🦋Pulang🐨

683 83 14
                                    

Kedua netra cantik itu beberapa kali melirik ke arah pintu, berharap akan kehadiran orang yang sedari tadi ia tunggu.

Namun nyatanya hingga kini, tak ada tanda-tanda jika seseorang itu akan muncul juga.

Junkyu menghela nafas kecewa. Seharian ini ia terus memikirkam kondisi suaminya. Namun apakah pria itu juga melakukan hal yang sama, Junkyu sama sekali tak tau.

Jihoon kini sedang membereskan barang-barang Junkyu. Tak banyak memang, hanya baju yang ia kenakan kemarin dan juga tas kecil yang selalu ia bawa. Bahkan barang-barang Jihoon dan Hyunsuk jauhlah lebih banyak mendominasi ruangannya.

"Hyunsuk masih lama Ji?" Tanya Junkyu pada Jihoon yang kini sudah selesai dengan urusannya

"Mungkin bentar lagi Kyu. Kayaknya ada obat yang perlu ditebus juga" jelas Jihoon

Junkyu mengangguk lagi "Terimakasih ya Jihoon. Kalau ga ada elo dan Hyunsuk, gue ga tau lagi deh nasib gue gimana"

"Santai aja kali. Kayak sama siapa aja lo." 

"Nanti uang Hyunsuk gue ganti pas udah ada uangnya"

"Ga usah diganti juga ga apa-apa Kyu. Lagi pula ya Kyu, gue nih berasa ngeliat lo jadi janda hamil tua deh"

"Jihoon jangan ngomong gitu, ucapan adalah doa tau"

"Ya gimana ya Kyu, laki lo tuh kayak ga punya otak gitu. Disaat orang lain sibuk jagain istrinya yang lagi hamil besar, lah elo malah ditinggal kayak gini."

"Haruto sibuk Ji"

"Sibuk apaan gue tanya? Gue juga kuliah ya Kyu, ga sesibuk si bangsat kok. Apalagi ini masih semester awal. Belom bikin botak sampai stress mau bundir Kyu."  Omel Jihoon

"Ji, gue ngerti kok maksud lo. Cuma, gue mau percaya sama suami gue. Gue yakin kok Haruto itu lelaki yang baik. Kalaupun dia khilaf, gue yakin dia akan kembali lagi menjadi sesosok yang selama ini gue kenali"

Jihoon berdecak kesal, sahabatnya ini benar-benar dibodohi cinta ternyata

"Bucin asu"

Junkyu hanya terkekeh gemas. Jihoon memang terlihat imut ketika mode kesal. Namun disisi lain Junkyu juga bersyukur bahkan sangat bersyukur akan hadirnya Jihoon di hidupnya. Gadis manis itu, adalah pelindungnya selama ini.

Tak berselang lama pintu terbuka, sosok Hyunsuk pun mulai terlihat memasuki ruangan.

"Maaf jadi nunggu lama, tadi ke apotik dulu beli obat" jelas Hyunsuk

"Ya udah kalau udah semua, kita balik sekarang aja ya. Takutnya keburu gelap" ajak Jihoon

Junkyu mengangguk lemah, lalu bersiap turun dari ranjang

"Junkyu..."

Merasa namanya dipanggil Junkyu segera mendongak ke arah pintu, dan kini diihatnya raut wajah khawatir dari sang suami

"Kyu, maaf aku baru datang. Kamu gimana kondisinya saat ini? Baby juga gimana?" Tanya Haruto seraya duduk bersimpuh di hadapan Junkyu yang masih terduduk di sisi ranjang

Junkyu tersenyum lembut seraya mengelus surai rambut suaminya yang teramat ia rindukan itu.

"Baby baik-baik aja Haru. Aku juga baik. Jadi kamu ga perlu khawatir ya" jelas Junkyu

"Inget punya istri juga ya lo To. Gue kira bakalan ngilang kayak si Toyib" cibir Jihoon

Haruto memilih diam tak meladeni. Karena saat ini, fokusnya hanya tertuju pada Junkyu seorang

"Ayo kita pulang, nanti kamu istirahat lagi di rumah ya. Jihoon, Hyunsuk terimakasih sudah merawat Junkyu. Gue banyak hutang budi sama kalian"

Jihoon dan Hyunsuk hanya mengangguk seadanya. Terutama Hyunsuk yang sudah bosan akan drama dari pria tinggi itu.


...........


Yera berdecak kesal, bisa-bisanya Haruto kabur ketika ia lengah.

Seharian ini Haruto memang menemani Yera di kost-annya. Mereka asik bercumbu sambil mengerjakan tugas kampus yang mulai bermunculan layaknya jerawat.

Namun, semakin lama mereka jadi bosan, dan memilih untuk tidur siang.

Yera masih ingat jika tadi Haruto masih mendekapnya, menyalurkan rasa nyaman yang membuat ia terlena.

Akan tetapi kini sisi ranjangnya sudah kosong, bahkan sudah mulai dingin yang menandakan kepergian Haruto sudah sedari tadi.

"Ck, pasti mau ketemu Junkyu. Emang apa sih menariknya Junkyu? Cantikan juga gue, bahkan gue jauh lebih dulu ada di hati Haruto. Junkyu itu cuma perebut yang ga tau malu."

Yera menyikap kasar selimutnya. Ia segera bangkit dari ranjang dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja belajar.

Ia mencoba menghubungi Haruto, namun nomor laki-laki itu justru tidak aktif.

"Beneran mau ngehindarin gue ya? Ga bisa. Gue harus cari cara supaya Haruto lebih milih gue dibanding perempuan jelek itu"

Tekad Yera pada dirinya sendiri.

..........

Haruto meletakan segelas susu kehamilan untuk sang istri yang kini sedang duduk di sofa seraya menonton televisi.

Pria itu ingin menebus semua kesalahannya yang telah menghilang beberapa hari dan mengacuhkan sang istri.

Lebih tepatnya, ia takut jika Junkyu benar-benar pergi darinya.

"Kyu, mulai besok kamu ga usah kerja lagi ya?"

"Eum?" Junkyu memberikan atensinya pada Haruto

"Kamu ga usah kerja, biar aku yang cari kerja untuk kita"

"Haru, kamu kan harus kuliah. Aku masih bisa kok. Apalagi sekarang aku akan menjadi guru les adiknya Hyunsuk. Jadi ga akan terlalu melelahkan"

"Tapi tetap aja sayang, usia kandungan kamu udah 9 bulan. Sebentar lagi baby akan lahir. Please kali ini kamu nurut ya sama aku." Pinta Haruto dengan serius

"Iya Haru, kalau memang itu yang menjadi keputusanmu. Aku akan mendukungnya"

Haruto tersenyum lembut dan kini mulai mencium kening istrinya.

Hangat.. rasanya ia begitu nyaman. Bisakah ia hidup seperti ini saja? Benar kata Hyunsuk. Ia kini menyesal, ia sudah jatuh ke dalam lubang yang salah.

'Maaf Kyu, namun aku harus mengakhiri semua denganmu nanti' gumamnya di dalam hati

.
.
.
.
.
.

Ada yang masih melek ga sih? Wkwkwk

Oh iya, selamat Hari raya Nyepi (kemarin) buat yang merayakan, salam toleransi ya :)

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang