Part 44

27 5 1
                                    

Bucheon, 2025

-Sungjae POV-

Sejam kemudian aku kembali ke kamar Joy dengan bubur, segelas teh hangat, dan segelas air putih. Aku membutuhkan beberapa menit untuk mencari segala sesuatu di dapur Joy dan juga harus menelpon Irene untuk menanyakan bagaimana caranya membuat bubur. Tapi dasar Irene yang seumur hidupnya tidak pernah bisa masak kecuali membuat oatmeal cookies, justru meminta pembantunya untuk memberikan instruki itu kepadaku. Aku hanya berharap bubur ini sesuai dengan perut Joy.

Aku meletakkan nampan di atas nakas sebelum membangunkannya. "Joy-ah, kamu bisa bangun? Kamu harus makan supaya bisa minum obat. Ini aku sudah buatkan bubur," ucapku pelan.

Joy membuka matanya dan langsung meringis ketika mencoba menarik tubuhnya untuk duduk. Melihat itu aku langsung membantunya dengan menumpukkan bantal di belakangnya.

Aku lalu duduk di sampingnya dan sedikit-sedikit mulai menyuapi bubur untuknya. Aku tidak pernah menyangka bisa menjadi seorang suster, tapi mendapati diriku semakin menyukai peran ini setiap kali Joy membuka mulut untuk menerima suapanku. Sesuatu yang mirip dengan rasa bangga karena Joy bisa memercayaiku untuk mengurusnya. Setelah lima suapan, Joy menggelengkan kepala. Aku meminta Joy meminum teh hangat sampai habis sebelum memberinya obat demam.

"Thanks" ucap Joy.

Aku tersenyum dan berkata "Anytime, Bee."

Setelah memastikan Joy terbaring dengan nyaman, aku meninggalkannya untuk membawa peralatan makan kotor kembali ke dapur. Melihat keadaan dapur yang sudah mirip kapal pecah setelah aksi memasakku, aku memutuskan membersihkannya.

***

Puas dengan dapur yang sudah mengkilat, aku kembali melirik jam tangan. Melihat bahwa hampir satu jam sudah berlalu, aku memutuskan untuk memeriksa Joy lagi. aku menemukan Joy sedang duduk di atas tempat tidur dengan kaki menyentuh lantai, seakan sedang mencoba bangun.

"Joy-ah, kamu mau kemana?"

"Aku perlu ke toilet. Tapi tidak bisa bangun," ucapnya.

"Mau aku bantu?"

Wajah Joy sedikit memerah sebelum dia mengangguk. Aku menunduk dan meminta Joy melingkarkan lengannya pada leherku sebelum menggendongnya. Joy sedikit mengerang sebelum mengistirahatkan kepalanya pada bahuku. Aku bisa merasakan suhu tubuh Joy mulai menurun.

Aku mendudukkan Joy di atas toilet sebelum bertanya, "Kamu bisa sendiri apa perlu bantuan aku?"

"Aku bisa sendiri," ucap Joy.

"Oke. Aku tunggu di luar. Call me when you're done, I'll take you back to bed."

Aku lalu meninggalkan Joy sendiri. Melihat tempat tidur Joy yang berantakan, aku langsung bergegas membereskannya. Aku baru setengah jalan ketika mendengar bunyi keran yang disusul bunyi shower yang dihidupkan. What the... panik, aku langsung menerobos pintu kamar mandi tanpa mengetuknya terlebih dahulu dan Joy sedang duduk naked dan menggigil di bawah pancuran air. Tidak ada uap sama sekali dari pancuran itu, yang berarti itu air dingin.

"Joy-ah, what are you doing?!" teriakku yang langsung mematikan shower.

Aku bertanya-tanya apakah Joy sudah gila karena kebanyakan minum obat, membuatnya melakukan hal gila seperti ini.

"Ja-jangan dimatikan. A-aku mau mandi," ucap Joy dengan gigi bergemertak.

Aku tidak menghiraukannya dan melihat sekelilingku, mencari handuk untuk menutupi tubuhnya. Bukan karena aku malu melihat Joy naked, tapi karena aku tidak mau Joy kedinginan.

Ketika menemukan handuk di atas toilet aku langsung menyambarnya dan buru-buru membungkus tubuhnya yang masih gemetaran.

"Bee, suhu tubuh kamu masih terlalu panas untuk mandi. Bagaimana kalau dilap saja?"

"Pa-panasku sudah turun. badanku le-lengket. Ti-tidak bisa tidur, please, oppa."

Aku ragu sesaat. Apa aman baginya untuk mandi? Bagaimana kalau tiba-tiba dia kejang karena itu. tapi semakin aku berdebat dengan diriku seperti ini, semakin lama Joy duduk di lantai shower yang dingin.

"Oke, kamu boleh mandi, tapi pakai air hangat ya?"

Joy hanya mengangguk. Aku mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas toilet sementara aku mengatur suhu air shower. Setelah puas bahwa aku mendapatkan suhu air yang pas, aku membantu Joy menanggalkan handuk yang menyelimutinya dan mendudukkannya di bawah pancuran air. Otomatis bajuku langsung basah karena ini, tapi aku tidak peduli. Aku menurunkan botol sampo dan sabun dari tempatnya dan meletakannya di lantai dekat Joy.

Melihat Joy hanya diam saja, aku betanya, "Apa kamu perlu bantuan?"

Sesuatu yang mirip kepanikan dan keraguan terlintas sekejap di matanya, sebelum dia mengangguk. Aku langsung berlutut di hadapan Joy dan mulai mencuci rambutnya, setelah itu baru tubuhnya. Joy tidak protes sama sekali selama aku melakukan ini semua. Ketika aku menyabuni tubuhnya, terlintas di pikiranku bahwa aku sudah melakukan sexual harassment kepada Joy dengan melihatnya naked dan menyentuhnya ketika Joy terlalu lema untuk mengatakan 'tidak'. Mungkin sebaiknya aku menghentikan apa yang aku lakukan sekarang dan menelpon Irene untuk memintanya menggantikanku. Tapi aku tahu betapa bodohnya ide ini. mencoba membuat diriku merasa lebih baik, aku berkata dalam hati, 'Joy membutuhkan pertolonganku dan aku sedang memberikannya. Itu saja.'

Lima menit kemudian Joy sudah bersih dan aku menghanduki seluruh tubuhnya hingga kering. Aku lalu meminta Joy menunggu sebentar supaya aku bisa mengambilkan pakaian untuknya. Aku membuka pintu lemari Joy dan mengambil kaus dan celana dalam pertama yang aku temukan sebelum kembali ke kamar mandi dan memberikan pakaian itu kepada Joy. Aku melihat Joy sedang menunduk sambil menutup mata. Sadar Joy kemungkinan terlalu lemah untuk memakai pakaian sendiri, aku membantunya.

Setelah Joy berpakaian, aku betanya, "You felt better?"

Joy hanya mengangguk. Aku baru saja akan meninggalkannya ketika aku melihat air mata keluar dari sudut matanya.

"Bee, why are you crying?"

"Aku tidak tahu tahu kenapa kamu sangat baik sama aku. Aku sudah begitu menyebalkan sama kamu beberapa hari ini, tapi kamu malah di sini mengurus aku yang sakit. Kenapa kamu masih di sini, oppa?"

Aku berlutut di hadapannya yang menatapku dengan tatapan sedih dan tidak percaya. Aku membelai rambutnya yang masih agak basah, menarik satu untaian ke belakang telinganya.

"Karena kamu sakit dan perlu bantuan aku," ucapku akhirnya dan buru-buru bangun sebelum aku melakukan sesuatu yang bodoh dengan mengatakan apa yang sebenarnya ada di kepalaku.

Aku meninggalkan Joy untuk menyelesaikan membereskan tempat tidur. Setelah tempat tidurnya rapi kembali, aku kembali ke kamar mandi untuk menggendongnya ke tempat tidur. Joy hanya sempat menggumamkan kata terima kasihnya sebelum tertidur kembali.

TBC

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang