Hari Minggu ini, Elraga meminta Kal untuk menemaninya.
Tak ada alasan bagi Kal untuk menolaknya. Karena, sedari awal, inilah tujuannya. Kal masih tidak mengetahui, di mana ia akan dibawa, dan juga apa yang Elraga sendiri akan lakukan nantinya.
"Kal, besok temenin gue, ya?" tutur Elraga di ujung sambungan telepon mereka.
"Ke mana?"
"Rahasia. Pokoknya, lo bisa, ya?"
"Iya, bisa." Kal tersenyum.
"Coba tebak, gue bawa mobil atau motor?"
Cih, Kal benci situasi seperti ini. Dari pertanyaan Elraga, seakan-akan semua perempuan itu sama saja, mata duitan! Padahal, Kal tidak begitu. "Gue gak suka pertanyaan lo, kesannya kayak menggeneralisir kalo semua—"
"Gue bawa mobil atau motor?"
"Mobil."
"Okay."
Mobil Elraga sudah berada di depan rumah Kal. Satu hal yang Kal sukai adalah perlakuan kecil Elraga, seperti dia membukakan pintu untuk Kal sebelum dia masuk ke dalam mobil.
Mobil yang Elraga bawa hari ini berbeda dengan yang kemarin-kemarin. Honda Civic, Kal tahu dengan jelas. Begitu Elraga masuk dan duduk, dia menatap Kal lama dengan tatapannya yang teduh. "Makasih banyak ya, Kal."
"Makasih buat?"
"Makasih buat ada. Makasih buat mau ikut, makasih buat segalanya." Elraga tersenyum.
Kal sejujurnya bingung depan perkataan Elraga. Elraga kemudian berfokus pada setirnya kembali, dengan lagu Payphone yang mengisi kekosongan mereka. Sore ini, jalanan Jakarta terlihat cukup lenggang. Sehingga, mobil yang dikendarai Elraga bisa melesat cepat, membelah kota Jakarta dengan begitu mudahnya.
Sinar senja sore menyinari semua bagian kota. Gedung-gedung tinggi merefleksikan cahaya kekuningan dari matahari terbenam. Elraga melirik sebentar, dan dia membuka sunroof pada mobilnya.
Dengan jelas, Kal dapat melihat burung-burung yang berterbangan di langit sore Jakarta.
"Kita mau ke mana, El?"
"Sore itu selalu indah, ya? Lo setuju, gak?"
"Kita mau ke mana, El?"
Elraga diam saja, tersenyum, sambil bersenandung lagu Payphone. Di sini, Kal menelisik wajah Elraga, ada yang berubah darinya. Tatapan matanya, kerapuhannya hilang. Gurat-gurat wajahnya sekarang seakan-akan menjelaskan bebannya yang sedang terangkat. Dia nampak amat sangat bahagia, Kal turut senang karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]
Fiksi RemajaBasket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang telah redup sebelum-sebelumnya. Bersama dengan Kalamanda, si murid baru, semuanya terasa mudah bagi...