42. Cabut

27 4 5
                                    

Elraga keluar dari ruang BK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elraga keluar dari ruang BK.

Iya, setelah perkelahiannya tadi, dia dan Reno dipanggil ke sana. Diberikan nasihat dan juga wejangan, yang membuat mereka terduduk selama satu jam penuh. Kini keduanya keluar dari ruang BK secara bersama-sama.

Reno terlihat masih murka dengan Elraga. Dia melangkahkan kaki lebih cepat dan lebih dulu, sehingga dia berjalan jauh di depannya. Elraga tidak peduli. Dia juga masih marah, masih sebal. Masih dendam pada dunia.

Maka dari itu, pergilah dia ke lantai tiga. Duduk di rooftop dan memandangi belitan jalan di Kota Jakarta.

Dia masih teringat dialog-dialognya dengan Kal wkatu itu, ketika dia menceritakan semua masalah hidupnya. Ketika dirinya menjadikannya Kal sebagai rumahnya, dan ketika perasaannya mulai muncul kepadanya. Dia teringat itu semua dengan jelas, bagaikan kaset yang diputar mundur.

Tapi, bagaimanapun, Kal telah menghianatinya. Elraga merasa, semuanya telah pecah.

Harapannya, perasaannya, teman-temannya, semuanya telah pecah.

Kini, dia berteriak, "KALAMANDAAAA!!!!"

***

Rasanya, ada teriakan yang tebersit di dalam hatinya, memanggil namanya dan membuatnya tersentak dari lamunannya. Seketika, ada keputusan bulat yang tercetak jelas di dalam benaknya, jika dia akan kembali ke Jakarta.

"Ma, aku mau balik ke Jakarta."

"Kamu gak jadi sekolah di sini aja, Kal?" tanya mamanya.

Kal menggeleng. "Kan itu pilihan Kal kemarin. Kal harus bertanggung jawab, kan, sama pilihan Kal sendiri? As mama told me."

Mamanya tersenyum sambil mengelus puncak kepala Kal. "Iya, betul. Kamu harus bertanggung jawab. Yaudah, kamu mau kapan ke sana?"

"Lebih cepat lebih baik, Ma. Kal udah kelas dua belas, harus belajar di sana, biar lolos ujian."

"Iya, Kal."

***

"Mel Mel," panggil Algra. "Mau nanya dong."

"Apa, Gra?"

"Kal ke mana, deh?"

Seketika raut wajah Melina langsung terlipat. "Gak tau."

"Dih kok cemberut, sih?!" tanya Algra sambil mencolek pipi Melina. "Kan cuma nanya."

"Siapa sih yang cemberut?!" Melina memberengut kesal. "Udah, ah! Gue gak tau Kal di mana."

Tanpa aba-aba, Algra menopangkan dagunya pada bahu Melina dan berbisik, "Gue emang nanyain Kal, bukan berarti gue suka sama dia, Mel.

"Karena, perasaan gue kan cuma buat lo aja."

Melina menahan senyumnya. Sementara itu, Algra, di sebelahnya menangkupkan kedua tangannya di atas punggung tangan Melina. "Ya, Mel, ya?"

"Ih apaan sih, jangan kayak gini dong!" Melina mendorong Algra agar tidak bertopang dagu padanya. "Kalo jantung gue tiba-tiba copot gimana?"

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang