🦋Jadi, itu benar?

892 79 33
                                    

BACA PART SEBELUMNYA DULU YA^^

....
Air mata Yera jatuh begitu saja ketika hasil dari tes DNA itu terbaca oleh mata elang sang suami

Ia yang berusaha menutupi semua kini harus siap menerima konsekuensi dari segala perbuatannya

"Haru..." ucap Yera dengan lirih

"Jelaskan semua Yera! Kenapa bisa begini hah?" Haruto menatap nyalang sang istri yang kini mulai terisak

"Kenapa kamu tega bohongin aku Yera.. kenapa?"

"Aku ga punya pilihan lain Haruto" Yera menatap mata sang suami dengan deraian air matanya "Aku, ga mau anak aku lahir tanpa sosok ayah. Dan kamu satu-satunya harapan aku Haruto"

"Ga ada pilihan lain? Apa kamu ga mikirin gimana perasaan aku hah! Aku terpaksa menyakiti Junkyu demi bertanggung jawab pada dirimu. Aku meninggalkan dia dengan segala luka dan janji yang aku ingkari. Tapi justru ini yang aku dapatkan?"

"Haru semua ini juga terjadi karena kamu! Kalau kamu ga mutusin aku waktu itu, mungkin semua ga akan jadi kayak gini. Haru, kumohon percaya. Sekalipun Yohan bukan anakmu tapi aku benar-benar hanya mencintai kamu"

"Kamu bilang cinta? Lantas mengapa bayi ini bisa terbentuk jika kau benar-benar hanya mencintai aku Yera? Aku kecewa sama kamu. Aku menyesal memilih mempertahankan kamu. Sekarang, urus anak ini sendiri!"

"Haruto.. aku mohon jangan pergi.. jangan tinggalin aku Haruto"

"Maaf Yera, semua kebohongan kamu ga bisa aku terima. Fitnah yang kamu beri, telah menghancurkan kebahagiaan yang seharusnya aku miliki"

"Haruto..." Teriak Yera histeris saat pria jakung itu memilih melangkah pergi dan meninggalkannya bersama sang anak yang kini turut menangis

"Papa...papa jangan pegi..." Yohan turut berteriak memanggil sang ayah ketika dilihatnya pria itu mulai mejauh

Tangis Yera semakin kencang, ia tak perdili pada pengunjung rumah sakit yang kini menatapnya heran

Rasa sakit di hatinya terasa begitu menyayat hati, apalagi ketika ia melihat anaknya yang terus meminta agar Haruto kembali

"Mama.. kenapa papa pegi?" Tanya bayi berusia 4 tahun itu

"Maafin mama sayang, ini salah mama"

Yera lantas mendekap sang anak erat dengan tubuhnya yang kembali bergetar ketakutan, ia tak rela jika apa yang ia punya harus ia lepaskan begitu saja

"Haruto hanya miliku.. hanya aku yang boleh bersamanya. Bahkan jika ia akan kembali pada sosok lama itu, biarkan aku yang menjadi pemisah diantara kalian. Kim Junkyu, aku datang untuk membunuhmu" ucapnya bertekad

.....

Haruto melangkah menelusuri lorong rumah sakit dengan kekecewaan yang begitu mendalam.

Wanita yang kini sudah mulai ia terima, nyatanya malah membawa luka untuk hatinya

Haruto tertawa ketika mengingat kebodohannya dulu. Bagaimana bisa ia percaya jika ia meniduri Yera dalam kondisi mabuk yang benar-benar tak sadarkan diri itu? Setidaknya akan ada sedikit ingatan yang terlintas bukan? Namun ia sama sekali tak ingat apa-apa.

Lagi-lagi ia menyesal, ketika langkah yang selama ini ia yakini benar ternyata justru teramat salah.

Bagaimana bisa ia membuang permata demi sebuah batu kerikil?

Haruto lagi-lagi tertawa. Sebuah tawa untuk menutupi luka yang kini terasa semakin menyiksa

Seandainya ia tak menghianati sang istri mungkin semua akan baik-baik saja. Mereka kini mungkin masih bersama dan melewati suka dan duka kehidupan bersama-sama pula

Namun bukankah Junkyu kini telah bahagia tanpa dirinya?

Tunggu.. Junkyu?

Bola mata Haruto nampak membulat, ia teringat akan permintaan Junkyu tadi pagi. Bagaimanapun, ia tak ingin mengecewakan istrinya kali ini. Haruto harus membuat kejutan yang luar biasa

Namun baru saja hendak kembali melangkah, dering ponselnya membuatnya terhenti dan kemudian merogoh saku jas nya

Kening Haruto mengernyit ketika nama sahabat lamanya terpampang disana. Setelah permasalahan 5 tahun silam tak sekalipun mereka berkomunikasi kembali. Hal itu sontak membuat Haruto merasa was-was akan kemungkinan yang bisa saja terjadi.

"Halo.."

"To, Junkyu di rawat di rumah sakit. Dia terkena penyakit meningitis stadium akhir"

....

"KIM JUNKYU KELUAR LO!"

Dengan emosi di dalam diri, Yera memukul pintu rumah Junkyu dengan keras. Ia tak perduli jika tetangga akan terganggu, karena kini dipikirannya hanya satu, ia ingin menghabisi wanita tak bersalah itu

Dengan sebuah pisau tajam di tangan kanannya Yera benar-benar telah kehilangan akal sehatnya karena cinta

"Junkyu!"

Yera menendang pintu dengan keras, membuat pintu kayu berwarna coklat yang ternyata tak dikunci itu terbuka lebar

Dengan segera Yera melangkah masuk, menelusuri setiap sudut rumah untuk menemukan sosok yang dicarinya

Tangan kanannya siap menusukan pisau itu kapan saja, bahkan kalau bisa, ia ingin menusuk tepat di jantung Junkyu

Kini dapat Yera lihat pada dinding rumah sederhana yang nampak usang itu terdapat begitu banyak foto Junkyu dan Haruto

Yera memandangnya tak terima, obsesi berlebihannya membuat ia lupa jika dunia punya alur untuk setiap umat manusia

Diambilnya foto pernikahan Junkyu dan Haruto yang lantas ia tatap dengan penuh amarah

"Kalian mau bersama lagi? Hahaha jangan bermimpi! Karena kalian, hanya ditakdirkan untuk berpisah!"

Prang...

Pecahan kaca dari bingkai foto itu berserakan dimana-mana akibat Yera yang membantingnya dengan kuat.

Namun, sebuah foto hitam putih yang tersembunyi di balik foto pernikahan Junkyu dan Haruto menarik perhatiannya

Dengan segera disingkirkannya foto pernikahan suaminya itu agar foto di bawahnya terlihat jelas oleh kedua matanya

"Tidak mungkin!" Yera menutup mulutnya terkejut. Matanya nampak berkaca-kaca sembari mengambil foto itu

Foto seorang anak kecil berusia satu tahun itu terlihat sama persis dengan sebuah foto yang ada di dompetnya

Dengan tangan bergetar, Yera mengeluarkan dompet kulit mahal miliknya, lantas diambilnya sebuah foto yang berisi dua anak kecil lucu, yang satu baru saja belajar merangkak dan satunya lagi masih terbungkus selimut bayi

"jadi Junkyu.. kakak ku?"
.
.
.
.
.
.

876 word

Kalian kaget ga? Kalau engga, pura-pura kaget aja ya xixi

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang