PROLOG (Upgrade)

319 41 15
                                    

Bali, 7 oktober 2016

Juwita POV

Zombie

Oke, mungkin bukan zombie. Mumi, lebih tepatnya.

Itulah deskripsi yang paling tepat untuk situasiku saat ini. gaun putih bergaya lilit membungkus tubuh bagaikan kulit kedua, membuatku seperti mumi. Tiara berat yang menusuk-nusuk kepala, ingin sesegera mungkin kucabut dan lempar ke tempat sampah, tidak peduli seberapa cantiknya. Sepatu hak tinggi keemasan ini memang menjadikanku sejangkung supermodel. Tapi, ujung runcingnya menggerogoti setiap saraf di jari-jari. Lima menit lagi ibu jariku pasti akan mati rasa. Satu-satunya benda cantik yang bisa menghiburku adalah buket bunga berbentuk bola mungil di tanganku.

Karpet menuju altar ini rasanya semakin panjang saja. Bibir dan pipiku nyaris kaku mengulas senyum manis. Malangnya, tidak mungkin aku mengendurkan wajah. Orang-orang ini pasti memperhatikan perubahan mimik sekecil apapun. Bibi-bibi penuh berliat itu, anak-anak kecil yang ternganga penuh mimpi itu, rombongan gadis-gadis yang kecantikannya menyilaukan itu, gerombolan pria tampan, nenek-nenek yang berbulu sutra berkilau itu, semua. Setiap maju selangkah, aku mengulang membatin memotivasi diri sendiri.

Ingatlah. Pesta ini dirancang berbulan-bulan lamanya. Diawali pesta pertunangan beberapa bulan lalu yang tak kalah  meriah. Melibatkan cincin berlian dan sejarah berpacaran yang dipenuhi kegiatan putus-sambung-balikan-prewedding-batal-rekonsiliasi-keluarga turun tangan dan sebagainya. Pun wedding organizer terbaik, gaun desainer, hall supermewah dan barusan tamu VVIP.

Bisa-bisa aku dikutuk jika mereka melihatku tidak tampak bahagia.

Ka Angga saja, yang berdiri sedikit canggung di ujung karpet ,berusaha terlihat ceria. Dia jelas dua kali lebih tampan dalam setelan tuxedo gelapnya, mestinya dia lebih sering mengenakan tuxedo itu ke kantor. Kemeja putih di dada bidangnya terlihat tanpa cela. Matanya berkedip dua kali, sedikit gelisah. Barangkali dia takut juga menghadapi upacara ini. pernikahan yang akan membelenggunya seumur hidup, mulai hari ini.

Pernikahan.

Dari dulu opiniku tidak berubah. Pernikahan itu hanya jebakan. Seremonial yang mengubah manusia dari sepasang individu asing, berevolusi jadi satu tim (yang seharusnya) solid bernama keluarga. Semua orang harus paham ilmu, evolusi itu tidak selamanya berjalan mulus. Ada cacat genetika, kegagalan, berkurangnya fungsi dan hal-hal mengerikan lainnya. jadi tidak heran, dalam pernikahan pun muncul perceraian, perselingkuhan, ribut-ribut urusan anak dan harta, bertengkar sama mertua, kehilangan privasi.

Juga para lelaki yang terkadang kabur meninggalkan keluarga, tapi tiba-tiba balik memohon maaf.

Merepotkan

Untunglah, hari ini bukan aku yang terperangkap masuk dalam jebakan itu. melainkan Ka Dara, saudara tiriku. Ini adalah pernikahan Ka Dara dan pacarnya, Ka Angga. Aku hanyalah satu dari beberapa gadis pajangan yang terbalut gaun seragam. Lengkap dengan bunga berbentuk bola basket, tiara berat, gaun mirip pembungkus mumi dan sepatu hak tinggi yang menggigiti ujung ibu jariku.

Oke, aku sudah tiba di titik tempatku harus mematung menunggu prosesi selesai.

Itu dia. Sooyoung berjalan anggun dalam gaun pengantin yang menggelembung indah bak kabut. Luar biasa memukau. Dada penuhnya seolah ingin meloncat keluar dari atas gaun. Pinggangnya seramping boneka. Wajahnya bercahaya. Cantik asli, bukan hasil operasi. Aku yakin banyak pemuda di ruangan ini patah hati, menyadari Dara  yang biasa mereka kagumi, kini sudah ada pemilik sahnya.

Ka Dara dan calon suaminya sudah berdiri rapi-rapi, bersiap masuk dalam sumur jebakan yang mereka ciptakan sendiri. Menikah.

To Be Continued

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang