EPILOG

56 2 5
                                    




Bucheon, 2025

-Sungjae POV-

Aku kembali mengunjungi lokasi kejadian di dalam terowongan yang gelap. Tanganku yang menggenggam kemudi pun gemetar dengan hebat.

"Kejadiannya terjadi disana."

Aku teringat Kembali kata-kata saksi mata yang sempat melihat kecelakaan itu. Aku menahan tangis sambal memukulkan tinjuku pada kemudi. Sebagai pengganti teriakanku, suara klakson mobil terdengar menggema di dalam terowongan. Tak berapa lama, mobilku keluar dari terowongan yang gelap itu.

Aku meletakkan amarahku yang seperti monster di bagasi mobil.

***

Aku mengendarai mobil menuju lokasi pembangunan itu lagi.

Jalan masuk masih dihalangi oleh pagar besi. Aku berpikir beberapa saat, mencari cara yang cepat dan tepat untuk masuk ke sana. Akhirnya, aku menginjak gas dan menabrak pagar besi itu dengan mobil yang kukendarai. Pagar besi itu pun terbuka. Aku langsung mengarahkan mobil ke dalam lokasi pembangunaan itu. Meskipun anjing yang menjaga lokasi pembangunan itu terus menggoggong, aku tak memedulikannya. Aku mengentikan mobil tepat di depan jalan itu, turun dari mobil.

Tiba-tiba aku merasa mual. Aku berjalan ke arah tempat Joy duduk dijok mobilnya lalu terlempar dari tempat itu. Aku memungut potongan kayu yang jatuh di lantai, lalu mengayunkan kayu itu ke pohon yang memantulkan sosok Rohee dan Joy yang sedang tersenyum.

Aku mengatur kembali napasku yang sesak seperti seekor binatang buas. Sambil menghancurkan semua sudut tempat Joy kehilangan nyawanya dengan cara yang keji. Setelah berada dalam kondisi tidak sadar selama beberapa saat, akhirnya aku menghentikan tindakanku. Aku mulai sadar bahwa semua yang kulakukan ini adalah Tindakan yang tak berarti. Aku pun terduduk di tanah. Hatiku hancur. Rasa bersalahku semakin memuncak dan aku tidak bisa lagi menahannya.

Aku menatap kedua tangan yang kupakai untuk menutup wajahku. Kulitku terlihat seperti kulit reptil yang siap terkelupas. Aku menggores kulitku dengan kuku. Darah pun mengalir. Aku menangis tanpa suara. Kemudian, aku menyadari sesuatu. Seseorang yang seharusnya tiada bukanlah Joy, melainkan aku.

Bagaimana caranya agar aku bisa memberi hukuman pada diriku sendiri yang kini telah berubah menjadi monster mengerikan? Aku merasa jika aku tidak menghancurkan diriku sekarang juga, aku akan terus hidup sambil menanggung rasa benci pada diriku sendiri dan suatu hari nanti rasa benci itu akan meledak.

Suara tangisanku pun menembus tempat itu, terdengar hingga keseluruh lokasi pembangunan yang diliputi kesunyian.

***

Aku bisa melihat pesawat yang sedang lepas landas dan mendarat dari kaca besar yang ada di ruang tunggu bandara. Saat itulah, aku mulai merasakan bahwa aku benar-benar akan naik pesawat. Mungkin karena waktu masih pagi, bandara tidak begitu ramai.

Aku memilih bangku yang tidak terlalu jauh dari pintu keberangkatan, menaruh tasku, lalu duduk di sana. kemudian, aku membuka plastik berisi kertas pembungkus putih. Ketika aku membukanya, terlihat bubuk berwarna putih juga, aku menuangkan bubuk itu ke dalam mulutku, lalu meminum air dari botol dan menelan seluruh bubuk itu. aku mengulang hal itu berkali-kali seperti sebuah ritual. Aku menuangkan bubuk itu ke dalam mulutku, lalu meminum air. Menuangkan, kemudian minum air. Begitu seterusnya.

Hingga akhirnya, aku membuka kertas pembungkus kedua. Aku membukanya dengan hati-hati. Kemudian, aku menuangkan bubuk itu ke dalam mulutku, lalu meminum semua air yang tersisa di dalam botol. Akhirnya, ritual itu selesai. Kini, aku merasa lega dan bahuku pun terasa lebih ringan.

Aku membereskan kertas-kertas pembungkus bubuk yang ada di sampingku dan memasukkannya ke kedua stoples yang ada di tasku. Masing-masing stoples tertulis nama 'Yook Rohee' dan 'Park Sooyoung' dengan aksara Tiongkok. Di dalamnya, kertas pembungkus obat, bukan, kertas-kertas yang tadinya membungkus abu Rohee dan Joy kutumpuk dengan rapi.

Hal yang ditinggalkan oleh dua orang yang aku cintai adalah benda itu. benda yang tidak akan hilang walaupun puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun telah berlalu.

Dengan perasaan yang baru, aku menatap kedua stoples abu jenazah yang ada di pangkuanku. Lalu, aku memejamkan mata sesaat. Aku diam tak bergerak. Aku bisa merasakan bahwa aku, Joy dan Rohee kini akan menjadi satu selamanya. Akhirnya, aku menepati janji yang kubuat dengan Joy.

Ponselku bergetar. Rupanya alarm ponselku berbunyi. Pukul empat pagi. Aku memeriksa waktu dan pintu keberangkatan pesawatku sekali lagi

Pesawat tujuan: Boston

Tiba saatnya aku naik pesawat. Aku memastikan, aku sudah membawa semua kertas pembungkus bubuk yang sudah kosong dan memasukkannya ke kedua stoples abu jenazah. Kemudian, dengan tenang aku berjalan menuju pintu keberangkatan pesawat


--------------------------------------------------------------------------------------------

**Sekian guys, terima kasih untuk semua readers yang sudah menyempatkan waktunya membaca cerita ini sampai di titik ini. Dan untuk semua SungJoy lovers yang membaca kisah kalian jangan kapok yaa bacanya hehe, nantikan aku dengan kisah SungJoy lainnya yang mau request alur juga sangat diperbolehkan, semoga lain kisah kisah couple kita akan berakhir bahagia :)

Btw, aku ada beberapa wejangan untuk tokoh Sungjae dicerita ini, stay tune dipart selanjutnya

Happy Satnight dan Holiday ALL :*

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang