Part 45

33 8 1
                                    

Bucheon, 2025

-Joy POV-

"Acara ini sangat membosankan."

"Apa maksudmu membosankan? Menurutku semuanya berjalan seperti seharusnya. Tidak membosankan sama sekali."

"Menurutku mereka sebenarnya tidak perlu mengulur-ulur cerita..."

"Aku tidak peduli. Aku menyukai pertunjukan ini apa adanya dan aku tidak mau mendengar kritikmu."

Aku melirik Sungjae dan tertawa kecil mendengar pembicaraan dua orang penonton yang duduk di baru barisan tepat di belakang mereka. Aku mencondongkan tubuh ke arah Sungjae dan berbisik, "Kamu dengar itu?"

Pertunjukan baru selesai dan karena tempat duduk kami berada di tengah-tengah barisan, kami pun tetap duduk di tempat sambil menunggu para penonton di kiri-kanan kami keluar lebih dulu.

Sungjae juga mendekatkan kepalanya ke kepalaku, sampai bahu kami bersentuhan. "Kita tidak bisa menyenangkan semua orang," gumamnya.

"Setidaknya si wanita menyukainya," bisikku.

Sungjae mengangkat bahu sambil lalu. "Kamu sendiri? Bagaimana menurutmu?"

Aku menatapnya dengan alis terangkat. "Aku menyukainya."

"Dan itulah yang terpenting," katanya.

"Ayo guys, giliran kita." sela Suho, yang duduk di sisi lain Sungjae, sambil berdiri.

Sungjae bangkit dari kursi dan mengulurkan tangan kepadaku untuk membantuku berdiri.

Kami pergi ke belakang panggung untuk mengikuti perayaan kecil bersama para penyanyi, artis dan kru, saling memberi selamat dan berfoto bersama. Perayaan itu kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama tim produksi di salah satu restoran terkenal di Bucheon.

"Ini adalah restoran paling mewah yang pernah kukunjungi." Bisikku dengan penuh semangat kepada Sungjae ketika kami sedang menunggu dalam antrean untuk menitipkan jaket.

"Aku juga," kata Sungjae, tapi dengan nada yang tidak terlalu bersemangat.

"Aku juga," timpal Suho. "Omong-omong, kalau kau harus pergi sebelum pestanya berakhir, beritahu seseorang, oke? Supaya kami tahu kau tidak diculik atau semacamnya."

Sungjae mendengus.

"Memangnya kamu mau pergi ke mana?" tanyaku kepada Sungjae.

"Oh, bukan begitu," sela Suho. "Hanya saja, Sungjae tidak bisa bertahan lama di pesta-pesta dan sering menghilang begitu saja."

"Ah," gumamku sambil meliriknya dan mengangguk-angguk. Ternyata sampai sekarang Sungjae masih tidak nyaman berada di tengah keramaian.

"Apa?" tanya Sungjae padaku.

"Aku harap kamu tidak berencana meninggalkanku di sini sendirian seperti dulu," kataku dengan nada bergurau.

"Tidak. Aku akan mengajakmu kalau aku ingin melarikan diri," sahutnya sambil tersenyum kecil.

Tiba-tiba seseorang memanggil tim produksi untuk berfoto bersama. Sungjae menatapku, "Kamu juga ikut."

Aku mendorong lengannya sambil tertawa. "Jangan konyol. Aku bukan anggota tim produksi. Pergilah, aku akan menunggu di sini."

Sungjae terlihat ragu. "Kamu yakin?"

"Ya," sahutku tegas.

"Jangan khawatir. Aku akan menemaninya," kata Suho.

Sungjae menatap Suho, lalu kembali menatapku dan bergumam, "berhati-hatilah dengannya."

"Hei," protes Suho, sementara aku tertawa. Setelah Suho berjalan pergi, Suho berkata, "Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya."

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang