Part 32 (Upgrade)

33 6 0
                                    

Bali

Jelita POV

K Club Ubud adalah salah satu restoran yang ada di Bali yang menyajikan makanan khas Bali yang paling enak yang pernah aku cicipi. Tempatnya kecil, seperti kebanyakan restoran lainnya, tetapi makannya enak dan bisa makan sambil mengobrol dengan teman-teman tanpa perlu menyenggol orang-orang di meja sebelah.

Begitu aku memasuki restoran yang sudah semarak itu, aku langsung disambut oleh pemilik itu sendiri, "Dara!" serunya dengan logat Bali yang kental dan hangat, yang selalu membat namaku terdengar sangat eksotis.

"Hi, Bli Made!" balasku.

"Sendirian?" tanyanya sambil menatapku dengan alis terangkat bertanya.

"Tidak." Aku memandang berkeliling, mencari orang yang akan aku temui. "Ah, itu dia temanku."

"Pergilah," katanya. "Aku akan melayani kalian sebentar lagi."

Aku mengucapkan terima kasih dan berjalan melintasi restoran yang ramai ke arah meja di dekat dinding sebelah dalam. Ketika aku melangkah semakin dekat, aku bisa melihat Lavian yang berambut gelap pendek duduk di samping Eyrin. Sepertinya mereka sedang melihat-lihat menu. Namun, aku segera menyadari bahwa mereka tidak hanya berdua. Ada orang ketiga di meja itu, yang menempati kursi di hadapan Eyrin dan Lavian, memunggungiku.

Aku hanya bisa melihat punggung yang terbalut sweter biru dan rambut berwarna gelap, tetapi aku hanya butuh waktu sedetik untuk menyadari bahwa aku mengenal pria itu. kesadaran yang mengejutkan itu membuat langkahku goyah sesaat.

Aku tidak sempat berpikir lebih jauh, karena tepat pada saat itu Eyrin melihat kedatanganku dan ia mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Dara! Di sini!" Lavian juga mengangkat sebelah tangan untuk menyapa. Pria yang duduk bersama mereka pun berbalik.

Aku sudah memiliki pengalaman empat tahun bernyanyi di atas panggung di mana segala sesuatu bisa terjadi namun pertunjukkan harus tetap berlangsung seolah tidak terjadi apa-apa. jadi aku tahu apa yang harus aku lakukan.

Aku menarik napas, menyunggingkan senyum cerah dan mempercepat langkah kearah meja. "Hai! Maaf membuat kalian menunggu."

Eyrin menggeleng. "Tidak, tidak. Kami belum menunggu lama." Matanya berbinar-binar sementara ia mengayunkan tangan ke arah pria yang duduk di depan Lavian. "coba lihat siapa yang ada disini. Kejutan! Aku sangat terkejut melihat Angga ternyata ada di rumahmu saat aku berkunjung tadi sore bersama Mas Lavian."

Aku menoleh ke arah orang yang ditunjuk, menatap wajah yang sudah aku kenal dengan sangat baik itu selama tiga detik penuh sebelum membiarkan matanya melebar kaget.

"Bagaimana kamu bisa ada di sini? aku pikir tadi setelah aku pergi, kamu juga sudah pergi." Nada terkejut dalam suaraku tidak berlebihan. Sempurna.

"Tadi juga saat aku pergi kesana, dia sudah bersiap-siap mau pulang. tapi, aku yang memintanya untuk mengobrol sebentar sebelum kalian kembali ke Bandung," Eyrin yang menjawab dengan penuh semangat.

Menyadari diriku ditatap, aku mendadak menoleh dan menatap Angga dengan alis terangkat bertanya. Angga mengalihkan pandangan.

"Aku senang kita berempat bisa berkumpul lagi seperti dulu," kata Eyrin dengan wajah berseri-seri. "terlebih lagi di Bali! Siapa yang menyangka?"

"Aku justru tidak menyangka kalian berdua bisa menikah!" ucapku lantang berusaha mengalihkan perhatian

Lavian tertawa. "aku sendiri juga tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. malah kalian yang kupikir punya hubungan yang harmonis malah bercerai."

Raut wajahku tidak berubah.

Aku melihat Eyrin diam-diam menyiku lengan suaminya sambil tertawa canggung. "Ha ha ha. Apa yang kamu ocehkan Mas? Kamu lihat sekarang? Mereka sudah semakin dewasa, dan terlihat seperti teman akrab."  Ia menatapku dan Angga bergantian.

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang