Part 25 (Updrade)

44 7 0
                                    

Bandung

Jelita POV

Aku harus pindah. Aku tidak bisa tinggal satu kota dengannya. Meskipun Bandung besar, kemungkinan bagiku bertemu Angga akan lebih besar daripada kalau aku tinggal di negara, benua atau lebih baik lagi, beda galaksi. Mungkin aku bisa mencoba mencari kerja di jepang atau eropa atau bahkan Mars saja sekalian. Intinya di mana saja asal jauh dari Angga.

Tapi aku tidak bisa. tujuanku datang dan menetap di Bandung belum terlaksana, aku tidak bisa meninggalkan kota ini sampai semua yang kurencanakan tercapai.

Aku tidak percaya aku bilang ke Angga bahwa aku punya suami. Di antara begitu banyak hal yang bisa aku katakan untuk manjauhkan Angga dariku, aku harus mengatakan itu? bagaimana kalau Angga mencari informasi tentangnya dan tahu aku tidak pernah menikah lagi? entah apa yang akan dipikirkan Angga tentangku. Mungkin nanti dia pikir aku wanita gila yang berhalusinasi tentang pernikahan. Dengan susah payah aku memaksa diriku memasuki apartemen.

Aku hanya bisa mendesah pasrah melihat pantulan wajahku pada cermin. Kulit pucat, hidung merah menyaingi badut, mata bengkak dan ada lingkaran hitam di bawahnya. Semua ini hasil dari menangis semalaman dan kurang tidur. Ini bukanlah wajah professional seorang penyanyi. Buru-buru aku tanggalkan semua pakaian sebelum melompat masuk ke bathub dan menghidupkan shower. Di bawaha siraman air dingin, aku memikirkan nasib sialku. Kenapa Angga harus muncul sekarang? Setelah bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya dan berpikir bahwa aku akan baik-baik saja tanpanya, tiba-tiba Angga muncul untuk menghancurkan segalanya.

Tadi malam, aku menangis tersedu-sedu. Aku tidak bisa menahan diri ketika sudah sendirian di dalam kamar, tempat tidak akan ada orang yang bisa melihatku menangis.

Membutuhkan waktu beberapa jam bagiku untuk menenangkan diri. Dan pada saat itulah aku sadar bahwa aku menangis karena marah, kecewa dan takut. Marah atas tingkah laku Angga yang kelihatan lupa sama sekali akan apa yang sudah lelaki itu lakukan padaku. Kecewa pada diriku sendiri yang meskipun tidak akan pernah bisa melupakan atau memaafkan Angga, masih merasakan ketertarikan luar biasa padanya. Dan ketakutan bahwa Angga akan mencoba merayuku lagi, mengajakku untuk kembali bersamanya setelah itu dia akan kembali menyakitiku.

***

Flashback On

Jakarta, 2018

Setelah pernikahan kami dua tahun, kami mulai bersiap-siap menyambut datangnya sang buah hati. Sembilan bulan, aku merasa masanya telah tiba. Dengan rasa khawatir bercampur senang, diantarnya aku ke rumah sakit. Angga kelihatan begitu khawatir, sedang aku mencoba menghilangkan kekhawatirannya dengan tersenyum, meskipun sakit di perutku mulai terasa menyerang.

"Jelita, aku ingin di sampingmu ketika kamu melahirkan, tapi dokter melarangku. Dokter mengatakan mungkin aku tidak akan tahan."

Ketika itu dia berjalan di samping ranjangku yang membawaku ke kamar bersalin. Dipegangnya tanganku erat-erat.

"Jelita, kamu tidak takut kan?"

Pertanyaan yang aneh, tapi penuh rasa cinta yang mendalam kurasakan. Kugelengkan kepalaku sambil tersenyum.

"Mas, jangan khawatir sakitnya hanya sedikit sebentar saja."

Kulihat Angga merasakan itu melalui kebahagiaan yang terlukis pada wajahnya. Dipandangnya aku dalam-dalam, sedangkan matanya yang bening itu terlihat mulai berair.

Angga berhenti, dan ranjang itu telah masuk kamar bersalin. Aku tidak ingat lagi berapa lama aku di kamar ini, dimana sayup-sayup kudengar tangis yang begitu keras, tangis bayi yang sangat membahagiakan aku. Aku tidak kuat lagi. tiba-tiba Angga sudah berada di samping tempat tidurku. Dipegangnya pipiku, tanganku, kakiku dengan penuh kebahagiaan.

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang