"HAI GUYS," sorak Aldi ramai di ambang pintu kelas. Sekiranya, sekarang sekelas menatap padanya. Di kelas XI SOS 4, memang Aldi yang selalu mencairkan suasana. Entah dari amukan guru, ataupun perseturuan temannya satu sama lain. "GUE DAPET KABAR BARU LOCH!!!"
"BU HERA GAK MASUK!!!! MAMPUS, MTK JAMKOS LUMAYAN SEJAM HAHAHAHAHA. GUE BELOM NGERJAIN TUGAS SOALNYA, SENENG BANGET SIAL."
Seketika, sekelas memekik heboh.
"YES, ANJIR TU GURU KENAPA EGO, GA MASUK?!" sang ketua kelas, Arya, bertanya.
"GATAU, JATUH DARI MOTOR KALI," balas Aldi.
"Cocote!" tegur Reno dari bangku belakang. "Jahat banget anjir mulut lo. Tapi ya, dia juga jahat sih."
Kini, Aldi terduduk di barisan kursi belakang. Terduduk bersama kawanan lainnya. Reno Putra, Elraga Harjojo, Algra Hadiraja, dan juga Gerald Octovian. Teman-temannya dari kelas sepuluh yang setia sekali.
Aldi jadi teringat masa-masa kelas sepuluh, di mana dia baru bergabung dengan basket.
Waktu itu, basket sangat ramai peminatnya. Baik sepak bola, maupun basket, mereka sama-sama bersaing dalam penorehan prestasi di sekolah. Anggotanya juga sangat amat banyak, dan Aldi ingat sekali, mereka penuh akan semangat.
Setiap latihan, hampir seluruh anggota rajin mengikutinya. Dan basket juga sering mengikuti perlombaan, entah antar sekolah, ataupun perlombaan bertingkat. Pernah sekali menembus hingga tingkat kabupaten, tapi mereka kalah di sana. Sehingga, mereka gagal menembus provinsi.
Tapi setidaknya, waktu itu, siswa-siswi SMA Arubuana masih sangat antusias akan basket. Dan Aldi, tidak khawatir akan masa depan eskul basket nantinya. Karena, dia melihat banyak sekali potensi dari teman-teman seangkatannya.
Aldi ingat sekali waktu itu. Dia minder. Dibanding seluruh teman-temannya, hanya dia yang tidak bisa bermain. Tetapi, saat itulah awal ia kenal dengan Elraga. Sosok populer dari dahulu, yang jago bermain basket, dan rendah hati kepada anggota basket lainnya.
Hanya kepada anggota basket.
Aldi melihat Elraga yang sangat bahagia waktu itu.
Tapi sialnya, ketika kakak kelas mereka, ketua basket waktu itu, Chandra, tersandung kasus narkoba.
Sialnya, hal itu membuat citra basket SMA Arubuana yang tengah berkembang menjadi carut marut, rusak. Seketika, eskul basket kehilangan kredibilitasnya. Dan sekolah jarang—atau bahkan tidak pernah—memberikan fasilitas, ataupun informasi perlombaan seperti sedia kala lagi.
Karena, Aldi pikir, sekolah sudah kecewa.
Dan hal itu, membuat banyak sekali anggota basket keluar satu persatu. Entah larangan dari orang tua mereka, takut anak-anaknya mengikuti jejak Chandra—tersandung kasus narkoba, ataupun bagi mereka, ikut basket tidak ada manfaatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Fiksi RemajaBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...