Jangan tanya apa kondisi Elraga sekarang, dia mematung. Rasanya bagaikan tersambar petir, ketika matahari sedang terik-teriknya di siang hari. Sekujur tubuhnya merinding, tubuhnya gemetaran dengan hebat, disusul matanya sekarang memburam, meloloskan cairan kristal bening yang membasahi pipinya.
Pikirannya berkelebat antara banyak hal, perasaan-perasaan masa kecilnya, lagu-lagu favoritnya, dan juga papanya... semuanya menyatu hingga padu, dia tidak tahu bagaimana kehidupan bisa memutarbalik dirinya sedahsyat ini. Kal, orang yang dia cintai, ternyata adalah gerbang kehidupan melaratnya.
"K-Kal...," tuturnya lemas sambil meremas surat itu. "Kal...."
Dia tidak berdaya, seketika itu pula, dia langsung terbaring lemas ke samping bagaikan patung yang didorong. Pikirannya berkelebat pada masa-masa yang lalu, kedekatannya, dan juga dialog-dialognya kepada Kal.
Kal tersenyum dalam rengkuhan itu. "Iya, El. Tapi gue berharap, lo gak begini lagi ya?" Kal menarik diri, menatap Elraga dengan sayu, sementara kedua tangannya, tanpa sadar bertengger di pipi-pipi halus Elraga. "Atur emosi lo, kemarahan lo. Gue tau, menjadi pengidap anger issues emang berat, tapi, gue minta lo atur, ya? Udah ke psikolog?"
"Gak perlu," jawabnya yakin. "Karena, hanya dengan lo, gue seakan-akan bisa sembuh, Kal." Elraga menyelipkan beberapa helai rambut Kal ke belakang telinganya.
Enggak, bukan. Kal adalah sumber kemelaratannya, sumber kesakitannya selama ini. Entah kenapa, seketika seluruh tubuhnya berdenyut-denyut kesakitan. Hatinya meneriakkan luka yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya, luka teramat dahsyat.
Kelebat pikiran dan perasaannya dengan Kal menjadi satu padu yang tidak bisa dia deskripsikan bagaimana rasanya. Menciptakan tanda tanya besar, dan dia harus seperti apa? Melaporkannya kepada polisi? Bersikap baik kepada Kal? Sementara, dialah yang menghantarkan hidup Elraga pada jurang yang tak berdasar.
Tubuhnya seakan-akan berteriak, "Jangan maafkan dia, dialah penyebab aku disiksa selama ini." Sementara itu, lain dengan hatinya, "Maafkan dia, sebab dia, aku terbuka kembali."
"Lo mau sembuh ga?"
"Mau."
"Makanya diem."
"Tapi, dengan liat lo, nyatanya gue udah sembuh."
Enggak, dia adalah sumber penyakit dari semuanya. Jurang kegelapan Elraga.
Sekarang dia merasa pasokan oksigen merasa kurang dan tipis begitu saja, membuat dadanya sesak setengah mati. Tanpa dia sadari sendiri, dia tengah tersedu-sedu. Meratapi kehidupannya yang berputar-putar tak berarah, berakhir melukainya hingga dia sekarat.
Kenapa? Kenapa hidupnya harus keras seperti ini? Barangkali ada jawaban, dia akan cari ke manapun.
Andai saja hidupnya tidak seperti ini, dia pasti akan jauh lebih bahagia. Tidak ada luka yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Fiksi RemajaBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...