6. Elraga dan Dompet

48 16 3
                                    

            "Eskul basket akan dibubarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eskul basket akan dibubarkan."

Elraga mematung seketika. Sekujur tubuhnya merinding, matanya membulat. Dia tidak percaya apa yang didengarnya. Satu-satunya rumah yang dia singgahi telah hancur berkeping-keping. Teman-temannya, impiannya, gengsinya, semua hancur.

"Bukan bermaksud apa-apa, Elraga. Tapi, Bapak tidak melihat keefisienan dari basket. Lagi juga, memang sudah diujung tanduk. Tidak ada anak-anak yang berniat mengikuti eskul basket. Pula, tidak ada prestasi yang ditorehkan sejauh ini, Elraga."

Kepala sekolah itu tersenyum. "Jadi, kamu umumkan ya ke anggota-anggota kamu kalau, basket dibubarkan."

Elraga tidak menerimanya. "Tidak Pak! Jangan dibubarkan, Pak. Karena, saya sebagai ketua, menjamin Pak, basket akan terus berjalan, Pak. Nyatanya, akhir-akhir ini, kami rajin mengadakan kegiatan latihan, Pak!"

"Tidak Elraga, itu hanya internal. Sangat tidak efisien. Lagian, kamu latihan doang tanpa ada hasil, buat apa?"

"Pak, tolong beri saya kesempatan, Pak. Pasti Pak, kami akan memberikan yang terbaik."

BRAK!

"ELRAGA, SUDAH. BASKET AKAN DITUTUP. TIDAK ADA PRESTASI DARI SANA. LEBIH BAIK DIBUBARKAN SAJA. LAGI JUGA, TIDAK ADA MANFAATNYA DARI KALIAN. TIDAK ADA YANG BERGABUNG. HANYA ADA NAMA BURUK DI SANA, AIB BAGI SEKOLAH. PAHAM KAMU?"

Elraga tidak terima. Kini dia balas menggebrak meja itu, dan berdiri, mensejajarkan dirinya dengan Pak Herawan.

BRAK!!!

"BAPAK TAU APA, PAK? SIAPA YANG SELAMA INI SELALU MENGALIHKAN FASILITAS DAN DANA UNTUK BASKET PAK?! BAHKAN, BOLA KAMI YANG SUDAH KEMPES, KAMI TIDAK MENDAPAT GANTINYA. PADAHAL, SAYA SUDAH AJUKAN PENGGANTIAN BOLA BERKALI-KALI. TAPI BAPAK BILANG TIDAK ADA GUNANYA!

"BAPAK BILANG ESKUL BASKET ITU AIB. TAPI, KETIKA SAYA MAU MEMBANGUN CITRA BASKET LAGI, BAPAK TIDAK MEMBERIKAN FASILITASNYA. COBA, LIHAT, PAK! RING BASKETNYA SAJA MULAI RUSAK, LAGI DAN LAGI SAYA AJUKAN PERMOHONAN UNTUK PENGGANTIAN, BAPAK MENOLAKNYA."

PLAK!

Sebuah tamparan keras mengenai pipi lebam Elraga. Karenanya, dia menoleh ke samping sambil Elraga memejamkan matanya. Menahan rintihan kesakitan karena lebamnya yang kini semakin berdenyut-denyut.

"Jadi, kamu bisa bilang ini semua ulah Bapak, begitu!?"

"Saya gak bilang begitu. Tapi kalau Bapak mengakuinya, sebaiknya bapak introspeksi diri saja terlebih dahulu."

Kepala sekolah itu sekarang terengah-engah napasnya. Matanya memerah marah dengan dadanya yang kembang kempis.

"Mulai dari sekarang, basket saya bubarkan!"

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang