Melipat kedua tangan di depan dada, Haruto menatap tajam ke arah mobil mewah yang kini memasuki halaman rumahnya.
Di dalam sana terdapat dua orang yang ia kenali, sedang duduk beriringan ketika hari sudah semakin gelap.
Haruto bersandar pada pintu dan terus memperhatikan mobil tersebut
"Baru pulang? Dari mana aja?" Tanya Haruto dengan ekspresi datar
"Istri lo kerja lah To"
"Kerja apa sampai malam gini? Terus kenapa bisa sama lo?" Pertanyaan Haruto kini dilayangkan untuk Hyunsuk
"Gue kebetulan ada di restoran tempat Junkyu kerja. Ngeliat dia yang mau balik sendiri jadi gue iba dan niat nganterin dia pulang. Ya gimana ya To, Junkyu punya suami tapi berasa sendiri."
"Lo kalau ga tau apa-apa mending ga usah ikut campur deh"
"Gue cuma mau bantu Junkyu doang. Oh iya, kalau lo khawatir sama istri lo. Kenapa lo ga jemput dia tadi? Atau jangan-jangan, lo ga tau Junkyu kerja dimana?" Sindir Hyunsuk
Mata Haruto membulat, ia ingin tak terima namun semua yang Hyunsuk katakan adalah kenyataannya.
"Udah-udah kok suasananya jadi gini sih, makasih ya Suk udah nganterin gue. Kamu juga Haru, bilang makasih ke Hyunsuk bukannya malah marah-marah gini. Kalau ga ada Hyunsuk mungkin aku bakalan nginep di restoran karena ga ada taxi yang lewat" jelas Junkyu
"Makasih, sekarang lo bisa balik"ucap Haruto yang terdengar mengusir
"Haru ih, kok gitu sih?"
"Ga apa-apa Kyu. Gue balik ya, lo istirahat. Kasihan baby kalau lo kelamaan di luar"
Haruto semakin tak terima. Itu kata-kata yang seharusnya hanya diucapkan olehnya. Bukan oleh pria lain kepada sang istri
"Gue balik To" pamit Hyunsuk yang hanya dibalas dengan dehaman seadanya
Tak berselang lama, mobil Hyunsuk telah melaju jauh meninggalkan area perumahan Junkyu dan Haruto
"Masuk!" Titah Haruto
Junkyu hanya menurut dan masuk ke dalam rumahnya.
"Kenapa harus sama Hyunsuk sih? Kan kamu bisa nelphone aku buat jemput kamu" ucap Haruto yang mengawali berdebatan diantara keduanya.
Junkyu menatap Haruto dengan wajah datarnya. Ia lelah, dan Haruto mengajaknya untuk berdebat hal yang sebenarnya tak ingin Junkyu bicarakan? Menyebalkan
"Coba kamu buka hp dan lihat dengan mata kepala kamu sendiri!" ujar Junkyu dengan penuh penekanan
Haruto mengernyit heran, namun tetap menurut. Dan betapa terkejutnya ia atas apa yang kini ia lihat. Seketika itu juga bola matanya membulat, ada begitu banyak panggilan masuk dari Junkyu serta pesan-pesan yang tak sempat ia baca.
Memang ini salahnya karena memode senyapkan ponselnya. Apalagi ditambah ia yang ketiduran sehabis pulang dari acara ulang tahun Yera membuat Haruto sama sekali tak menyentuh benda pipih itu.
"Udah liat kan?" Tanya Junkyu
"Maaf" ucap Haruto pelan
"Ga masalah, aku paham kamu cemburu. Lain kali, coba hadapin semua tanpa emosi Haru. Bicarain baik-baik dulu baru berujar. Apa yang kita lihat salah belum tentu salah, begitu juga sebaliknya" ucap Junkyu dengan wajah teduhnya. Tersirat ada sesuatu yang ingin ia sampaikan namun tak mampu terucap
Haruto? Ia hanya bisa terdiam. Karena jujur saja kata-kata Junkyu lebih mirip puisi yang perlu di cari maknanya terlebih dahulu. Dan Haruto tak memahaminya sama sekali.
"Gimana kuliahnya tadi?" Tanya Junkyu mengganti topik
"Ya gitu-gitu aja. Ga ada yang spesial"
Junkyu hanya mengangguk dan mulai mendudukan dirinya di sofa, mengambil remot tv dan mulai menyalakannya
"Kamu ga mau nanya apa gitu sama aku?" Tanya Junkyu yang membuat Haruto ikut duduk di sebelahnya
"Nanya? Oh iya, kamu gimana hari ini? Kerjanya lancar kan?"
Junkyu tersenyum miris. Haruto ini pelupa? Bodoh? Atau tidak perduli pada dirinya?
"Lancar kok"
"Syukur deh. Kamu pasti kecapekan kan? Mau aku beliin makan ga?"
"Ga usah, aku udah makan di restoran tadi. Kamu mau aku masakin?"
Haruto menggeleng. "Aku udah makan kok tadi"
"Kamu ga mau nanya lagi?" Ucap Junkyu yang kini penuh harap. Masih terus meyakinkan diri jika Haruto akan bertanya sesuai dengan ekspetasinya
"Nanya apa lagi emangnya? Kamu kenapa sih? Kok aneh, kayaknya kamu kecapean deh. Mending sekarang kamu istirahat ya sayang kasihan ba-"
Haruto terdiam dan Junkyu menatapnya dengan mata berkaca-kaca
"Kenapa ga dilanjutin hah? Kenapa Haruto?" Junkyu sudah menitihkan air mata dengan disertai isakan. Perasaan sedih yang ia tahan sedari tadi nyatanya luluh juga saat ini.
Haruto ternyata sama sekali tidak ingat akan calon anaknya. Bukankah seharusnya pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Haruto adalah tentang kondisi bayi di perut Junkyu?
Bahkan Haruto sama sekali tak membahas soal chek up yang ia lakukan tadi.
Bagaimana hasilnya? Apakah bayinya sehat? Bagaimana kondisi Junkyu? Bagaimana perkiraan kelahiran dan apa jenis kelamin anak mereka. Haruto tak menyebut salah satu dari sekian list pertanyaan yang Junkyu harapkan
Salahkah jika ia mempermasalahkan ini? Hati istri mana yang tidak terluka ketika sang suami nampak acuh akan kodisinya dan juga calon buah hati.
Adakah yang terima atas perlakuan itu? Terdengar sepele mungkin bagi sebagian orang. Namun tidak bagi seorang Junkyu.
"Ma-maf aku lupa" ucap Haruto penuh penyesalan
Hati Junkyu rasanya begitu sakit. Setidak penting itukah ia dan bayinya hingga suaminya sendiri sampai lupa begini?
Junkyu kini mulai meragukan cinta suaminya. Juknyu takut, ia takut bila Haruto menikahinya karena kasihan.
Jika memang iya, Junkyu tak tau lagi harus berkata apa. Hanya sakit, hanya perih yang ia rasakan di dadanya.
"Aku... ga penting ya Haru?"
Dan pertanyaan itu sukses membuat Haruto bagai tersambar petir.
"Ini foto bayi kita. Dia perempuan kalau kamu ingin tau" ucapnya
Haruto menerima sebuah foto hasil usg milik Junkyu. Ada seorang bayi mungil yang tengah meringkuk di sana. Tanpa disadari Haruto tersenyum menatap foto tersebut
"Dia lucu sekali"
"Ku harap kau mau menerimanya nanti Haru"
"Apa maksudmu Kyu?"
Junkyu menghiraukan Haruto dan memilih untuk masuk ke kamarnya.
Ia ingin menangis, lama-lama menatap Haruto membuatnya semakin terluka. Terutama ingatan akan kebohongan yang sayangnya harus ia tau.
"Aku ragu akan dirimu, Haru" gumam Junkyu disertai isakan tangis
.
.
.
.
.
.
.
.Aku dateng lagi 🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Treat Me Better, Please (GS)✅
Romance"Lo emang yang pertama, tapi bukan berarti lo satu-satunya Kim Junkyu" "Tolong perlakukan gue dengan baik, setidaknya untuk terakhir kali, Watanabe Haruto" . . . . WARNING : Gender Switch (GS) Dimohonkan untuk menjadi pembaca yang bijak 8 Janua...