20. Elraga dan Kemenangannya

31 8 0
                                    

            "Elraga, lo lebam-lebam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Elraga, lo lebam-lebam..."

Elraga menunjukkan jempolnya. "Sesuai prediksi. Tidak meleset."

"Prediksiin dong basket kita menang apa enggak, kan prediksi lo ga meleset," cetus Aldi.

"Um, basket, ya jelas la kita menang! HAHAHAHA."

Kondisi Elraga sekarang kalau dilihat-lihat cukup... mengenaskan. Di wajahnya terdapat lebam kebiruan yang sedikit terlihat, sementara sudut bibirnya dialiri darah tipis yang mengucur.

"Gue mau ke UKS ah, sebelum si rese masuk." Elraga berdiri. "Nanti kalo misalnya Bu Hera masuk, bilang aja gue lagi sakit ya! Ni buktinya!" Elraga menunjuk wajahnya sendiri, kemudian meninggalkan kelas.

***

Kelas Kal sekarang sedang ada pelajaran, dengan gurunya yang pergi entah ke mana.

Yah, di kursi belakang, Kal malah mengobrol dan tertawa cekikikan bersama teman-temannya. Begitulah, Kal bukanlah tipikal cewek yang ambis, tapi nilainya selalu memadai. Bagaimana bisa?

"Permisi?"

Sekelas serentak menoleh kepada cowok di ambang pintu. Elraga.

"Iya, ada apaan El?" sahut salah satu siswa.

Elraga masuk ke dalam kelas. Begitu tepat di depan papan tulis, dia berdeham, "Jadi begini, dengan adanya gue di sini, gue mau panggil Kal—"

"CIEEEE KAL!!!!"

Semuanya bersorak heboh, apalagi teman-temannya. Sementara, Kal hanya bisa diam malu. Andai ia bisa melihat dirinya, pasti pipinya sudah kemerahan sekarang.

"Kebetulan, sekarang juga lagi gak ada guru, kan?" tanya Elraga sambil berjalan ke arah Kal. "Jadi, Kal gue pinjem dulu ya, semuanya. Makasih." Tangan Elraga ditepis oleh Kal.

"Sayangnya, gue gak mau."

"Sayangnya, gue ga menawarkan pilihan dari awal."

Sial, sekarang terdengar dengan jelas suara jeritan di kelas itu.

Kal hanya bisa terdiam mematung sementara dia diseret ke UKS oleh Elraga.

"Apaan sih, El? Lo mau apa, dan ke mana sih?"

"Gue mau ke mana aja, yang penting asal sama lo."

Di satu sisi, Kal merasa senang karena, dia telah berhasil memposisikan diri sebagai rumah bagi Elraga. Nyatanya, setelah acara-acara kemarin, dan juga perlakuannya sekarang, dia telah nyaman menceritakan semua keluh kesahnya kepada Elraga.

Tapi, di satu sisi lain, Kal khawatir. Ia khawatir akan dirinya sendiri, yang kapan saja, bisa jatuh kepada Elraga.

"Ribet, gausah sekarang juga, sih. Gue lagi belajar."

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang