🐨Thankyou

698 82 4
                                    

Waktu terus berjalan seiring dengan siang yang berganti malam. Tiap detik, menit dan jam telah terlampau hingga tanpa sadar usia kandungan Junkyu telah menginjak usia 9 bulan.

Bekerja di restoran Mashiho nyatanya membuat Junkyu kesusahan. Apalagi ia kini begitu kesulitan ketika berdiri berlama-lama.

"Kyu, apa tidak apa-apa jika kau bekerja begini? Aku khawatir akan kondisimu Kyu. Jangan memaksakan diri ya" ucap Mashiho

"Jangan khawatir Mashi, aku baik-baik saja"

Tentu saja Junkyu harus baik-baik saja. Ia perlu uang untuk membayar sewa kontrakan.

Haruto? Entahlah, pria itu tak pernah meminta uang lagi pada Junkyu.

Mungkin saja suaminya itu mendapat part job entah dimana.

Selama 3 bulan ini pula intensitas Junkyu dan Haruto dalam berkomunikasi mulai berkurang. Haruto jarang pulang dan sekalinya pulang ia akan datang begitu larut dan kemudian pergi ketika pagi tiba.

Entahlah, apakah memang begitu kegiatan seorang mahasiswa? Junkyu juga tidak mengerti.

Ia tak mau terlalu mengambil pusing. Ia hanya ingin fokus pada pekerjaan dan juga menghasilkan uang untuk biaya bersalinnya nanti.

Junkyu tak ingin merepotkan banyak orang. Ia ingin mandiri seperti apa yang ia katakan ketika ia memutuskan untuk berkeluarga.

Sesekali orang tuanya akan berkunjung dan memberi Junkyu uang. Beberapa kali pula Suho menawarinya untuk tinggal di rumah lama, mengingat Haruto yang jarang pulang dan Junkyu sendirian di rumah. Namun wanita yang sedang hamil tua itu menolak, dan terus meyakinkan kedua orang tuanya jika ia akan baik-baik saja.

Ya, ia baik-baik saja ketika di hadapan mereka. Namun jauh di tengah kesendiriannya ia menangisi nasibnya. Menangisi kemalangannya dan terkadang ia menyesali semuanya.

Namun mau bagamana lagi? Semua sudahlah terjadi. Biar waktu yang akan menunjukan buah kesabaran dan ketekutan Junkyu. Mungkin saja ini adalah karma, hasil perbuatan ia ketika dahulu kala.

Maka dari itu Junkyu mencoba iklas, dan menjalani tanpa merasa terbebani. Sekalipun itu tidaklah seratus persen terjadi.

Junkyu kembali melanjutkan pekerjaannya. Hari sudah mulai malam, para pegawai mulai pulang satu persatu menyisakan Junkyu dan Mashiho yang masih setia menunggunya.

"Kyu, lanjut besok aja" tawar Mashiho

"Tanggung Mashi, lagi sedikit lagi kok"

Junkyu mulai merasa kepalanya berdenyut. Matanya mulai mengkabur dan rasa mual mulai menjalar dari dirinya.

Junkyu berusaha menggapai dinding untuk menjaga keseimbangannya. Namun gagal karena tubuhnya sudah mulai ambruk

"JUNKYUUUUU"

Teriakan Mashiho dapat ia dengar sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.



...........





Junkyu merasakan kepalanya berdenyut ketika ia membuka mata. Ia melihat sekeliling dan menyadari jika dirinya sedang berada di rumah sakit.

"Ah, pasti Mashiho yang membawa gue kesini. Lo ngerepotin banget dah Kyu" monolog Junkyu

Seketika Junkyu jadi mengingat Haruto. Pasti pria itu sedang khawatir akan kondisinya saat ini.

Pintu terbuka dan tak lama munculah sosok gadis yang amat Junkyu rindukan juga seorang pria yang selama ini banyak membantu Junkyu.

"Jihoon" lirih Junkyu saat sahabat nya itu kini duduk di kursi sebelahnya

"Kyu.. untung lo udah sadar. Gue panik banget tau ga sih pas Hyunsuk ngabarin kalau lo di rumah sakit"

"Maaf ya Ji, gue udah buat lo khawatir"

"Iya, untung aja kemarin Hyunsuk lagi berkunjung ke restoran Mashiho. Kalau engga, mungkin Mashiho ikut pingsan kali saking paniknya"

"Jadi lo yang nolongin gue suk?" Tanya Junkyu

Hyunsuk mengangguk "Gue kebetulan lewat restoran Mashiho dan mutusin buat mesen makan untuk Jihoon. Tapi pas sampai sana gue malah liat Mashiho yang udah nangis-nangis sambil mencoba bangunin lo" jelas Hyunsuk secara detail

"Sekali lagi makasih ya, sorry gue banyak ngerepotin kalian"

"It's okay Kyu. "

"Terus kandungan gue gimana? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Junkyu

"Kata dokter dia baik-baik aja. Cuma lo emang perlu banyak istirahat aja" jawab Jihoon

Junkyu bernafas lega, setidaknya bayinya tak apa-apa di dalam sana

"Lalu.. Haruto?" Tanya Junkyu karena sedari tadi, dua sahabatnya ini tak ada membahas perihal Haruto

Hyunsuk dan Jihoon nampak saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya Jihoon membuka suara.

"Dia kayaknya sibuk Kyu. Kita telphonin juga ga nyambung. Mungkin dia ada urusan yang emang penting. Tapi nanti Hyunsuk akan coba cari keberadaan Haruto kok." Jelas Jihoon dengan lembut di hadapan Junkyu.

Ya itu hanya agar Junkyu tak khawatir. Namun jauh di dalam lubuk hatinya, ingin sekali Jihoon membotakkan rambut Haruto.

"Om Suho sama tante Jisoo perlu kita kabarin engga?" Tanya Jihoon lagi

"Jangan!" Tolak Junkyu dengan cepat

"Jangan sampai mereka tau. Gue ga mau bikin mereka khawatir"

Jihoon menghela nafas, sahabatnya ini ternyata belum lah berubah. Selalu saja ia memikirkan perasaan orang lain dari pada kondisinya yang sebenarnya jauh lebih mengkhawatirkan.

"Gimana kalau lo kerja sama gue aja Kyu? Lo kan pinter nih, kebetulan gue lagi mau cari guru les buat adek gue. Kasihan dia nilainya jelek terus, masa depannya nampak suram"

"Kayak nilai lo dulu bagus aja Suk" sela Jihoon tak terima. Belum tentu seseorang yang nilainya jelek itu masa depannya suram. Hanya saja, kalau bisa berusaha bagus kenapa harus milih jelek?

"Hehe, ya dia lebih parah tau. Bahasa indonesia aja remidi. Tapi ga heran sih, dia kan kalau ngomong pakai bahasa binatang." Bela Hyunsuk atas argumennya

Junkyu hanya bisa terkekeh pelan. Sepertinya Hyunsuk senang sekali menistakan adiknya.

"Tapi bener juga sih Kyu. Kalau lo ngajar kan ga perlu gerak banyak tuh. Jadi ga terlalu membebani elo yang udah hamil tua gini" Ucap Jihoon

Junkyu tersenyum lembut. Ia bahagia sekali karena dikelilingi oleh orang-orang baik

"Iya gue mau. Sekali lagi makasih ya. Ga tau lagi deh gue kalau ga ada kalian"

"Sama sahabat tuh emang harus saling nyusahin Kyu" jawab Jihoon yang dibalas dengan gelakan tawa oleh keduanya.

Seketika Junkyu lupa, jika suaminya kini entah ada dimana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hola, masih pada mabok konten trejo?

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang