🦋Mengapa secepat ini?

732 74 10
                                    

(BACA PART SEBELUMNYA DULU YA!)

.

..
Hari masih gelap, bahkan burung dan ayam masih menikmati tidur mereka. Namun, Haruto telah terbangun, bahkan sudah berkutat dengan berbagai alat masak di dapur sana.

Berulang kali ia melihat video tutorial memasak di youtube, bahkan untuk sekedar menggoreng nuget saja ia harus melihat caranya. Bagaimanapun ini pertama kalinya bagi pria itu.

Haruto lantas menatap bangga pada hasil kerja kerasnya, hingga beberapa kali ia mengambil gambar melalui ponselnya "Junkyu, kalau kamu udah sadar nanti, kamu pasti bangga sama aku" ucapnya percaya diri seraya menutup kotak makan berwarna pink milik sang putri.

Ya, sedari tadi Haruto sibuk menyiapkan bekal untuk anak sematawayangnya yang hari ini akan menjalani hari pertama bersekolah di sekolah dasar. Tentunya sebagai sosok ayah siaga, Haruto tak akan membuat putrinya kecewa. Meski beberapa kali tangannya terkena cipratan minyak panas.

"Lho Haruto, kamu udah bangun? Pagi banget" Lisa nampak menuruni anak tangga sambil mengucek mata. Bahkan baju tidur masih melekat di tubuhnya, menandakan bahwa wanita itu baru saja bangun tidur.

"Iya ma, lagi buatin sarapan dan bekal buat Eunsa" jawab Haruto yang lantas kembali sibuk menata sarapan di atas meja makan

Lisa nampak memicingkan matanya, merasa ragu akan hasil kerja putranya yang bahkan tak pernah memasak seumur hidupnya "Biar mama coba dulu, mama ga mau kalau cucu mama keracunan karena masakan kamu"

Haruto hanya mendengus sebal, lantas mempersilahkan sang ibu untuk mencicipi masakannya.

Dengan ragu, Lisa mulai mengambil sesuap nasi goreng yang terlihat menggiurkan itu, lantas dimakannya secara perlahan. Ia bahkan sudah bersiap untuk memuntahkan makanannya ketika lidahnya mulai mendefinisikan rasa. Akan tetapi sampai kunyahan ketiga, tak ada rasa aneh justru semakin lama malah semakin enak "Haru kok enak?"

"Tuh, mama sih ga percayaan. Haru tuh pinter masak tau ma"

Lisa hanya mengangguk setuju. Setidaknya, putranya itu punya satu hal baik dalam dirinya.

"Haru.." panggil Lisa membuat Haruto yang sedang mencuci piring lantas menoleh "Kenapa ma?"

"Kondisi Junkyu gimana?" Wajah Haruto nampak berubah sendu. Hari ini Junkyu akan dioprasi, mengingat hal itu membuatnya kembali khawatir

"Masih belum ada progress ma. Sekarang Junkyu akan menjalani operasi, semoga saja semua akan baik-baik saja" Lisa mengusap punggung putranya "Kamu yang sabar ya, mama yakin Junkyu pasti akan sembuh, karena dia adalah wanita yang kuat"

Haruto mengangguk lemah, lantas memeluk ibunya erat "Makasih ma"

"Ya udah sekarang kamu mandi sana, biar mama yang ngurus Eunsa. Kamu berangkat pagi kan?" Tanya Lisa yang mendapat anggukan dari Haruto

"Iya, aku titip Eunsa ya ma"

"Iya. Lagian Eunsa itu cucu mama juga"

Haruto lantas melepaskan pelukan mereka dan memilih untuk bergegas menuju ke kamar mandi. Tak lupa, ia mengecup dahi sang ibu. Lisa menatap punggung ringkih sang anak yang terlihat semakin kurus di setiap harinya.

Jujur, Lisa merindukan sosok Haruto yang dulu. Sosok yang selalu ceria, aktif bahkan selalu berbakti padanya. Sekalipun ia tak pandai dalam belajar, namun putranya adalah anak yang baik sehingga Lisa, tak pernah menuntut banyak hal.

Namun seiring berjalannya waktu semua menjadi berubah. Haruto mulai kehilangan arah yang membuatnya kini harus hidup penuh penyesalan. Kesalahan-kesalahan yang ditimbunnya kini telah tiba pada puncaknya. Lisa berharap, semua akan baik-baik saja.

...

Tak terasa hari telah berganti siang. Haruto yang sedari tadi sibuk bekerja, kini bisa beristirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya yang terasa terkuras habis. Benar yang Jeongwoo katakan, pekerjaan ini benar-benar menguras tenaganya.

Haruto lantas membuka kotak bekal yang ia buat sendiri. Ada ayam suir dan juga nuget ayam di dalamnya. Senyum merekah di bibir Haruto, ah ia jadi rindu pada masakan Junkyu. Wanita yang dulunya tak bisa memasak itu, telah berjuang keras demi bisa menjadi sosok istri yang baik. Namun sayang, ia terlambat menyadari itu semua.

Baru saja hendak menyuap nasi ke dalam mulutnya, dering ponsel lantas mengalihkan perhatian Haruto. Dengan segera ia mengambil ponselnya dan mendapati sebuah nomor telepon yang tak ia kenali.

"Halo.." jawab Haruto ketika panggilan itu tersambung. Dan tak lama terdengar suara seorang wanita yang nampak berbicara formal padanya

"Iya benar, saya Watanabe Haruto" jantung Haruto terasa dibuat berpacu kencang, telphone dari pihak rumah sakit ini membuat perasaannya jadi tak enak

"APA? MENINGGAL?" Haruto membulatkan matanya terkejut, ini semua tidak mungkin kan?


....


Wanita itu terus memeluk erat batu nisan yang tertulis nama putrinya disana. Ia tak henti-hentinya menangis ketika mengingat apa yang sudah ia perbuat. Ya, penyesalan memang selalu datang belakangan bukan?

Haruto turut hadir saat ini, ia hanya berdiri diam membiarkan kesedihannya ia pendam seorang diri. Rasanya baru kemarin mereka berbicara, bertatap mata dan saling melempar senyum. Namun kini, sosok itu telah menghadap Tuhan dan meninggalkan rasa sakit yang ia rasakan.

Yera, memilih meninggalkan dunia

"Yera maafkan mama sayang, mama salah, mama jahat. Tidak seharusnya mama mengucapkan kalimat menyakitkan itu untuk dirimu. Mama menyesal sayang, tolong kembali" Kristal menangis tersedu ketika menyadari jika putrinya sudah tak lagi di dunia.

Kemarin mereka sempat bertemu di rumah sakit. Kristal memang mengatakan jika ia tak perduli dengan Yera, namun ibu mana yang tega jika menelantarkan putrinya begitu saja?

Seperti biasa mereka akan mengobrol biasa di rumah sakit. Beberapa kali Kristal mengatakan jika Yohan sudah pergi, namun Yera tetap yakin akan pendiriannya jika boneka miliknya adalah sang putra. Hal itu membuat Kristal geram lantas berteriak di wajah sang putri jika Yohan, sudah di bawa pergi oleh Mark

Kristal hanya ingin putrinya itu sadar akan kenyataan dan lantas bisa kembali seperti sedia kala. Namun, itu adalah keputusan yang salah, karena nyatanya sepeninggal Kristal, Yera memutuskan untuk bunuh diri dengan pecahan kaca yang ia temukan di tempat sampah.

Mendengar nama Mark, membuat ia kembali mengingat kejadian itu, di mana ia harus kehilangan putranya dikala hatinya hancur begitu saja

"Tante udah ya, iklasin Yera pergi. Dia pasti udah maafin tante kok" ujar Haruto mencoba menenangkan Kristal, namun wanita itu malah menepis tangannya "Tidak usah perdulikan saya. Lebih baik kamu pergi Haruto!"

Haruto hanya memandang iba pada wanita itu, sebelum akhirnya ia memilih melangkah pergi. Meski berat, namun Haruto bukanlah siapa-siapa lagi dalam keluarga Yera

"Ku harap kau bahagia di surga sana, Yera" gumam Haruto sebelum kakinya melangkah pergi.

.
.
.
.
.
.
.

977 word

Maaf lama, aku ngetik ulang huhu

Tadi niatnya update lewat laptop soalnya aku ngetik di word. Eh pas mau login di google malah ga mau, tapi akun wattpad ku yang sebelumnya malah mau.

Yaudin aku akhirnya ngetik ulang di hp /sad

See you besok

Btw, flat sekali

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang