46. Tujuan

24 5 7
                                    

Elraga membuka amplop itu, berisikan dua lembar kertas yang kini menguning, dengan tulisan autentik yang ia kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elraga membuka amplop itu, berisikan dua lembar kertas yang kini menguning, dengan tulisan autentik yang ia kenal... tulisan papanya.

Papanya?!

Papanya mengirimkan surat, apakah papanya masih hidup?!

Elraga bentangkan surat itu dengan tangan gemetar. Dia gelagapan menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Sial, entah kenapa ada harum papanya yang begitu menguar dengan kuat, membuatnya rindu akan sosok papanya.

Dan ia pun mulai membaca surat itu.

Kepada, anak papa yang ganteng.

Elraga Harjojo.

Raga, mungkin dewasa kelak kamu bertanya, kenapa surat ini bisa sampai ke tangan kamu? Surat usang apa ini? Kenapa dikirimkan ke kamu, apakah ini salah alamat, atau bagaimana?

Raga, tapi biarkan papa jelaskan semuanya, ya?

Kamu duduk yang tenang, tarik napas dalam-dalam. Surat ini akan sampai ketika papa sudah enggak ada. Ketika Raga sudah tumbuh dewasa, menjadi laki-laki yang kuat, yang hebat, yang papa cintai sepenuh hati pokoknya.

Bagaimana kabar kamu Raga? Apa segalanya berjalan lancar? Kalau tidak, maafin papa, ya? Mungkin karena kepergian papa, semuanya jadi kacau balau seperti ini. Kamu gak seharusnya memikul itu semua, Ga. Tapi takdir sudah menuturkan garisnya, jadi papa bisa apa?

Yang ikhlas ya, Ga. Papa tahu dengan jelas, kamu pasti kuat menghadapi ini semua, Ga.

Tapi kalau kamu bahagia, papa akan sangat senang. Karena, sebagian dari bahagianya Raga, itu bahagia papa juga. Setuju?

Papa tulis ini ketika papa masih di Roma. Kota yang indah. Ini adalah bentuk kerinduan papa sama kamu. Kamu lagi apa? Main basket ya, pasti? Gak apa-apa, kembangin ya, papa suka liat Raga main basket. Soalnya menurut papa, Raga cocok sekali. Tubuh kamu kan tinggi, berisi dari kecil. Ganteng juga. Pasti kamu disukain banyak cewek.

Raga, pasti lagi main gitar ya? Mama bilang demikian, soalnya. Diliat-liat, kamu punya darah seni juga. Nanti kalau papa pulang, mainin papa lagu ya?

Kalau papa masih diberi waktu buat ketemu kamu.

Raga. Papa ini pengidap penyakit komplikasi. Papa sengaja sembunyiin ini, lama sekali. Entah dari kamu, ataupun mama kamu. Kamu banyak-banyak minum air putih, as papa told you usually. Karena, papa gak mau kamu kena penyakit ginjal kayak papa. Itu juga jadi alasan, kenapa papa selalu antusias ajak Raga main basket. Biar tubuh kamu sehat, gak kena penyakit kayak papa. Ya Raga, ya?

Karena sesungguhnya manusia itu hanya bsia berusaha, dan Tuhan yang menjawabnya.

Selama ini, papa diam sama mama, ataupun sama kamu. Karena, papa gak mau buat kalian khawatir. Sungguh, papa gak mau. Papa gak mau ngerusak kebahagiaan kalian. Papa tau bagaimana mamamu yang selalu khawatir, ataupun kamu, yang nanti gak bisa ketawa-tawa lagi di rumah sakit.

Sepucuk Surat untuk Elraga [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang