Part 24 (Upgrade)

41 11 0
                                    

Bandung

Author POV

"Oh.. my life is over," rintih Angga sambil memegangi kepalanya yang sudah mau pecah. Kejadian tadi malam tidak bisa berhenti berputar di kepalanya seperti CD rusak.

"Damn it,  stop being such a pussy dan bangun dari sofa. Sekarang sudah tengah hari," omel Naya.

Jawaban Angga atas omelan Naya hanyalah erangan tidak jelas. Bagaimana mungkin Jelita menikah lagi dengan laki-laki lain selainnya? Siapakah laki-laki yang berani menikahinya tanpa memberitahu Angga lebih dulu? sumpah mati dia akan mencari tahu informasi ini, memburu laki-laki itu sampai dapat, sebelum membunuhnya. Tentu saja dia akan membuatnya kelihatan seperti kecelakaan, jadi tidak akan ada yang mencurigainya. Dia tidak peduli Jelita akan jadi janda lagi, yang penting dia sudah menghapuskan penghalang rencananya untuk mendapatkan cinta matinya kembali.

"Oh God! Why didn't I see this coming?"

"What? Hangover? Tentu saja kau hangover, kau menghabiskan semua stok minuman Rafael," ucap Naya yang salah mengerti maksudnya. Tapi Angga terlalu hangover untuk membenarkannya.

Tadi malam, setelah Jelita, lagi-lagi, pergi meninggalkannya, Naya menyerangnya dengan berbagai pertanyaan dalam perjalanan pulang.

"Jadi dia mantan istrimu?"

"Iya," jawab Angga

"Dia tidak terlihat senang bertemu denganmu."

"No kidding."

"Sebenarnya apa yang terjadi sampai kalian bercerai?"

"It's a long story."

"Aku punya waktu."

Dan Angga yang masih terlalu shock mendengar Jelita sudah menikah menceritakan semuanya pada Naya. Dan waktu dia mengatakan semuanya. Hal pertama yang Naya lakukan setelah ceritanya selesai adalah menamparnya sekencang-kencangnya sampai kepala Angga terbanting ke sandaran kepala kursi mobil.

"Aww! Naya! Kenapa kamu tampar aku?" tanya Angga sambil memegangi pipinya yang sedang kebakaran.

Bukannya menjawab pertanyaannya, Naya malah menamparnya sekali lagi. dan ketika Naya sadar bawha tamparannya mendarat pada belakang tangan Angga bukan di pipinya, Naya mengalihkan serangannya dengan meninju lengannya berkali-kali.

"Ow, ow, ow. Stop it. What is wrong with you?" dia yakin bukan saja akan ada bekas telapak tangan pada pipinya, tapi memar pada lengannya besok.

"Kau masih bertanya!!" omel Naya dan sekali lagi melayangkan tinjunya yang kali ini mendarat pada dadanya.

"Aw, aduh!! Stop noona! Ini sakit!" geram Angga sambil mengusap-usap dadanya.

"I DON'T CARE! Kau benar-benar pria paling egois yang pernah aku kenal! You are an asshole, Angga!" teriak Naya dengan mata berapi-api.

"Naya! Apa kamu pikir aku tidak tahu itu?" Angga balas berteriak sebelum kemudian menurunkan nadanya ketika melihat supir menatap kami dengan tatapan aneh.

"Aku sudah hidup dengan penuh penyesalan atas perbuatanku selama lima tahun. Lima tahun, naya!! Itu hampir seribu delapan ratus hari terasa seperti ada beban berat yang menindih dadaku. Dan tidak peduli apa yang sudah aku coba, aku tidak bisa mengangkat beban itu."

"Kau pantas merasa seperti itu, Angga! Kau bahkan menyalahkan dia atas kematian anak kalian. What were you thinking?!" teriak Naya.

"Saat itu, aku panik, oke? Aku tidak... tidak bermaksud menyalahkannya saat itu."

Mereka saling tatapan tanpa mengatakan apa-apa selama beberapa menit. Masing-masing mencoba mengontrol pernapasan mereka yang sudah terengah-engah.

Naya menghembuskan napas, "Kau seharusnya mengabari aku," ucap Naya pelan.

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang