12. Keresahan Kal yang Akan

32 11 0
                                    

            Akhirnya, setelah berjalan-jalan keliling Jakarta, Kal diantar pulang lagi di depan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah berjalan-jalan keliling Jakarta, Kal diantar pulang lagi di depan rumahnya. Masih dengan perlakuan yang sama, Elraga turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Kal turun.

"Makasih ya, Elraga."

"Makasih juga, Kal. Informasi yang lo kasih, benar-benar berguna buat gue."

"Lo cinta banget ya sama basket."

Elraga tersenyum. "Iya."

"Hati-hati di jalan, El. Gue masuk dulu, bye!"

Elraga kini kembali pulang, mengendarai mobilnya, dengan perasaan berbeda yang... entah tidak bisa dia jelaskan sama sekali.

***

Malam itu, Elraga pulang.

Sekelibat, dia meliaht rumahnya yang gelap dan juga suram. Padahal, rumah itu besar. Rumah Elraga bergaya modern dengan pagar kayu tinggi menutupinya. Di garasi, dia memarkirkan mobil Pajero Sport-nya.

Perlahan, dia masuk ke dalam rumahnya yang gelap. Dan nasib buruk nampaknya sudah ada di depan matanya.

Di sana sudah ada Aris yang sudah menunggu kedatangan Elraga. Layaknya macan, yang siap menerkam mangsanya.

"Bagus, dari mana aja kamu?" tanyanya dengan tatapan nyalang, tangan terlipat dan juga dagu yang naik.

"Keluar sebentar."

"Sebentar apanya!?" bentak Aris. "ELRAGA, SAMPAI KAPAN KAMU MAU BEGINI?"

Elraga diam saja. Dia mau tidur, tidak mau berdebat panjang dengan Bapaknya. Dia mau beristirahat. Apalagi, besok dia akan latihan basket. Dia mau merawat tubuhnya... setidaknya, dia tidak mau terkena cambukan—

PLAK!!!!

Tamparan itu kerasnya bukan main, bahkan membuat Elraga terjatuh ke samping. Pipinya kebas, berdenyut-denyut, dan juga sakit. Elraga hanya bisa merintih lemas, tidak berdaya.

Sekelibat, dia melihat tumpukan kertas Bapaknya yang penuh akan coretan.

Kini, kerah Elraga diremas oleh kedua tangan Bapaknya, membuat Elraga terangkat. "KAMU ITU SUDAH BESAR, ELRAGA. PAHAMI DONG, NURUT SAMA SAYA!!! DASAR BERENGSEK!!!"

BUGH!!!

Elraga ditonjok lagi, yang membuat, sedikit pandangannya memburam.

"Pak," tutur Elraga lemas. "Bapak kalau misalnya stress sama pekerjaan Bapak, jangan lampiasin ke Elraga, Pak. Elraga capek, Elraga sakit. Cambukan Bapak bekasnya belum kunjung hilang, Bapak udah tambah yang baru. Sakit, Pak. Sakit.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang