29. Setinggi Lakers

21 7 0
                                    

Sepiring nasi goreng itu menjadi saksi bisu kepergian El meninggalkan mamanya sendirian di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepiring nasi goreng itu menjadi saksi bisu kepergian El meninggalkan mamanya sendirian di dapur. Dia hendak menaiki tangganya, hingga mamanya menarik tangannya. "Dengerin mama dulu, El."

Elraga mengempaskan tangannya, hingga mamanya bahkan terjatuh. Sejujurnya, ada bayangan rasa bersalah di dalam hatinya, apalagi melihat mamanya yang terjatuh karenanya. Tapi, dia sudah kecewa. Bertahun-tahun ia menimbun rasa kecewanya, dan sekarang bertambah. Sekalinya ia ingin menjalin hubungan baik, tapi mamanya seakan-akan lari darinya. Apa mamanya sudah benci kepadanya?

"El, dengerin mama—"

"Mama egois."

Sisanya, Elraga kembali masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan mamanya yang berderai air mata.

***

Hari H DBL.

Pagi ini, Elraga dan teman-temannya, serta tim cadangan telah berkumpul di sekolah. Tim cadangan itu ada tujuh orang, mereka menunaikan kewajiban mereka. Hanya setor muka di perlombaan, mereka tidak ikut latihan, dan juga permainan. Karena, bagaimana lagi? Ini kan satu-satunya cara. Sebab, tidak ada siswa SMA Arubuana yang tertarik dengan basket lagi sebab kredibilitasnya yang buruk.

Di sini, coach Ali memberikan arahan, dan juga nasihat. "Pokoknya, kerahin kekuatan kalian sekarang, sebisa kalian, semampu kalian. Kepala sekolah kalian gak minta macem-macem, janjinya cuma kita bertahan beberapa round di DBL, gak sampe final. Kepala sekolah cuma mau nama kita terpampang, dan bertahan aja. Gak melaju sebagai pemenang. Kalian harus bisa melawan mereka."

"Siap, Coach."

"Pokoknya goodluck buat kita. Bagaimanapun juga, hasil perlombaan kalian adalah bukti bagaimana kalian dalam latihan, dan juga kerjasama. Coach mengharapkan yang terbaik untuk kalian semua. Semoga, basket SMA Arubuana naik dan melambung tinggi lagi, seperti sedia kala."

"Iya, Coach."

Mereka sudah mengenakan jersey kebanggan mereka, yang bertuliskan nama masing-masing anggota di punggung belakang. Mereka akan berangkat menggunakan mobil van yang sudah disediakan sekolah. Setelah Elraga berdebat dan bernegoisasi, kepala sekolah memberikan fasilitas mobil van untuk mereka berangkat.

Kepala sekolah bilang, "Kalau kalian gak bertahan di DBL, alias di babak pertama kalian langsung kalah, mobil van ini bakal jadi tanggungan kamu ya, biayanya."

"Siap, Pak."

Elraga siap membayar mobil van itu. Ah, bagi dia itu sama sekali tidak mahal. Lagian juga, sebenarnya dia bisa saja memabawa anggota basketnya dengan mobil Alphard-nya, atau dengan Vellfire-nya Algra. Tapi, Elraga akan mengusahakan mobil sekolah saja.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang