Suara jeritan, tawa, bahkan tangisan dari setiap ruangan yang terlalui mengiringi langkah pria tinggi yang kini berjalan menelusuri lorong bersama dengan seorang perawat wanita. Menyedihkan, tempat ini nampak begitu memilukan bagi mereka yang baru pertama kali mengunjunginya
"Di sini?" Tanya si pria, ketika langkah sang perawat berhenti di depan sebuah ruangan
"Iya pak,ini ruangannya. Bapak boleh masuk dan mengajak pasien untuk berbicara tapi saya harap bapak dapat menjaga ucapan agar tidak membuat pasien mengingat depresinya, ya" pesan si perawat sebelum ia membuka pintu.
"Ibu Yera, lihat ada seseorang yang ingin bertemu" ujar sang perawat berwajah cantik itu dengan sebuah senyuman manis, membuat seseorang yang sedang meringkuk di atas kasurnya melirik ke arah pintu
"Haruto.." lirih Yera seraya bangkit dan duduk di atas kasur miliknya. Rambutnya nampak kusut dan matanya terlihat berair, seperti habis menangis
"Yera.. kamu apa kabar?" Tanya Haruto pelan, sebelum ia menjatuhkan tubuhnya pada kursi rotan tak jauh dari sana
Sang perawat masih tetap berdiri di ambang pintu, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu
"Aku baik, tapi tidak baik juga. Tetapi selama ada Yohan aku akan tetap baik-baik saja" jawab Yera sambil menatap sebuah boneka kusut yang ada dipelukannya
Haruto lantas menatap iba pada istri keduanya itu. Ia nampak begitu kacau akan semua yang terjadi.
Ya, Haruto tau jika Mark telah membawa Yohan pergi. Pria itu yang menelphonnya kemarin untuk mengatakan ini.
Haruto tak dapat berbuat banyak, toh Mark adalah ayah kandungnya dan dia berjanji akan membesarkan sang putra dengan penuh kasuh sayang.
"Kamu sudah makan?" Tanya Haruto kembali
"Sudah tadi. Emm.. Haruto" panggil Yera "Iya, kenapa?"
"Kenapa kau hanya menanyakan aku? Kau bahkan tak melirik putraku sama sekali" Yera berseru kesal
Haruto gelagapan "Ah maafkan aku Yera, bagaimana keadaan Yohan?"
"Dia sangat baik Haruto. Dia juga aktif sekali. Lihat! Dia semakin lucu bukan?" Ucap Yera seraya memperlihatkan boneka berbentuk anak laki-laki yang telah usang itu
Hati Haruto terasa mencelos melihat bagaimana kondisi Yera saat ini. Tubuh wanita itu terlihat semakin kurus dengan kantung mata yang mulai menghitam
Haruto jadi tak tega, namun ia tak bisa berbuat banyak untuk membantu "Iya, dia lucu sepertimu" ucapnya
Haruto lantas berdiri dan beranjak mendekati Yera, diusapnya pucuk kepala wanita itu pelan sebelum ia akan meninggalkannya "Yera, aku harus pamit pulang dulu ya. Kamu banyakin istirahat, oke?" Pamit Haruto
"Kau mau pergi?" Tanya Yera yang diangguki Haruto
"Haruto biarkan aku ikut denganmu. Aku tak mau lagi disini Haru. Kumohon" pinta Yera yang kini sudah menggenggan erat tangan kekar Haruto
"Maaf Yera kau tidak bisa" tolak Haruto yang berusaha melepaskan cengkraman wanita itu
"Ga mau Haruto, aku takut disini. Aku takut mama kesini, mama jahat. Dia bilang anak aku udah ga ada, mama jahat Haruto, dia bilang aku gila.. tolong bawa aku pergi kumohon" Yera menangis seraya berteriak histeris. Tubuhnya nampak bergetar ketakutan membuat sang perawat segera membantunya
"Ibu Yera, tolong tenang ya"
"Ga mau suster, saya mau ikut. Haruto tolong...." tangisnya semakin kencang membuat Haruto semakin merasa terluka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Treat Me Better, Please (GS)✅
Romance"Lo emang yang pertama, tapi bukan berarti lo satu-satunya Kim Junkyu" "Tolong perlakukan gue dengan baik, setidaknya untuk terakhir kali, Watanabe Haruto" . . . . WARNING : Gender Switch (GS) Dimohonkan untuk menjadi pembaca yang bijak 8 Janua...