🐨 Lebih baik begini?

1.3K 136 2
                                    

Hembusan angin menerpa wajah cantik milik Kim Junkyu. Helaian rambut panjangnya yang diurai terlihat begitu indah ketika tersapu oleh angin.

Namun, nyatanya perasaan wanita itu tak seindah kelihatannya. Ia kini berdiri di atas atap gedung dengan mata bengkak dan hidung memerah akibat terlalu banyak menangis.

Ditatapnya perkotaan yang terlihat jelas dari atas gedung berlantai 20 ini.

Indah.. namun menyakitkan.

Junkyu kembali menitihkan air mata. Ia merogoh saku celana jeans nya dan melihat kertas pipih yang terdapat dua garis merah disana.

Ia benci pada dirinya, ia menyesal telah mengecewakan keluarganya, ia ingin menyerah dan ia ingin mengakhiri semuanya.

Junkyu kembali menatap langit cerah di siang yang terik ini. Gadis berambut coklat itu tak tau harus mengatakan apa pada kedua orang tuanya. Ia takut, ia benci melihat tatapan kecewa dari mereka seperti saat ia turun peringkat di sekolah.

Junkyu merasa tak pantas bertemu kedua orangtuanya lagi, ia adalah anak yang tidak berguna.

"Nak, mama ga tau sekarang harus apa. Mama ingin memberitahu kakek dan nenekmu soal kehadiranmu, namun mama takut, mama khawatir mereka akan bersikap sama seperti ayahmu."

Junkyu mengelus perut ratanya dengan penuh kasih sayang

"Mama ga siap jika harus kehilangan dirimu nak"

Junkyu mengintip ke arah bawah melalui pagar pengaman di atas gedung.

"Tinggi juga ya, kira-kira kalau jatuh sakit ga ya? Bisa langsung mati ga sih?" Monolog Junkyu

"Nak, kamu ga keberatan kan kalau mati bareng sama mama?"

"Keberatan"

Tubuh Junkyu menengang seketika. Ia hapal betul siapa pemilik suara ini. Suara yang tak ingin ia dengar nyatanya kini berada di dekatnya entah bagaimana ceritanya

"Kim Junkyu, turun!"

Junkyu turun perlahan dari kursi usang yang ia pijak barusan. Dengan malas ia berbalik badan, dan menatap pria tampan yang selama ini menjadi kekasihnya

"Ngapain lo kesini?" Ujar Junkyu dengan ketus, membuat Haruto mengernyit

"Lo?"

"Kenapa?"

"Aku-kamu, bukan lo-gue"

Junkyu merotasikan bola matanya malas. Kepalanya sudah pening sedari tadi, dan kini ia juga harus bertemu dengan sumber masalahnya? Ah menyebalkan

"Kamu ngapain kesini?"

Haruto berjalan mendekat ke arah Junkyu, memakas jarak diantara keduanya.

"Aku khawatir sama kamu"

"Ga perlu. Aku baik-baik aja"

"Baik-baik aja? Bahkan tadi kamu berniat mengakhiri hidup, Kim Junkyu"

"Ck, kamu ga mikir apa? Aku begini karena kamu. Ga usah sok peduli deh, kamu cuma cowok brengsek yang ga tau malu. Sekalian aja kita akhiri hubungan kita Haru, agar aku bisa mencari lelaki yang lebih baik dari pada kamu"

"KIM JUNKYU!"

"Apa?"

"Jangan pernah berfikir untuk pergi dari aku, kamu cuma milik aku, Junkyu"

"Hahaha lawak. Kamu meng-klaim jika aku milikmu? Tapi kenyataannya aja kamu menolak kehadiran buah hati kita. Ini lebih baik Haruto. Aku ga akan bilang ke orang tua aku kalau kamu yang hamilin aku. Jadi, urusan kita berakhir disini" ujar Junkyu dengan suara bergetar menahan tangis

Haruto menatap Junkyu dengan lekat, sebelum akhirnya ia memeluk Junkyu dengan erat.

Junkyu hendak memberontak, namun tubuhnya justru terdiam membeku, membuat Junkyu semakin membenci situasi ini.

"Maafkan aku Junkyu. Aku tidak seharusnya berbuat begini. Aku mencintaimu, sungguh. Aku hanya terkejut tadi hingga tak dapat berfikir jernih. Kumohon jangan meninggalkanku, Junkyu"

Air mata kembali luluh dari kedua mata cantik Junkyu. Kata-kata Haruto selalu saja bisa meluluhkan hatinya, sekalipun ia telah membangun benteng tinggi nan kokoh di dalam sana.

"Ayo kita memulai hidup baru bersama Junkyu. Ayo kita membangun keluarga kecil yang bahagia. Aku berjanji akan bekerja keras untuk keluarga kita. Aku mencintaimu"

"Haru... " Junkyu semakin mengeratkan pelukannya pada pria tinggi itu. Ia menyerah saat ini.

Tidak ada salahnya untuk memberi kesempatan kedua bukan?

.......

Junkyu menatap ragu ke arah sebuah ruko yang ada di pasar Bahagia.

Berbagai barang-barang serta kebutuhan pokok sehari-hari terlihat memenuhi toko, dan disana terdapat sepasang sumi istri yang sibuk bekerja.

"Ayo" Haruto menggenggam tangan Junkyu untuk memberinya keyakinan

Junkyu mengangguk ragu, lalu mereka berjalan beriringan menuju ke ruko yang terdapat tulisan UD.KIM itu.

"Ma.. Pa.." ujar Junkyu dengan lirih

"Eh, Junkyu Haruto, ada apa nak, tumben kalian menghampiri kami disini?" Tanya ibu Junkyu yang sudah tentu mengenal Haruto.

"Kami mau bicara sebentar tante"

Wanita yang merupakan ibu Junkyu, Kim Jisoo namanya mengernyit heran meihat wajah serius dari sepasang kekasih itu.

"Oh, Haruto Junkyu. Kebetulan sekali kalian kesini." Sapa Suho yang baru saja selesai mengecek karung beras

"Ada apa ayah?" Tanya Junkyu

"Ini, tadi temanmu menitipkan surat ini. Katanya itu undangan dari pihak kampus. Kalau tidak salah, itu kampus impianmu kan Kyu?"

Tubuh Junkyu terasa melemas. Ayahnya terlihat sangat bahagia begitu pula dengan dirinya. Namun kini keadaannya berbeda.

Haruto yang melihat wajah berseri Suho dan Jisoo membuatnya menjadi merasa teramat bersalah. Junkyu seharusnya memiliki masa depan yang indah.

"Oh iya, kalian mau bicara apa tadi? Serius sekali kelihatannya" tanya Suho

"Om, kami mau menikah" ucap Haruto dengan yakin

"APA? Jangan bercanda Haruto, kalian baru saja lulus SMA. Setidaknya tamatkan dulu pendidikan kalian" ujar Suho menasehati

"Papa.. Mama.. Kyu minta maaf" air mata lagi-lagi jatuh dari pelupuk mata Junkyu, entah sudah berapa kali ia menangis hari ini.

"Kyu, ceritain ini sebenarnya kenapa?" Jisoo mulai angkat bicara lagi

"Junkyu hamil tante. Di dalam sana, ada anak saya"

"Apa?" Pekik Jisoo tak percaya

Bughhh

"Sialan, beraninya kau merusak putriku! Kau pantas mati Haruto"

Haruto jatuh tersungkur ke jalanan dengan Suho yang terus menghujamnya dengan pukulan.

"Papa berhenti!" Teriak Junkyu dan Jisoo yang mulai panik

Beberapa orang yang kebetulan ada di pasar segera membantu memisahkan mereka berdua.

"Pa, jangan membuat keributan disini. Ayo kita pulang dan bicarakan ini baik-baik" ujar Jisoo menenangkan suaminya

Junkyu segera membantu Haruto berdiri. Ia meringis dikala melihat luka di wajah Haruto yang disebabkan oleh ayahnya sendiri.

"Ayo pulang!" Ucap Suho dengan dingin

.
.
.
.
.
.

925 word

Lanjut atau engga nih?

Aku mulai kehilangan kepercayaan diri menulis 🤧

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang