"Jadi bisa jelaskan semua, Watanabe Haruto?" Tanya Junkyu dengan penuh penekanan ketika mereka kini duduk di ruang tamu.
Junkyu menatap tajam dua orang yang kini duduk di hadapannya, namun sorot matanya tak memungkiri adanya kekecewaan yang mendalam
"Jelasin apalagi sih? Udah jelas Haruto yang ngehamilin gue, dan kita akan segera nikah"
"Yera, lo sama gue udah ga ada apa-apa ya. Lagi pula gue ga yakin kalau itu anak gue" Bentak Haruto pada Yera
"Ya, kita emang udah putus. Tapi dia tetap darah daging lo Haruto. Lo lupa apa yang udah kita lakuin? Perlu gue ingetin lagi hah?"
"Yera.."
"Apa? Haruto.. lo tega, biarin anak kita lahir tanpa seorang ayah hah? Tega lo Haruto?" Yera bersuara lantang dengan emosi yang nampak menguasai dirinya
"Kamu lupa ya, dulu kamu janji akan menikahi aku setelah anak kamu lahir. Sekarang, aku mau menagih janji kamu itu!" Lanjut Yera yang membuat Junkyu tercengang
Janji? Sudah sejauh mana sebenarnya hubungan mereka? Apa semua sudah direncanakan? Lalu bagaimana dengan sikap manis Haruto selama ini? Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul di benak Junkyu, membuatnya merasa begitu pening.
"Semua itu benar Haru?" Air mata mulai menggenang di pelupuk mata cantiknya. Ia menatap suaminya yang kini tertunduk lesu, penuh penyesalan. Dalam hati.. wanita itu berharap jika suaminya menyangkal
"Haru... tolong.. tolong jujur untuk kali ini saja. Hubungan kamu dan wanita ini, sudah sampai dimana Haru?" Air mata Junkyu lantas jatuh membasahi pipi
"Kyu.. itu masa lalu"
"Tapi dia mengandung anak kamu Haruto! Mau itu masa lalu, mau hubungan kalian sudah berakhir. Kamu sudah berbuat, maka harus bertanggung jawab juga Haru"
"Tapi aku ga mau kehilangan kamu Junkyu. Kyu.. aku nyesel.." Haruto kemudian berjalan mendekati Junkyu, lantas secara tiba-tiba ia duduk bersimpuh di hadapan istrinya sembari menitihkan air mata.
Yera menatap jengah akan drama dari sepasang suami istri di hadapannya itu. Kelakuan mereka terlalu membosankan untuk ia lihat.
Junkyu hanya terdiam dengan air mata yang masih setia menemani. Isakan demi isakan terdengar, namun mulutnya masih setia bungkam
"Kyu.. aku ga mau kamu pergi.." pinta Haruto dengan tulus. Diambilnya tangan kanan Junkyu dan ia ciumi berkali-kali
"Haru.. " panggil Junkyu yang membuat Haruto mendongak dan menatap wajah cantik istrinya dari bawah
"..Wanita mana yang mau jika dimadu? Apalagi jika pernikahan itu hasil dari hubungan perselingkuhan dari suaminya sendiri. Akan tetapi, di dalam rahimnya kini telah ada seorang bayi tak berdosa, hanya karena hadirnyalah aku memberi kamu izin." Ujar Junkyu lembut, sembari mengelus rambut suaminya.
Ia tak tau apakah ini keputusan yang benar, namun Junkyu pernah ada di posisi itu sebelumnya. Bagaimana prustasinya ia ketika ayah biologis anaknya menolak untuk bertanggung jawab atas kehadirian sang buah hati. Jadi sebagai seorang wanita, Junkyu mengerti akan itu
"Kyu, apa kau akan meninggalkanku?" Tanya Haruto dengan sedikit ragu
Junkyu kembali terdiam beberapa saat lalu secara tiba-tiba sebuah senyuman miring muncul menghiasi wajah sembabnya. Junkyu lantas menoleh hingga tatapannya bertemu dengan manik mata biru Yera
"Meninggalkanmu? Hahaha.. betapa bodohnya aku jika aku melakukannya" Junkyu tertawa tergelak seolah mengejek Yera melalui tawanya itu
Haruto dibuat bingung akan perubahan ekspresi Junkyu yang terjadi secara tiba-tiba itu. Ia lantas berdiri dengan kebingungan yang tergambar jelas di wajahnya
Sedangkan Yera yang kini ditatap mendelik kesal, ia benar-benar tak menyangka akan ucapan Junkyu barusan
Junkyu lantas mengusap air matanya kasar "Aku tidak akan mengalah begitu saja Haru. Wanita perebut ini, akan kupastikan tidak akan mendapatkan hatimu dengan mudah" ujar Junkyu dengan keangkuhan
Yera melipat kedua tangannya di depan dada, lantas balas menatap Junkyu dengan tajam "Teruslah bermimpi Kim Junkyu. Kamu tidak akan pernah menang melawan aku"
Aura perseteruan tergambar jelas dari kedua wanita yang kini saling menatap tajam itu. Baik Junkyu maupun Yera, keduanya sama-sama tak mau mengalah ataupun melepas tatapan mereka. Seolah-olah melalui pandangan itu, dapat menghunus tepat di dalam bola mata lawannya.
Haruto memijat pangkal hidungnya, kepalanya kini terasa berdenyut. Menafkahi istri satu saja ia belum becus, apalagi kini ia akan mempunyai dua wanita yang tak pernah akur.
Namun semua sudah terjadi bukan? Ia laki-laki, maka ia harus berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Setidaknya untuk saat ini, Junkyu tidak pergi dari sisinya.
"Jadi kapan kamu akan melamarku Haruto?" Tanya Yera yang kini mengalihkan pandangannya kepada calon suaminya
"Secepatnya" jawab Haruto singkat
"Sekarang urusanmu sudah selesai bukan? Silahkan tinggalkan rumah ini, karena aku sudah muak melihat wajahmu!" usir Junkyu dengan suara tegas
"Tentu saja, kau pikir aku betah berlama-lama dalam satu ruangan bersamamu? Oksigen terasa menipis saat melihat wajah jelekmu itu" balas Yera tak mau kalah
"Biar aku antar" ucap Haruto tiba-tiba membuat dua wanita itu menoleh bersamaan
Junkyu mendelik kesal, sedangkan Yera kini tersenyum penuh kemenangan
"Aku izin mengantar Yera ya, aku takut jika terjadi sesuatu dengan bayi yang dikandung Yera." Ijin Haruto pada Junkyu
"Terserah saja, aku mau mengurus Eunsa"
Junkyu segera berlalu meninggalkan ruang tamu setelah mendengar suara tangis dari dalam kamarnya
Sedangkan Haruto menatapnya penuh penyesalan. Ia telah merusak semuanya, hanya karena kebodohannya sendiri
.....
Angin berhembus pelan menggoyangkan gorden putih yang menutupi jendela kaca yang dibiarkan terbuka lebar
Di dalam ruangan sana, seorang wanita kini tengah menangis dengan kerapuhan hati yang begitu mendalam
Kim Junkyu, wanita yang berpura-pura tegar akan semuanya nyatanya kini tengah meluapkan semua rasa sakit dan kekecewanya.
Merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap wajah bayinya yang terlihat begitu menggemaskan itu.
Air mata masih setia mengalir di pipinya. Meski sudah berulang kali ia usap dengan kasar namun rasa sedih dan sakitnya kembali mendorong buliran-buliran darah bening itu untuk keluar dari kelopak matanya yang kian membengkak
"Sayang..." Junkyu mengelus pipi mulus anaknya
"Papa kamu, dia bekhianat sayang. Semua janji manisnya dulu hanyalah sebatas ucapan semata, yang nyatanya kini telah ia ingkari dengan mudah."
Junkyu masih ingat, ketika ribuan janji terucap dari mulut Haruto. Janji yang sudah sering diingkari namun ia masih tetap mempercayai
Junkyu lantas beralih menatap langit-langit kamarnya. Rasanya begitu sesak di rongga dadanya hingga membuat kepalanya kembali berdenyut hebat
"Haru... kenapa?.. kenapa semua jadi seperti ini... padahal aku ingin menghabiskan waktu bersama untuk membangun keluarga kecil yang bahagia. Menghadapi suka dan duka bersama tanpa adanya hati lain dalam ikatan kita. Tapi kenapa?.." Junkyu kembali menangis keras, hal yang ia takutkan kini nyatanya telah terjadi.
Bisa.. Junkyu bisa saja pergi meninggalkan Haruto. Membawa Eunsa pergi lalu hidup bahagia tanpa adanya hadir Haruto di kehidupan mereka.
Namun, semua tidaklah semudah itu. Junkyu terlalu cinta pada suaminya. Janji untuk sehidup semati juga ia pegang dengan kuat sehingga Junkyu memilih untuk bertahan.
Dalam hati gadis itu bertekad keras, bahwa pemenangnya nanti haruslah dirinya
"Haru.. ku harap akulah yang kau pilih nantinya"
.
.
.
.
.
.
.
.Aku ga punya kuota :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat Me Better, Please (GS)✅
Romance"Lo emang yang pertama, tapi bukan berarti lo satu-satunya Kim Junkyu" "Tolong perlakukan gue dengan baik, setidaknya untuk terakhir kali, Watanabe Haruto" . . . . WARNING : Gender Switch (GS) Dimohonkan untuk menjadi pembaca yang bijak 8 Janua...