yang namanya pelatih. Sekolah perlu mengeluarkan dana lagi, astaga! Mana lagi, belum tentu basket kamu menang. Di samping itu juga, kamu sudah kelas dua belas! Bayangkan, gimana nanti masa depan kamu. Kamu ini nanti mau jadi apa, hah?!"
Napas Elraga menderu-deru.
"Eskul tetap saya bubarkan—"
"Bapak kenapa mainnya selalu sepihak sih, Pak? Saya juga sudah jabarkan bagaimana perlombaannya, tingkat provinsi, Pak! Se-Jakarta. Saya mau membangun citra sekolah SMA Arubuana lagi, Pak! SAYA BERDEDIKASI UNTUK SEKOLAH, PAK."
PLAK!!!
Sialan, ini adalah tamparan kesekian yang Elraga terima.
"JAGA UCAPAN KAMU!"
Meskipun Elraga dibalut dengan anger issue. Tapi setidaknya ia masih memiliki akal untuk tidak mengobrak-abrik ruangan kepala sekolah, maupun kepala sekolah itu sendiri. Dia masih batas ambang kesabarannya. Meski, sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Teen FictionBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...