Part 37 (Upgrade)

43 8 0
                                    

Bandung

Jelita POV

Mendengar teriakan Angga, aku langsung menoleh dan mendapatinya sedang bertolak pinggang di depan lukisan kanvas Orpheus dan Eurydice, yang aku beli beberapa tahun lalu. Tubuh Angga menghadap lukisan itu, jadi aku hanya bisa melihat punggungnya.

 Tubuh Angga menghadap lukisan itu, jadi aku hanya bisa melihat punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ada masalah sama lukisan aku?"

Angga menoleh dan berteriak, "tentu saja aku ada masalah."

Tanpa aku sangka-sangka Angga meraih bagian kiri dan kanan bingkai dan mengangkatnya seakan-akan siap menurunkan dari singgasananya. Meja rias terlupakan, aku langsung berlari menuju kearahnya. "Hey... hey... kamu mau apa?" teriakku panik.

"Aku mau turunkan lukisan ini," geram Angga sebelum menarik bingkai dari gantungan di dinding.

Kalau saja otot lenganku sebesar punya Angga, aku mungkin sudah mencoba menarik bingkai itu dari Angga. Tapi aku tahu bingkai itu terlalu berat untukku, alhasil aku hanya bisa berteriak-teriak seperti orang gila. "Mas, kamu sudah gila, hah? Kembalikan bingkai itu ke tempatnya sekarang juga!"

Angga justru menurunkan bingkai itu ke lantai lalu mengistirahatkan tangan di atasnya. "aku tidak percaya kamu punya gambar seperti ini di dalam kamar tidur kamu," ucapnya sambil memberikan tatapan kesal padaku.

Aku hanya menatap Angga bingung, tidak mengerti kenapa lelaki ini bertingkah seperti itu hanya karena lukisan.

"Ini lukisan paling mengerikan yang pernah aku lihat, Jelita!" geram Angga ketika melihat wajah bingungku.

"Mengerikan? Bercanda kamu. Ini lukisan sepasang kekasih, Orpheus dan Eurydice."

"Who the hell are Orpheus and Eurydice?"

"Orpheus adalah penyanyi, penyair dan Eurydice adalah istrinya." Aku mencoba menjelaskan dan ketika wajah Angga masih kelihatan bingung, aku menambahkan dengan tidak sabaran, "itu kisah mitologi yunani, setahuku seperti itu."

Pemahaman muncul pada wajah Angga. "Bukannya istrinya itu gila dan bunuh diri?" tanyanya.

"Eurydice tidak bunuh diri, dia itu terpatuk ular berbisa dan mati ke dunia bawah kekuasaan hades. Saat melihat jasad istrinya, Orpheus segera pergi ke alam bawah untuk menjemput istrinya kembali. Sesampainya ke alam bawah, suaminya itu memainkan lagu dan menyentuh sang dewa dan dewi kematian. Dewi kematian pun setuju Eurydice kembali dengan syarat mereka tidak boleh menengok ke belakang hingga sampai ke dunia atas. Sesampainya di dunia atas, Orpheus menengok ke belakang. Sayangnya, istrinya tingkal selangkah lagi ke dunia atas. Dan akhirnya batal, Eurydice pun menghilang dari pandangan Orpheus untuk selamanya." Aku mencoba menjelaskan meskipun masih dengan nada geram.

"Tetap saja, lukisan ini mengerikan. Aku bisa punya nightmare malam ini karena lukisan ini."

"Lukisan ini tidak mengerikan. Orpheus dan Eurydice itu lukisan paling indah yang pernah aku lihat. Makanya aku beli untuk dipajang di sini."

RUNTUH✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang