Part 17 (Upgrade)

49 18 3
                                    

Jakarta, 2018

Jelita POV

The feeling after the fight is always weird. You know, perasaan ada jarak dengan pasangan. Jarak yang membuat kita menjadi lebih menjaga sikap supaya tidak terjadi pertengkaran yang sama. Jarak yang membuat semuanya kaku. Oh, how I hate this.

Entah kenapa rasanya aneh melihat Angga asyik menyetir tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan sesekali tersenyum ke arahku. Kita sudah meninggalkan bandara sejak satu jam lalu. Tapi hampir tidak ada pembicaraan apapun. Aku sendiri tidak tahu harus membicarakan apa.

Strating a good nice conversation after a disappointment is hard sometimes. Tiba-tiba Angga menghentikan mobilnya di sebuah apartemen di daerah Sudirman. Entah apartemen siapa ini.

"Mas, Kita kenapa kesini?" tanyaku

"Nanti juga tahu," jawabnya singkat sambil tersenyum.

Aku menatapnya bingung. Well, sebenarnya kondisi di mana Angga mengajakku pergi tanpa aku tahu tujuannya kemana memang sangat sering dia lakukan saat kita belum menikah dulu. tapi Angga yang penuh kejutan sudah hilang setelah kita menikah. Dan aku sama sekali tidak mengira hobinya ini masih tersimpan di dirinya.

Aku mengikuti Angga bertemu dengan seorang ajjushi di lobi apartemen. tidak lama kemudian, ajjushi itu mengantar kami ke lantai 20 dan membuka salah satu unit apartemen.

"Kamu suka?" tanya Angga ketika aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan.

"Hah?" aku sama sekali tidak mengerti maksud pertanyaan Angga.

"Kamu suka tempat ini?"

I have to say this place is amazingly beautiful. Kaca besar yang sekaligus berfungsi sebagai pintu menuju balkon menyuguhkanku pemandangan gedung-gedung tinggi dengan langit jingga ibu kota. Matahari sudah hampir terbenam. Sebentar lagi pasti pemandangannya lebih indah lagi dengan gemerlap lampu kota. Satu pemandangan kota yang selalu menjadi favoritku.

"Mas, ini apartemen siapa?" tanyaku.

"Tadi sebelum jemput kamu, aku cari-cari apartemen dekat kantor. Terus ketemu tempat ini. kalau kamu suka, aku mau ajak kamu pindah ke sini."

"Pindah, kenapa?"

"Pertama, kalau tinggal di sini, aku bisa jalan kaki ke kantor. Jadi, aku bisa berangkat lebih siang, pulang lebih cepat, kalau perlu makan siang di rumah juga. supaya waktu aku untuk kamu bisa sedikit bertambah. Supaya aku bisa lebih perhatian sama kamu."

"Mas, you don't need to do this, seriously."

"Tidak apa-apa. aku mau tunjukan kalau aku serius dengan semua kata-kataku kemarin. Dan cara menunjukkan itu dengan bukti nyata, bukan hanya janji, ya kan?"

Oh my God. Aku sama sekali tidak mengira Sungjae akan melakukan hal sejauh ini demi menunjukkan bahwa dia akan berubah dan memberikan lebih banyak waktunya untukku. He's so sweet. Sometimes.

"Tapi, Mas apartemen ini besarnya dua kali lipat apartemen lama kita. apa tidak berlebihan?"

"Jelita, kamu lupa, sebentar lagi kita punya anak. Perlu ada kamar untuk anak kita."

Aku reflex memegangi perutku yang belum besar sama sekali. Mungkin karena semua masalah yang menimpaku akhir-akhir ini membuatku kehilangan nafsu makan. Padahal aku sudah tidak pernah mengalami morning sick sama sekali. Kasihan anak dalam kandunganku ini. masih dalam perut saja sudah harus ikut ibunya stress.

"Sini," Angga menggandengku memasuki salah satu kamar, "kamar ini rencananya mau aku jadikan kamar anak kita. aku mau kasih wallpaper biru."

Hanya dengan sekilas melihat ke ruangan itu, aku sudah memvisualisasikan barang apa saja yang akan ada di dalamnya. Box bayi di sini. tumpukan mainan di sisi sana. pasti menyenangkan sekali.

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang