39. Kepergian Kal

30 5 0
                                    

            Kal diantar pulang oleh Elraga dengan motor kesayangannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kal diantar pulang oleh Elraga dengan motor kesayangannya itu. Sepanjang perjalanan, ada banyak sekali angin yang menerpa wajah Kal, menerbangkan rambut hitam legamnya. Kal tersenyum bahagia, dahulu, ketika di Surabaya, dia tidak pernah diizinkan untuk naik motor. Sebab, menurut papanya, lebih aman jika naik mobil.

Yah, setidaknya, sekarang Kal bisa merasakannya.

"Kal."

"Apa?"

"Gue ada sulap."

"Coba!"

Elraga menyentak motornya, membuat Kal dengan segera melingkarkan tangannya pada pinggul Elraga. "EL! IH JANGAN GITU!"

Sementara, Elraga malah tertawa-tawa dengan tangan kirinya yang menarik tangan Kal untuk bertempel pada perutnya yang keras itu. Lalu, dengan ibu jarinya, dia mengelus punggung tangan Kal perlahan.

Hal itu, sangat nyaman.

Merasa tidak mau kalah, sekarang Kal menempelkan dagunya pada pundak lebar Elraga sambil memejamkan matanya dan berbisik, "Gue seneng banget!"

Jangan tanya bagaimana Elraga sekarang. Jantungnya berdentam dengan keras, pundak Elraga merasa geli, tapi dia juga merasa senang. Kupu-kupu terbang dan hinggap di dalam perutnya itu.

Dan malam itu pula, mereka saling membagi kebahagiaan yang mereka punya, pada puing-puing kehidupan mereka yang tersisa.

***

Kal kini pulang, dia terduduk di ranjangnya sambil menatap buku pelajaran. Tetapi, pikirannya masih saja berkelana ke manapun ia. Terutama pada Elraga yang hendak melaju ke tiga besar. Dia merasa, tugasnya akan selesai. Setelah penantian panjang, akhirnya dia dapat membayar rasa bersalahnya kepada Elraga, dengan cara membantu menggapai mimpinya.

Entahalah, Kal merasa senang. Di satu sisi juga... dia merasa telah jatuh cinta kepada Elraga. Meski, intuisinya mengatakan untuk tidak jatuh cinta kepadanya. Karena... sesungguhnya ia akan menjadi malapetaka. Tapi, secara rasional, Kal pikir, tidak ada salahnya juga, kan? Dia hanya menyukainya, mengaguminya...

Mencintainya.

Perlakuan Elragra yang kelewat manis, membuat Kal ingin terus bersamanya. Sekarang, Kal berpikir. Haruskah Kal mengakui kesalahannya dulu? Kalaupun iya, kapan?

Sekarang, Kal berpikir. Dia tidak akan pindah lagi ke Surabaya. Dia akan terus bersekolah di sini. Sampai lulus. Dan tepat, di hari mereka lulus dan hendak berpisah, Kal akan mengirimkan secarik surat, yang nantinya akan Elraga baca. Dan... Kal sudah lunas.

Lagipula, Kal kan sudah membayar rasa bersalahnya lewat basket, bukan? Yang... sebentar lagi, semuanya akan selesai.

Kringgg...

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang