31. Dukungan Kal

20 6 0
                                    

Kini, tim basket SMA Arubuana masuk ke lapangan bersama dengan tim basket SMA Daloga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini, tim basket SMA Arubuana masuk ke lapangan bersama dengan tim basket SMA Daloga. Mereka akan bertanding lima lawan lima. Elraga sudah siap. Dia melihat lawannya, dan menilai jika... ah, mereka tak akan sesusah itu untuk dilawan.

Mereka berbaris dalam satu garis, menghadap ke tribun dengan wasit di antara mereka. Kemudian berfoto sebentar dan saling bersalaman satu sama lain hingga akhirnya menuju ke formasi masing-masing. Tujuh pemain duduk di kursi cadangan, dan sisanya berada untuk bertanding.

Elraga memindai tribun, tidak ada seseorang yang dia cari. Perempuan dengan daya tariknya, yang membuat Elraga tersihir seketika. Kini, dia merasa jatuh, dan lemas begitu saja. Dia melihat ke sisi lapangan, hanya ada Coach Ali dan tujuh pemain cadangan lainnya di sana.

Mata mereka saling bertabrakan, Coach Ali mengangguk, meyakinkan Elraga, yang Elraga balas dengan anggukan.

Seketika, Elraga teringat pengorbanan Coach Ali. Pada mulanya, dia tidak ingin menjadi pelatih basket SMA Arubuana. Alasannya, dia sudah dipinta oleh sekolah lain. Tapi ketika Elarga membujuknya, tak selang lama, Coach Ali bersedia meninggalkan sekolah sebelumnya, dan melatih basket SMA Arubuana.

Babak pertama pertandingan dimulai.

Basket itu terdiri atas empat babak, yang tiap babaknya berdurasi sepuluh menit. Sementara, berdasarkan kualifikasi NBA, dua belas menit. Dan Indonesia menggunakan peraturan FIBA. Di mana, tiap babaknya berdurasi sepuluh menit, dengan jeda waktu istirahat sepuluh menit lamanya.

Elraga dengan hati yang kosong mulai bertanding. Jantungnya berdegup kencang melihat lawannya. Meski baginya tak seberapa, tapi tetap saja yang namanya kompetisi itu selalu menegangkan.

Lagi pula, di sisi-sisi tribun, terlihat SMA Daloga yang memiliki banyak sekali supporter. Mereka menyanyikan yel-yel dan juga berteriak dengan kencang, menyemangati para pemain. Sementar aitu, ketika Elraga melirik ke arah tribun kiri, tidak ada sama sekali yang menyemangati SMA Arubuana.

Meskipun dirinya juga sudah disemangati oleh Kal, tapi semua rasanya kurang.

Dia minder.

"El!" teriak Reno dari sampingnya yang kemudian Elraga oper bola itu. Tapi sayangnya lemparan itu terlalu tinggi, sehingga tidak tertangkap oleh Reno dan out.

Gerald menggeleng-geleng, dia menyeka keringat di dahinya. Melihat tribun, dan memahaminya sekarang.

Gak ada Kal di sini.

***

"Aduh, kok Elraga jadi gitu, sih?" keluh Melina. "Gue jadi pesimis, bakal menang ga ya sekolah kita?"

"Jangan gitu oon! Nanti kalah beneran gimana?" sanggah Tara.

Sementara, Kal memperhatikan pertandingan itu dengan risau. Pertandingan berjalan sudah lima menit lamanya, dan skor mereka timpang. 15-6. Dan SMA Arubuana kalah sekarang.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang