Sore ini, dari lantai dua, Elraga memperhatikan lapangan yang sekarang dipijak lagi oleh anak-anak basket penerusnya.
Di bawah pimpinan Jega, semuanya terlihat sangat produktif. Terlihat mereka sedang berlari mengitari lapangan, dengan seorang pelatih di tengah-tengahnya.
Jelas, itu bukan Ali.
Sebab, Ali sudah luput jauh dalam ingatan, dan benaknya. Hanya tersisa ukiran kenangannya saja.
Elraga tersenyum, membayangi perjuangannya dulu di sana. Berlatih bersama Reno, Aldi, Algra dan juga Gerald, berdebat hingga mereka semua mengatakan, "Cabut" tepat ketika perlombaan sebentar lagi dimulai.
Semua itu dengan jelas membekas di benak Elraga.
Tapi sekarang, perjuangannya terbayar. Dia merasakan haru dalam hatinya, begitu melihat basket telah produktif kembali. Dia telah berhasil.
Terkadang, dia masih tidak bisa membayangkan ketika keajaiban mengelusnya, lewat Zega yang membuktikan sebuah kecurangan. Dia masih tidak bisa percaya ketika dia bisa menembus tiga besar dan meraih juara pertama, mengalungkan medali emas, dan juga membawa piala yang tinggi.
SMA Arubuana telah bangkit kembali.
Singa yang tertidur itu kini terbangun dan mengaum kambali.
Elraga merasa bangga.
Kini suara derap langkah menghancurkan lamunannya.
Kal.
Gadis itu tersenyum sambil menatap ke arah lapangan. "Selamat ya, kamu berhasil banget bangun mimpi kamu, El. Aku ikut bangga.
"Oh ya, ada apa El manggil ke sini?"
Elraga menatap ke arah Kal dengan tatapan teduhnya.
Disinari matahari sore, kulit Elraga nampak keemasan, dengan mata tajamnya yang menatapnya teduh sungguh amat sangat menawan. Menembus ke dalam relung hatinya. "Gimana jawaban kamu?" tanya Elraga.
Kal terdiam.
"Aku gak suka digantungin, Kal." Kedua tangan Elraga kini bertengger pada rahang Kal. "Kalau misalnya kamu gak suka, atau gak mau. Kamu bilang aja sekarang, aku bakal terima dan jauhin kamu mulai dari sekarang, Kal. Karena... aku gak mau ganggu kamu." Ada gurat pasrah di dalam mata tajamnya itu.
Kal masih terdiam.
"Jujur, aku lebih terima kamu tolak aku mentah-mentah daripada harus digantung kayak gini, Kal. Jadi, ayo bilang, Kal," Elraga menarik tangannya, dan ia merunduk. "Gue siap denger semuanya. Dengar penolakan lo."
Tangan Elraga mengepal kuat.
Kal menatap rambut Elraga.
"El..."
Elraga diam.
"Dari awal gue ketemu sama lo, gue gak ada niatan sama sekali untuk suka sama lo, El. Gue cuma mau bantu lo, dan menuntaskan rasa bersalah gue, El. Itu aja, gak lebih dari apapun itu, El."
Saking kuatnya mengepal, tangan Elraga gemetar sekarang.
"Tapi, di tengah-tengah, gue malah merasa ada rasa suka yang melanda gue. Rasa cinta. Gue gak tau, gue harus merutuki nasib ini atau mensyukurinya, El. Karena dengan segala perlakuan lo, sejujurnya itu membuat gue luluh, El.
"Tapi balik lagi, gue ke sini cuma mau nuntasin rasa bersalah gue, El."
Kal menghela napasnya. "Tapi terlepas dari itu semua, gue mau bilang kalau..."
"Kalau?"
"Kalau gimanapun juga gue suka sama lo, El. Gue siap jadi pacar lo."
Elraga yang merunduk pasrah kini langsung menatap Kal dengan tatapan terbelalak tidak percaya, mulutnya menganga, kemudian sebuah senyuman terukir indah di wajahnya. Cahaya matahari senja membuatnya semakin berkilau.
Beberapa detik kemudian, Kal ditarik dalam pelukannya.
Kedua insan itu saling merasakan degup jantung satu sama lain.
"You're mine now, Kal."
"You're mine now, Elraga."
Elraga kini menarik dirinya dari pelukan itu, dan dia berteriak ke arah lapangan basket, "SHE'S MY LADY NOW!!"
Seketika, semua orang yang tengah berlatih basket menatap dua insan itu di lantai dua. Kal dan Elraga.
Serentak, semuanya berkata, "CONGRATULATIONS!!!"
Elraga menatap senyuman indah perempuan itu, Kalamanda. Kalamanda Hartono, yang sekarang menjadi miliknya. "I love you so much, more than I can describe, Kal."
Kini keduanya saling berpelukan, dan saling menyadari bahwasanya mereka berdua saling memiliki.
Elraga sekarang paham esensi hidup, kenapa dia harus ada di dunia sementara jika dia hidup hanyalah cobaan dan banyak luka?
Jawabannya adalah, mereka adalah komponen yang membuat hidup menjadi lebih bermakna akan hal-hal sederhana.
Sesederhana Elraga yang menatap senja bersama orang yang ia cinta.
Kalamanda.
TAMAT
***
yaa guyss, ini beneran endingnya. gimana, kalian suka gakk? happy ending kan :p
janlupa tinggalin jejak kalian yhh!!
masih ada satu bonchap kok, tenang
see you on next chapter,
bu bye :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Teen FictionBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...