18. Open Arms

40 10 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jantung Kal kini berdegup dengan amat sangat kencang. Perasaanya terbang, dan perutnya seketika dipenuhi oleh kupu-kupu. Samar-samar, ia dapat mencium aroma parfum Elraga yang manis itu menguar, sementara, Elraga terus menangis dalam dekapannya.

Kal menjadi bertanya-tanya, mengapa dia malah merasakan euforia di dalam dirinya begitu Elraga menariknya sementara dia Elraga menangis pada Kal. Sekelibat, Kal berpikir jika dirinya jatuh cinta pada Elraga. Tapi, dia menggeleng, dia pasti berpikiran terlalu jauh.

Sedu sedan Elraga menggetarkan perut Kal karena suara beratnya.

"Gue rindu banget sama Papa. Gue butuh dia, Kal," gugunya sementara dia terus mendekap Kal tanpa melepasnya. Sementara itu, Kal mulai menepuk-nepuk punggung Elraga dengan prihatin.

Kal bisa merasakan bagaimana mendungnya dunia Elraga yang selama ini dia tempati. Dunia yang gelap gulita, penuh akan sebuah ancaman yang bisa menerjangnya, dan Elraga bisa mati kapan saja.

Sementara itu, jauh di dalam lubuk hatinya, Kal merasa amat sangat bersalah. Dia mengelus rambut hitam Elraga halus. Sementara, matanya yang dibanjiri air mulai memandang ke arah langit.

Angin, bawalah rasa bersalahku serta merta dengan pedihnya Elraga terbang menderu, ke belahan dunia, ke sisian, dan ke persimpangan manapun ia. Jauhkan perasaan itu dari kami, bawalah ia bersama debur pantai, retih api, dan gersak daun. Aku tak kuasa.

Kini, mereka terduduk kembali di kursi tanam yang mengarah pada Kota Jakarta Selatan.

"Maaf ya, Kal." Elraga mengusap air matanya dengan punggung tangannya. "Si cengeng ini perlu nangis di depan lo. Lo harusnya bisa langsung pergi tadi."

Kal tersenyum. "Enggak boleh gitu, Elraga." Kal kini menyeka sisa air mata yang berada di sudut mata Elraga. "Menangis ga selamanya lemah. Menangis hanya dilakukan oleh orang-orang yang kuat. Karena, mereka bsia lawan pikiran orang, mereka bisa menentang pikiran orang jika menangis itu lemah. Mereka kuat, lo kuat, El."

Elraga mengernyitkan keningnya.

"Kata-kata yang gak bisa lo jabarkan, perasaan yang gak bisa lo jelaskan, semua bakal tumpah lewat air mata lo, El. Dan, kalau lo tahan, kata-kata itu akan menggema pada diri lo sendiri, menambah beban pikiran lo kedepannya." Kal tersenyum, kini dia mengusap rambut Elraga. "Anytime, if you need a place to share, here I'm, Elraga."

Elraga tersenyum, kini mendekapnya lagi. "Thank you so much, Kal."

Gue gak bisa berlaku apa-apa, selain menjadikan gue rumah untuk lo, El.

"Kal, gue boleh minta satu permintaan?"

"Boleh."

"Tolong, jangan pernah kasih tau siapapun masalah gue menangis, dan masalah... bokap gue. Karena, cuma teman-teman terdekat gue yang tahu perihal ini, Kal." Elraga tersenyum. "Dan lo salah satunya sekarang."

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang