Part 19 (Upgrade)

40 16 3
                                    

Author POV

Acara sudah berlangsung setengah jalan dan Jelita harus akui bahwa dia cukup menikmati malam dan sepertinya Juwita dan Mahen merasakan hal yang sama, seperti yang dilihatnya dari wajah mereka yang penuh senyuman itu. di luar perkiraannya, makanan yang dihidangkan cukup enak, pengisi acaranya sangat menghibur dan teman-teman satu mejanya ternyata sangat ramah.

Di depan cermin di dalam toilet wanita, Jelita menaburkan bedak pada hidungnya. Toilet itu sepi, hanya ada dirinya dan seorang lagi yang sekarang sedang mengeringkan tangannya dengan handuk. Tidak lama kemudian orang itu pun meninggalkan toilet. Jelita sedang memasukkan bedaknya ke dalam tas ketika pintu toilet terbuka dengan sedikit bantingan dan seorang wanita dengan gaun malam berwarna pink tergesa-gesa menuju salah satu kubikel yang tersedia. Dia sedang mencuci tangan ketika wanita itu keluar beberapa menit kemudian dari kubikel dengan wajah lega.

Tatapan mereka sempat bertemu di permukaan cermin dan mereka sama-sama tersenyum sebelum wanita itu mengalihkan perhatiannya untuk mencuci tangannya. Entah kenapa, ada sesuatu yang familiar dengan wanita ini. apa dia pernah bertemu dengannya sebelumnya? Tapi kalau mereka pernah bertemu, kenapa wanita itu tidak kelihatan mengenalnya sama sekali? Jelita harus segera memalingkan wajahnya dengan sedikit malu ketika tertangkap basah memandang wanita itu.

"Apa ada yang salah dengan baju saya?" tanya wanita itu sedetik kemudian sambil menunduk untuk memeriksa gaunnya.

"Oh, tidak, tidak ada."

"Ada yang salah dengan makeup saya?" tanya wanita itu lagi, kini mendekatkan wajahnya pada cermin dan memeriksa wajahnya.

"Tidak ada," ucap Jelita sekali lagi.

Wanita itu menarik wajahnya dari depan cermin dan mengeringkan tangannya. Jelita berdebat dengan diri sendiri. Tanya, tidak, tanya, tidak, tanya! Tanya!!, tidak bisalah, kalau nanti dia bilang tidak kenal, mukanya mau ditaro di mana?!

"Have we met?" Jelita tidak tahu bagaimana pertanyaan itu bisa keluar dari mulutnya, tapi itulah kenyatannya dan ternyata itu tidak semamalukan yang dia bayangkan.

Wanita itu kelihatan mempertimbangkan pertanyaannya sejenak, sebelum berkata, "I don't think so," dengan senyum bingung dan penuh maaf.

Ternyata penilaian dia sebelumnya tentang kejadian ini salah. Ini jauh lebih memalukan daripada yang dia bayangkan. Dia rasanya ingin lari keluar dari toilet sambil menangis tersedu-sedu saking malunya, namun nyatanya Jelita justru berkata, "maaf, saya salah orang," sebelum bergegas meninggalkan toilet dengan wajah terbakar.

***

"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa membujuk aku untuk membeli satu set peralatan makeup wanita ini," ucap Angga dengan nada kesal sambil melangkah keluar dari ballroom.

"Memangnya kenapa?"

"Apa kau tidak lihat wajah para pria yang duduk di seberangku? Dia pikir aku tidak normal."

Naya hanya melambaikan tangannya santai seakan kekhwatiran itu tidak berdasar. Well, Irene bisa santai, dia berhasil mendapatkan barang lelang yang di inginkannya. Sebuah lukisan dari salah satu pelukis muda Indonesia yang sedang naik daun. Sedangkan Angga? Jangankan pakai makeup, pakai sabun muka saja dia tidak pernah.

"Kamu sengaja buat aku menawar barang itu?" tanya Angga curiga.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," balas Naya.

Tapi Angga tahu sepupunya berbohong karena dia menolak tatapannya, "Kau membuatku menawar barang ini, karena kau tahu aku akan memberikannya kepadamu sampai aku menang. Well, newflash untukmu. Rencanamu gagal total. Aku akan memberikan ini kepada tante, bukan kepadamu."

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang