27. Elraga dan Dipendam

22 8 0
                                    

Malam itu, Kal didatangi lagi kesempatan untuk kedua kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Kal didatangi lagi kesempatan untuk kedua kalinya. Seakan-akan semesta mengilhaminya sebuah jalan, jalan perjuangan yang panjang. Kal tahu, Elraga menganggap basket adalah rumahnya, impiannya, dan teman sekaligus dunianya. Dunia yang tidak akan pernah runtuh sekalipun.

Kal paham betul, setelah perkataan Tara di ambang pintu, hatinya terketuk untuk dibuka, membiarkan Elraga masuk dan singgah, demi tujuannya semata. Dan dengan ini, keputusannya sudah jelas. Dia tahu, di mana dia harus berhenti, dan menganggap tujuannya sudah selesai. Yakni, mengantarkan Elraga, hingga basket SMA Arubuana naik dan terang benderang lagi.

Rengkuhan itu membawa Kal ke dimensi lain, sebuah dimensi baru yang Kal sendiri tidak bisa jabarkan bagaimana. Tapi, satu hal yang dia tahu, dimensi itu sangat nyaman. Kal rasanya siap untuk singgah di sana seumur hidupnya, dalam dimensi rengkuhan Elraga.

"Makasih, Kal. Makasih udah maafin Elraga," bisiknya lembut sambil mengelus punggung Kal. "Meski... gue tau, Elraga gak bisa dimaafkan. Tapi, Elraga berterima kasih, Kal."

Kal tersenyum dalam rengkuhan itu. "Iya, El. Tapi gue berharap, lo gak begini lagi ya?" Kal menarik diri, menatap Elraga dengan sayu, sementara kedua tangannya, tanpa sadar bertengger di pipi-pipi halus Elraga. "Atur emosi lo, kemarahan lo. Gue tau, menjadi pengidap anger issues emang berat, tapi, gue minta lo atur, ya? Udah ke psikolog?"

"Gak perlu," jawabnya yakin. "Karena, hanya dengan lo, gue seakan-akan bisa sembuh, Kal." Elraga menyelipkan beberapa helai rambut Kal ke belakang telinganya.

Kal tersenyum, dalam hatinya ada yang bergejolak tak keruan.

Sementara itu, jantung Elraga berdegup kencang. Karena, dia melihat lagi binar mata menawan Kal. Hatinya berdesir tak keruan, dengan perasaan yang melambung tinggi.

Elraga kini tersenyum. "Dua hari lagi gue DBL, sekarang gue mau sparing lagi. Lo mau ikut?"

"Gue gak bisa. Gue udah capek banget, gue mau tidur. Maaf ya."

"Bukan salah lo, Kal. Jangan minta maaf."

Kal tersenyum. Andai dia tahu...

"Gue mau sparing, nih. Lo gak mau ngapain gitu?"

"Lah, ngapain? Gue kan mau tidur. Dah bye."

Kal berbalik, tapi tangannya langsung ditarik oleh Elraga. Menyebabkan Kal berputar dan kini dia berhadapan dengan Elraga dengan jarak yang terkikis hingga, tubuhnya menempel dengan Elraga, merasakan degup jantung Elraga yang kencang. Kini, dua insan itu saling bertatapan, menggerus malam.

Kal dapat melihat binar mata Elraga yang teduh begitu menatapnya. Ada sebuah kegetiran, yang perlahan-lahan luruh tiap dia melihat Kal. Dan itu, membuat jantung Kal berdegup dengan kencang. Sejujurnya, dia khawatir akan perasaannya sendiri. Ada benih perasaan yang tidak dapat dia jelaskan tumbuh berkembang, sementara ada satu hal lain yang mengganjalnya.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang