🦋Berbohong

728 76 18
                                    

Dengan langkah lesu, Haruto memasuki rumahnya. Wajahnya menunjukan kelelahan dan baju kusutnya menjadi penanda bahwa tubuh jakung itu benar-benar membutuhkan istirahat.

Junkyu, sebagai istri yang baik segera mengambilkan tas sang suami dan membuatkannya minuman.

Haruto segera merebahkan tubuhnya di sofa untuk melepaskan semua rasa penatnya

"Ini minum dulu" ujar Junkyu sembari meletakan secangkir teh hangat untuk suaminya itu.

Haruto melirik minuman itu sedikit "Tenang aja, Kyu udah ahli kok membuat teh" ucap Junkyu dengan senyum menggemaskannya

Haruto tanpa sadar ikut tersenyum dan segera bangkit untuk menyeruput teh hangat buatan istrinya itu.

"Gimana masakan buatan aku? Enak kan"

Haruto tiba-tiba terdiam. Ia tidak menyangka jika Junkyu akan bertanya perihal masakan buatannya.

"Emm enak kok sayang"

"BENERAN?" Pekik Junkyu dengan riang

"Iya beneran" jawab Haruto dengan ragu

"Akhirnya Kyu bisa masak. Besok Kyu masak lagi deh buat Haru"

"Eh ga usah" tolak Haruto

"Lho kenapa? Haru ga suka ya Kyu masakin?"

"Bu-bukan gitu, tapi aku besok cuma kuliah sebentar. Jadi makan di rumah aja"

Junkyu hanya mengangguk tanda mengerti.

"Yaudah Kyu mau masak makan malam dulu ya Haru. Abis ini kamu mandi terus istirahat. Kalau ada tugas yang susah, biar Kyu bantu"

"Iya sayang"

Junkyu segera melenggang ke dapur, sedangkan Haruto mengingat kejadian tadi yang membuatnya merasa tak enak pada sang istri



Flashback

Haruto menatap kotak bekal berwarna pink pemberian Junkyu.

Dibukanya kotak itu secara perlahan dan dapat ia lihat betapa indahnya mahakarya istrinya.

"Pasti dia bekerja keras untuk membuat ini"

Namun bukannya mencicipi Haruto justru menuangkan makanannya pada tempat sampah organik.

"Maaf Kyu"

Haruto tak ingin mengecewakan Junkyu jika makanan ini masih utuh, namun perutnya tak dapat ia isi lagi setelah acara makan bersama Yera tadi.

Terdengar jahat memang, namun mau bagaimana lagi. Haruto tak ingin menolak keduanya.

Flashback Off

......

Dentingan suara sendok dan piring yang beradu menjadi satu-satunya sumber suara di meja makan

Baik Junkyu maupun Haruto sama-sama menikmati makanan yang Junkyu masak. Tidak terlalu buruk namun belum juga sempurna, begitu menurut penilaian Haruto.

"Haru, di kampus ada perempuan yang deketin kamu ga?" Tanya Junkyu

"Engga" jawab Haruto singkat

"Terus Haru udah punya teman?"

"Udah"

"Siapa namanya?"

"ya adalah"

"cewek apa cowok?"

"Ngapain sih nanya-nanya. Kamu mau cari cowok lain apa gimana?"

"K-kok Haru marah. Kyu kan cuma nanya"

"Ya abisnya, penting amat kamu tau nama mereka, gender mereka. Buat apa coba aku tanya?"

"Kyu cuma takut Haru berpaling dari Kyu. Inget ada baby di perut aku. Kyu tau, Haru famous kan di kampus"

"Ya terus? Kamu ga percaya sama suami kamu gitu? Seharusnya kamu ga perlu meragukan kesetiaanku Junkyu"

"Maaf" cicit Junkyu

"Udahlah, kamu bikin aku ga mood aja. Aku udah pusing sama tugas dan kamu malah bikin aku tambah pusing sama pertanyaan ga mutu kamu ini"

Haruto segera meninggalkan ruang makan dan menuju ke kamarnya

Junkyu hanya bisa terdiam. Kenapa Haruto sering sekali marah padanya. Apakah Junkyu semenyebalkan itu?




..........






Dengan wajah kesal, Haruto duduk di kursi belajarnya. Ia kemudian menyalakan laptop miliknya serta mengambil beberapa buku penunjang

Entah mengapa Haruto rasanya begitu marah, entah karena pertanyaan Junkyu atau mungkin karena rasa bersalahnya pada sang istri.

Tak lama kemudian, ponsel Haruto bergetar. Pria itu kemudian merogoh saku celananya untuk meraih benda pipih itu.

Dilihatnya layar ponsel yang menyala kini menunjukan sebuah nama yang kini mulai memenuhi pikirannya.

Yera, cinta pertamanya

"Halo"

"Halo To, lo lagi ngapain?" Tanya Yera

"Lagi mau ngerjain tugas"

"Nah kebetulan nih gue mau ngajakin lo diskusi."

"Diskusi?"

"Iya, coba deh lo perhatiin no 2. Gue kurang ngerti maksudnya gimana"

"Lo udah no 2 aja, gue baru juga no 1"

"No 1 gue udah, ntar gue contekin. Sekarang bantu yang dua dulu"

"Gimana ya, gue mah bego Ra, mana ngerti gue"

"ya elah, ayolah bantu mikir"

"Oh, itu cara penyelesaiannya sama seperti no 1, hanya saja berbeda sedikit di penyelesaian akhir"

Haruto segera menoleh dan terkejut ketika mendapati sang istri telah berdiri tepat di belakangnya

"Kok kamu masuk ga bilang-bilang sih! Kamu harusnya ketuk pintu dulu" marah Haruto.

"M-maaf, tadi Haru lagi telphone makanya Kyu ga ngomong" junkyu yang awalnya menunjukan wajah berseri seketika ketakutan ketika dibentak oleh sang suami

"Halo, Ruto lo masih disana kan?"

"Ra, aku tutup dulu ya. Kita lanjut besok"

Haruto segera memutus panggilan tersebut dan beralih memberi atensi pada Junkyu

"Kamu ga sopan tau ga sih Kyu"

"Kyu kan cuma pengen bantu. Kenapa respon kamu kayak gini? Emang dia siapa Haru?"

"Ya teman aku lah"

"Kalau gitu kenapa aku ga boleh tau. Kamu juga ga ngenalin aku sama dia"

"Ya biar apa? Penting emangnya dia tau kamu"

"Ya apa salahnya. Tadi juga kamu keliatan panik banget. Jangan-jangan kamu ada apa-apa ya sama dia"

"Sumpah deh Kyu, ga usah aneh-aneh deh. Kita ini udah resmi jadi suami istri, seharusnya kamu percaya pada suamimu"

Haruto segera melenggang keluar kamar, meninggalkan Junkyu yang terdiam menahan air mata.

Kemana Haruto yang ia kenal selama ini? Dimana sosok pria lembut itu? Harutonya kini telah berubah. Bahkan semua janji manisnya tinggalah hanya janji.

Junkyu, akhirnya menangis untuk yang kesekian kali

.
.
.
.
.
.
.

834 word

Treat Me Better, Please (GS)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang