38. Elraga dan Kal

19 9 0
                                    

Kal kini pulang, pikirannya kalut dengan pernyataan cinta Elraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kal kini pulang, pikirannya kalut dengan pernyataan cinta Elraga. Dan sialnya... Kal juga demikian. Dia merasa jatuh cinta kepada Elraga.

Tapi, tidak seharusnya seperti ini.

Kal menatap kosong pada buku pelajaran di depannya, tidak tahu harus melakukan apa. Andaikan Elraga tahu... pasti dia marah besar, kata cinta itu akan luput dari hidupnya. Dia akan mengalami kecewa yang sungguh besar, sungguh.

Kini, dering telepon menghancurkan lamunannya. Dia melihat dari siapa panggilan telepon itu.

Mama.

Kal angkat telepon itu, menempelkan ponselnya pada telinganya. "Halo, Ma?"

Kemudian, yang terdengar adalah suara desuk panik, kemudian suara panik mamanya terdengar. "Halo, Kal?"

"Ya, Ma. Ada apa?"

"Kal, papa masuk rumah sakit. Kondisinya semakin gawat. Kamu kapan pulang?"

Pikiran Kal kini bertambah lagi satu. Terpaksa, dia harus menolaknya lagi. "Maaf, Ma. Kal gak bisa pulang. Di sini, sekolahnya sibuk banget. Kal aja baru pulang sekarang," bohongnya.

"Iya, Kal. Yaudah, kabarin mama kalau mau pulang, nanti mama beliin tiket. Pulang ya, Kal. Secepatnya."

"Iya, Ma."

Dan entah kenapa, mulai dari sini, dia mencium penyesalan yang akan berlanjut lagi.

***

"Kal," panggil Zega.

"Hm?"

"Gue mau nanya," katanya. "Basket diadain di mana perlombaannya, gue mau dukung."

"Lo mau dukung, apa mau cari ribut?"

"Serius, gue mau dukung." Tekad Zega mantap. "Gue emang suka berselisih sama dia. Tapi itu dulu, sekarang beneran dari dalam hati gue, gue mau dukung basket SMA Arubuana. Di mana, Kal?"

Kal memberi tahu lokasinya. "Semoga lo gak berantem sama Elraga, di sana."

Zega tersenyum. "Enggak, tenang aja."

Iya, sejak Zega ditolong oleh Elraga, dan mengetahui sedikit masalahnya, Zega menjadi bersimpati pada cowok itu. Zega sangat berterima kasih kepada Elraga, sebab, dia tidak bisa membayangkan jika malam itu, ketika dia mabuk, Elraga tidak membawanya ke rumahnya...

Mungkin saja dia terkapar di jalan, ditemukan polisi, dan diberikan sedikit sanksi. Dan hal itu jelas mengundang kemarahan ayahnya, yang notabenenya polisi berpangkat tinggi.

Tapi, karena Elraga, malam itu, Zega aman. Dia dapat menghindar dari amukan ayahnya.

Dan sampai sekarang, rasa terima kasih, dan juga kagum masih terselip padanya.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang