Part 42

35 6 0
                                    

Bucheon, 2025

-Sungjae POV-

TEMAN?! Teman?! Teman, setelah beberapa hari aku masih tidak percaya bahwa Joy sudah mengatakan dia hanya menginginkan kami jadi teman. Aku lebih tidak percaya lagi bahwa bukannya mengamuk dan memaksa Joy mengakui perasaannya daripada kebohongan yang keluar dari mulutnya, aku justru menerima tawaran ini dengan tangan terbuka. Dasar idiot! Aku tidak akan pernah bisa hanya berteman dengan Joy. Tidak dulu, apalagi sekarang. Aku hanya terlalu mencintainya dan tidak bisa melepaskannya begitu saja. Pepatah yang mengatakan 'if you love someone, you gotta let them go' jelas-jelas diucapkan oleh seorang banci yang tidak pernah merasakan jatuh cinta.

Aku tahu Joy masih paranoid aku akan menyakitinya, sesuatu yang tidak bisa aku salahkan mengingat apa yang sudah aku lakukan. Tapi tidak bisakah dia melihat bahwa aku tidak akan mengulangi kesalahan itu? bahwa aku lebih baik mati daripada menyakitinya lagi? ya, Joy memang memperbolehkanku berhubungan dengan orangtuanya, sesuatu yang aku inginkan lebih dari apapun, tapi itu tidak cukup. Aku juga menginginkan Joy di dalam kehidupanku. Dan ini bukan hanya karena Joy adalah wanita paling cantik, seksi dengan bentuk tubuh yang sempurna, tapi juga karena dia memliki daya tarik luar biasa yang membuat selalu ingin kembali kepadanya.

Joy memang keras kepala dan teguh akan pendiriannya, membuatku sering ingin mencekiknya, tapi begitu juga diriku, dan aku yakin Joy membayangkan menendang kepalaku lebih dari sekali semenjak kami kembali bertemu. Tapi inilah yang membuatku semakin menginginkannya. Aku tidak mau pendamping hidup yang hanya akan menuruti semua keinginanku tanpa memberikan input yang tujuan hidupnya adalah memompa egoku sebagai seorang lelaki. Aku bisa mati bosan dengan kehidupan seperti itu. tapi Joy? Seperti yang aku tahu beberapa minggu ini, ia tidak akan segan-segan mengemukakan pendapatanya dan memaki-makiku kalau aku mencoba menginjak-injak haknya. Hidupku tidak akan pernah membosankan dengan Joy.

Aku tidak pernah dalam posisi ini dan tidak tahu harus bagaimana. Hanya ada dua reaksi perempuan padaku, mengejar-ngejarku seperti stalker, atau membenciku setengah mati karena aku tidak bisa commit. Aku tidak pernah 'berteman' dengan kaum wanita. Tapi sepertinya aku tidak ada pilihan. Kalau pertemanan yang Joy inginkan dariku, pertemananlah yang akan aku berikan padanya. Aku akan menjadi teman yang sangat baik, bertanggung jawan dan bisa dipercaya hingga Joy tidak bisa bisa membayangkan hidupnya tanpaku lagi.

***

Setelah berfoto dengan penggemar terakhirnya, Joy bergegas menghampiriku dengan kedua tangan dijejalkan ke saku jaket tebalnya. "Hi, sedang apa kau disini?"

"Aku kebetulan berada di dekat sini," sahutku.

"Maaf. Sooyoung? Park Sooyoung?"

Kami berdua menoleh kearah seorang wanita muda yang menatap Joy dengan penuh harap.

"Iya, Halo," kata Joy sigap sambil berbalik menghadap wanita itu dengan senyum ramah sambil membungkuk sedikit, berpikir wanita itu pastilah salah seorang penontong yang menunggu di stage door dan yang tanpa sengaja dilewatkannya tadi.

Wanita tinggi dan berambut pirang gelap sepanjang bahu itu tersenyum ragu. "Namaku Son Naeun. Aku dan ibuku baru saja menonton pertunjukanmu." Katanya.

"Terima kasih karena sudah datang menonton," kata Joy tulus.

"Kami bertanya-tanya, apakah kau bersedia minum kopi bersama kami sebentar," lanjut wanita itu. "Ibuku sedang menunggu di kafe tidak jauh dari sini, karena saat ini cuaca terlalu dingin baginya untuk berdiri menunggu di sini."

"Oh." Joy mengerjap kaget. Sepertinya ini pertama kalinya ia mendengar permintaan seperti itu dari penonton. Ia menoleh menatapku sejenak dan aku bisa melihat keraguan berkelebat di matanya.

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang