Part 35 (Upgrade)

38 6 3
                                    

Bandung

Jelita POV

Selama beberapa hari inilah rutinitas kami. Angga akan mengantar dan menjemput keponakan-keponakannya dari sekolah dan menghabiskan setiap siang dengan kami. Kadang kami menghabiskan waktu di Mansion Rafael-Naya, kadang di apartemenku. Dan terkadang aku yang menjemput mereka setelah dia pulang kerja. Contohnya seperti menghabiskan hari Minggu ini dengan Chico dan Jeje di apartemenku.

Aku sudah seperti cacing kepanasan semenjak aku mengiyakan rencana Angga ini. bagaimana mungkin aku bisa mengiyakannya? Oh ya, karena aku kembali diperdaya oleh Angga. Entah bagaimana ini semua bisa terjadi.

Untuk kesekian kali aku memastikan celana yang kukenakan tidak kusut. aku membutuhkan waktu 50 menit hari ini untuk memilih pakaian. Stupid, i knows! Memangnya Angga akan peduli dengan pakaianku? Pasti Angga datang ke sini hari ini hanya untuk keponakannya, bukan untuk diriku. Tugasku hanyalah untuk memastikan Angga, sebagai tamu, merasa nyaman di rumahnya. Itu saja. So what kalau aku jadi sedikit gila bersih-bersih beberapa hari ini? so what kalau aku sibuk mempersiapkan bahan-bahan makanan kesukaan Angga semenjak beberapa hari yang lalu untuk makan hari ini? dan so what juga kalau kemarin sore aku sengaja pergi ke toko bunga untuk membeli beberapa rangkaian bunga untuk mengusir bau-bau aneh yang mungkin dimiliki apartemenku?

Oh God, kenapa aku tiba-tiba peduli akan pendapat Angga tentangku? Kenapa aku masih keringat dingin memikirkan Angga menghabiskan waktu di apartemenku?

Aku tahu Angga sudah sampai ketika Chico dan Jeje yang sedari tadi sudah membuka pintu, dan berteriak "Angga uncle sudah sampai. Uncle sudah sampai," dan berlari menghampirinya sebelum aku bisa berkedip.

Aku menarik napas dalam dan mengucapkan, "Dear God, help me!" dalam hati. Aku bisa mendengar suara nyaring anak-anak berteriak menyambut Angga dan suara berat Angga yang membalas sambutan itu. lalu Angga mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku tangkap, tapi sepertinya lucu sekali karena Chcio dan Jeje langsung tertawa keras.

Aku hanya berdiri dekat meja makan mengasihani diriku. Meja makanku hari ini ditutupi taplak border mama. Di atasnya ada empat set peralatan makan porselen yang sudah aku tata sejak pagi, juga milik mama. Karena aku tidak pernah mengundang tamu ke apartemen ini, aku tidak pernah melihat kepentingan untuk memiliki taplak.

Ketika aku sedang memanggil-manggil nama Tuhan saat itu Angga muncul sambil menggendong Jeje yang sedang merentangkan tubuhnya seperti pesawat dan mulai berteriak. Dan Chico yang melingkari kaki kanannya dalam proses memanjat tubuh Angga. Aku bahkan tidak tahu bagaimana Angga masih bisa tetap berdiri, apalagi berjalan, dengan anak-anak itu di tubuhnya.

Suatu pikiran bahwa aku ingin ikut bergabung bersama mereka membuatku terkesiap cukup keras, sehingga tatapan Angga langsung tertuju padaku. dengan susah payah aku berusaha menempelkan senyuman pada wajahku. Angga buru-buru menurunkan Jeje dan menunduk untuk menarik kaki Chico dan menggantungnya terbalik. Pertama kali melihat Angga melakukan itu, aku hampir terkena serangan jantung, tapi kemudian aku melihat Chico tertawa-tawa senang dan Angga menurunkannya beberapa detik kemudian. Kini aku tahu Angga tidak akan melakukan itu kalau tahu Chico tidak menyukainya atau akan membahayakannya.

Setelah menurunkan Chico, Angga bergegas kearah ku dan seperti biasa, memberikan ciuman di keningku. Hanya satu ciuman, bukan dua dan selalu di keningku. Inilah satu hal lagi yang aku tidak tahu bagaimana bisa terjadi, tapi semenjak aku memperbolehkan Angga mencium keningku di rumah orangtuaku, Angga sepertinya menilai itu sebagai tanda dia bisa melakukannya setiap kali bertemu denganku. Sampai detik ini, aku tidak tahu kenapa aku membiarkan kebiasaan ini berlanjut.

***

Angga POV

Aku membiarkan bibirku menempel lebih lama pada kening Jelita daripada hari sebelumnya. Aku tidak tahu apakah Jelita sadar bahwa setiap kali aku mencium keningnya, aku selalu menambahkaan setengah detik, membuat ciumanku semakin lama semakin panjang. Aku tidak tahu kenapa Jelita memperbolehkanku melakukannya, terutama karena aku selalu menciumnya dua kali, kadang tiga kali dalam sehari. Intinya setiap kali ada kesempatan mencium keningnya, aku akan melakukannya. Ciuman inilah yang paling aku tunggu-tunggu sepanjang hari, aku merasa lebih bisa menghargai kesempatan mencium Jelita karena tahu ini tidak diberikan dengan rela, lebih seperti reflex. Suatu hari aku ingin Jelita balik menciumku karena dia memang mau melakukannya, bukan terpaksa.

Dengan enggan aku menarik bibir dari kening Jelita dan berkata, "Hai."

"Hai," balas Jelita.

Hmm, ada yang sedikit aneh dengan Jelita hari ini. wajahnya merah dan napasnya terdengar sedikit memburu. "Are you okay?" tanyaku.

"Yup, fine, never better, just awesome. Just... kamu bawa apa itu?"

Aku masih mencoba mencerna kata-kata Jelita yang diucapkan terburu-buru itu ketika Jelita menunjuk plastik yang kubawa. "Oh, ini buah naga. Maid bilang bagus untuk Chico dan Jeje. Aku pikir kita bisa makan ini untuk dessert. Kamu yakin kamu tidak apa-apa?"

Tanpa menjawab pertanyaanku, Jelita justru meraih, lebih tepatnya merebut, plastik yang kugenggam itu sebelum berlalu sambil berseru, "aku akan potong ini. kamu main saja sama Chico dan Jeje."

Weird, tingkah laku Jelita benar-benar aneh hari ini.

"Uncle, kita mau main apa hari ini?" tanya Jeje.

"Uncle akan ajari kalian main ludo."

"Yeay."

Seperti biasa, Chico dan Jeje selalu antusias untuk diperkenalkan dengan hal-hal baru. Kami sudah hampir selesai membaca buku harry potter, di mana seperti juga berjuta-juta anak-anak di seluruh dunia, langsung jatuh cinta dengan dunia sihir-menyihir. Naya tidak memperbolehkanku mengenalkan video game kepada mereka, takut otak mereka yang cemerlang itu jadi bubur dan meskipun aku tahu itu tidak benar, aku menghormati permintaan itu. lagipula, masih ada banyak hal lain yang aku ajarkan kepada mereka. Rafael mengusulkan agar kami, dengan maksud diriku dan Rafael, membawa Chico dan Jeje memancing dan berkemah, sesuatu yang aku yakin akan disukai mereka.

To Be Continued

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang