25. Hilang Fokus

32 9 0
                                    

Pagi itu, Elraga langsung dihadang Zega di lapangan dan ia langsung dibawa menuju gudang sekolah di area belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Elraga langsung dihadang Zega di lapangan dan ia langsung dibawa menuju gudang sekolah di area belakang. Di sana, hanya ada mereka berdua. "Jangan ke mana-mana dulu, gue mau klarifikasi."

Elraga mengernyitkan dahinya. "Apa, lo mau klarifikasi apa? Lo mau jelasin ke semua orang, kalo bokap gue abusif, iya?! Atau lo mau jelek-jelekin gue sekarang, di atas nasib gue yang ga seberuntung lo, punya bokap yang penyayang, iya? Lo ga pantas buat sejajar sama gue, bokap gue abusif, gue broken home, gue disiksa tiap hari. Mending lo pergi sekarang. PERGI ANJING!"

Zega terdiam. Dia mengepalkan tangannya sebagai bentuk kesabarannya. Dia tidak mau membandingkan nasib hidupnya dengan Elraga. "Bukan Kal yang kasih tau."

Elraga menganga, kemudian gelak tawa terdengar dari mulutnya. Gelak tawa yang dipaksa, menggema hingga sepenjuru lapangan. "HAHAHA, APA?" Seketika, kerah Zega langsung dicengkeram lagi. "Lo gak usah ngada-ngada, bangsat. Mereka doang yang tahu rahasia gue. Temen-temen gue, dan Kal. Dan sejak Kal gue kasih tau rahasia itu, lo langsung tahu.

"Emang Kal yang kasih tau. Dibayar berapa lo ama dia? Gue tau dia tajir, gue paham banget. Sampe bisa sumpal mulut si anak polisi, HAHAHAHHAA!!!"

PLAK!!!!

Elraga ditampar keras, hingga kepalanya pening. "TAMPAR TERUS, TAMPAR. LO GA TERIMA FAKTANYA KAN, EMANG LO DISUAP SAMA DIA, ANJING!!!"

"DENGERIN DULU CERITA GUE, BARU TARIK KESIMPULANNYA!"

"JELASIN!" Elraga melotot mantap, dengan rahangnya yang terkatup keras. "Jelasin sekarang ke gue, anjing!"

"Waktu pulang dari rumah lo, gue sebenarnya belom pulang. Motor yang ada di depan rumah lo waktu itu, ternyata bukan ojek gue. Jadi, gue terpaksa menunggu di teras depan rumah lo.

"Dan di saat itu juga, gue dengar perseturuan hebat antara lo dan bokap lo. Entah lo yang diduga ikut mabok sama gue atau apa, gue gak tau. Di teras itu juga, sambil nungguin ojek, gue denger banget pembelaan lo, yang selama ini gak ditanggapin sama bokap lo. Gue denger banget. Dan sisanya ada percakapan antara lo... disuruh susul bokap lo. Bokap lo dua?"

"Shit!" Elraga menyumpah serapah.

"Gue gak tau masalah lo. Entah suruh susul, ataupun bokap lo yang sekarang. Tapi gue dengar jelas banget, kalo lo dipukulin sama dia. Suara debuk, suara banting semuanya terdengar sama gue.

"Maaf, El. Di teras itu, gue sengaja dan mengendap-endap lihat lewat jendela besar rumah lo, ada apa antara lo sama bokap lo. Dan sisanya, gue cuma bisa lihat lo yang lagi ditonjokin, kemudian... ditinggalin gitu aja dengan kondisi pilu, dan lo nya juga nangis.

"Gue berhutang sama lo. Gue mau balas budi lo karena lo udah nolongin gue malam itu. Bokap gue polisi, dan gue bisa jerat bokap lo—"

"Cukup." Elraga menatap tajam Zega. "Gak usah dilanjut. Lo gak usah sok baik dan," Elraga meremas lagi kerah Zega kuat-kuat. "Sampai rahasia ini kebongkar, kesebar. Abis lo sama gue."

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang