Part 27 (Upgrade)

37 8 0
                                    

Bandung

Author POV

Begitu Jelita memasuki studio teater pagi ini, hal pertama yang dia sadari adalah aroma yang berbeda. Dia mencium aroma bunga-bungaan yang sangat kuat, bukan seperti biasanya.

"Apa ada yang meninggal hari ini, kenapa studio baunya seperti kuburan begini?" canda Jelita pada Namira, sang penata busana.

"Oh, tidak Jelita. Sejam yang lalu ada yang mengantar banyak bunga ke Maya."

"Maya? Bukannya itu asisten kamu, Jelita?" tanya Sonia, salah satu aktris drama musical yang kebetulan sampai di studio bersamaan dengannya.

Jelita mengangguk, menanggapi pertanyaan itu.

"I guess someone has a very romantic boyfriend," ucap Sonia sambil tersenyum dan berlalu melewatinya.

Jelita hanya tertawa mendengar ini, meskipun sedikit bingung karena setahunya Maya tidak punya pacar.

Ketika dia sampai di depan ruang gantinya dan melihat meja riasnya penuh dengan karangan bunga berbagai jenis, dia mengomentari, "Nice flowers, Maya. Smells good, too," sebelum duduk di tempatnya.

"Oh iya teh. Tadi pagi ada yang mengantarnya satu mobil pickup. Saya sudah coba tata sebanyak-banyaknya, tapi masih banyak sisa, makanya tumpah sampai ke tempat saya."

Jelita semakin bingung. Setelah dia bercerai, tidak pernah ada orang yang memberikan bunga padanya. Apa dari fans? Tapi jenis karangan bunga yang sekarang menghiasi mejanya bukan jenis yang biasa dikirimkan seseorang ke idolanya, lebih seperti bunga yang dikirimkan seseorang ke pacarnya. Dengan kesadaran ini, dia langsung waswas.

"Bunganya dari siapa?"

Please don't say, Angga. Please don't say, Angga. Please don't say, Angga. Jelita memohon dalam hati.

"Dari tuan Rama Angga Dinata, teh."

OMG!!! Jelita berteriak dalam hati. Dia seharusnya lebih spesifik lagi waktu memberikan perintah kepada Maya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Angga. Dia sekarang yakin bahwa Angga bukan saja kreatif, tapi nekat. Entah apa yang para crew akan pikirkan begitu mereka melihat studio yang rapi, bersih dan steril ini kini sudah terlihat seperti toko bunga atau lebih parah lagi.. rumah duka. Oh my God, Pak Miko, sang sutradara tidak boleh melihat semua ini. karena dia pasti akan mulai bertanya-tanya siapakah yang mengirim bunga sebanyak ini? dan dia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu tanpa harus berbohong.

"Apa pak Miko sudah sampai?" tanya Jelita setenang mungkin, mencoba menyembunyikan kepanikannya.

"Belum, teh."

"Maya, tolong bantu aku membuang semua bunga ini."

"Semuanya?" tanya Maya ragu.

"Semuanya," tandas Jelita yang tanpa menunggu reaksi Maya, langsung bergegas mengambil dua karangan bunga pertama yang dilihatnya.

Setengah jam kemudian Jelita baru bisa bernapas lagi setelah ruangannya dan meja Maya bersih dari rangkaian bunga. Dia meminta Maya menyemprotkan pewangi ruangan sebanyak-banyaknya di sekitar studio sampai aroma bunga-bungaan tidak tercium lagi. puas telah menutupi jejaknya, dia duduk kembali di meja riasnya dan mengembuskan napas lega.

***

Maya berdiri di dekat tempat sampah di mana dia baru saja membuang semua rangkaian bunga milik Jelita. Ada sedikit kesedihan melihat semua bunga yang sudah dirangkai dengan rapi dan indah kini teronggok terabaikan. Dia tidak tahu masalah apa yang dimiliki Jelita dengan Angga yang ditemuinya hampir dua minggu lalu di acara amal itu, tapi sepertinya masalahnya cukup serius sehingga membuat bosnya yang biasanya tenang dan sopan jadi kalang kabut dan bisa menyumpah dengan fasih.

Dari sedikit percakapan yang dia dengar malam itu, sepertinya Angga adalah mantan suaminya, meskipun dia tidak tahu kapan persisnya hubungan mereka terjadi. Dan sepertinya hubungan mereka tidak berakhir dengan baik karena Jelita berusaha menghindari Angga itu dengan mengatakan dia sudah punya suami. Sesuatu yang menurutnya sangat aneh untuk dikatakan, karena setahunya Jelita tidak punya suami. Jangankan suami, menurut gossip yang beredar di studio, Jelita bahkan tidak pernah punya pacar atau menunjukkan ketertarikan sama sekali untuk menjalin hubungan dengan lelaki manapun. Dan ini bukan karena tidak ada lelaki yang berusaha mendekatinya. Banyak penyanyi laki-laki dan juga beberapa actor yang naksir berat dengan Jelita. Dan kenapa tidak? Dengan kulit putih bersih, wajah berbentuk hati dan mata seperti almond.

Sebagai orang yang cukup romantis, Maya tidak mengerti tindakan Jelita yang menurutnya ekstrem ini. bagaimana bisa seorang wanita waras menolak lelaki seperti Angga? Sudah tampan, romantis gila, lagi, sampai mengirimkan berpuluh-puluh rangkaian bunga. Oh, kalau saja ada yang rela mengirimkan satu rangkaian bunga untuknya, dia pasti senangnya tujuh turunan. Mungkin dia bisa menyimpan satu saja dari semua karangan bunga ini? hitung-hitung dapat pahala karena menyelamatkan makhluk hidup di muka bumi ini dari kehancuran.

Dan dengan begitu, dia mulai mengaduk-aduk tempat sampah memilih karangan bunga yang masih utuh dan belum hancur. Beberapa OB yang melewatinya menatapnya bingung, tapi dia tidak menghiraukan mereka. Setelah beberapa menit akhirnya dia menemukan karangan bunga yang diinginkannya. Karangan bunga matahari. Dia mendekatkan rangkaian itu ke hidungnya untuk mencium aromanya, dan pada saat itulah dia melihat kartu kecil berwarna putih yang terselip di tengah-tengah rangkaian bunga itu. dia menarik kartu itu dan menatapnya dengan sedikit ragu. Dia tahu dia tidak berhak membaca pesan yang dituliskan pada kartu tsb.bahwa kalau dia sampai membacanya, maka dia sudah melanggar privasi Jelita. Tapi keingintahuan menggerogotinya, detik selanjutnya dia sudah membaca isi surat itu.

Dear Jelita,

I love you because you're my sunflower.

Love Boo.

Dia langsung meraba dadanya, terharu oleh kata-kata yang simple tapi sangat sweet itu. dan dengan semangat dia langsung mengaduk-aduk seluruh tempat sampah untuk menarik semua kartu yang ditemukannya pada setiap karangan bunga dan membacanya. Setiap kartu semakin membuatnya meleleh dan lelaki manapun yang bisa membuat wanita merasa seperti ini hanya dengan kata-katanya berhak mendapatkan kesempatan kedua.

***

"Teh."

Jelita yang sedang fokus melatih suaranya langsung mengangkat tatapannya dari layar tab nya dan melihat Maya berdiri ragu di ambang pintu. "Ada apa?"

Maya melangkah masuk dan meletakkan setumpuk kertas kecil di atas mejanya sebelum melangkah keluar tanpa mengatakan apa-apa. Jelita mengangkat alisnya, bingung melihat kelakuan misterius asistennya ini. kemudian tatapannya jatuh pada tumpukan yang Maya tinggalkan, yang ternyata adalah kartu. Kartu yang dia lihat diselipkan pada setiap karangan bunga yang baru saja dibuangnya. Jelita menatap tumpukan itu seakan itu bom. Dia baru saja akan mengangkat tumpukan itu dan membuangnya ke tempat sampah ketika matanya membaca tulisan pada kartu yang paling atas. Dia mengenali tulisan itu sebagai tulisan tangan Angga yang mirip cakar ayam.

I love you because you're the smartest person I know.

Dan tanpa Jelita sadari, dia sudah membaca kartu selanjutnya yang ada di dalam genggamannya.

I love you because you went to Chelsea Football Match with me even though you hate loud noises.

I love you because you always made my T-shirts smell like you.

I love you because you tolerated my singing.

I love you because you watched
horror movies with me even though you were scared shitless.

I love you because you're the most beautiful woman I've ever seen.

I love you because you make me a better person.

Jelita tidak bisa berhenti hingga dia membaca kartu terakhir. Ada 25 kartu, total. Semuanya dengan pesan berbeda-beda. Semua kartu akan dimulai dengan 'Dear Jelita' dan diakhiri dengan 'Love Boo' sebagaimana mereka memanggil satu sama lain waktu pacaran. Hanya Angga lah yang memanggilnya 'Jelita' dan dia ada feeling bahwa hanya dirinyalah yang pernah memanggil Angga 'Boo'. Hah! Peduli setan dengan memori itu. dia tidak akan terperangkap lagi oleh gombalan Angga. Tidak peduli bagaimana dia memanggilnya. Dan tanpa pikir panjang lagi Jelita membuang tumpukan kartu itu ke dalam tempat sampah.

To Be Continued

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang