06 | Ingatan lama? atau Prediksi?

29K 4.1K 105
                                    

Aku berjalan sambil merangkul lengan Arion yang kekar, berjalan melewati sekumpulan para lady muda yang tengah iri melihatku bersama kakak tertuaku ini.

Nah, akhirnya kau iri kan dasar cewek-cewek sial! Beraninya dulu kalian membully dan menghina Ailyn yang asli. Lihat kakakku ini! Otot lengannya sangat kekar lho, kurasa para perawat di Korea pun akan sangat tergila-gila saat menyuntik dirinya.

 Lihat kakakku ini! Otot lengannya sangat kekar lho, kurasa para perawat di Korea pun akan sangat tergila-gila saat menyuntik dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ailyn sesekali melirik kearah para lady yang iri padanya. Mereka yang menyadari lirikan sang mawar merah pun, langsung diberikan senyuman 'kemenangan' oleh sang mawar. Arion melihat nona-nona bangsawan yang kesal karena adiknya pun hanya bisa menahan tawanya.

Pftt, ini baru Lyly kami...

Mereka terus berjalan kearah Grand Duchess yang sedang mengobrol seru bersama Permaisuri. Dialah Permaisuri Helenia, Permaisuri yang dikenal akan kemurahan hatinya pada rakyat. Baik hati, juga cantik jelita. Berbeda sekali dengan putranya yang memiliki karakter iblis.

Bahkan ibunya saja memiliki kebaikan hati seperti ini, entah dari mana Frederick mendapatkan gen iblis seperti itu.

"Selamat malam Yang Mulia Permaisuri, semoga keabadian dan kebaikan selalu menyertaimu," ucapku dengan anggun.

Permaisuri menoleh kearahku lalu menyambutku dengan baik, begitu juga dengan Grand Duchess yang tiba-tiba menarikku kedalam dekapannya. "Ahh putri kecilku yang lucu! Aku merindukanmu!" ucap Grand Duchess.

Permaisuri tertawa melihat tingkah laku Grand Duchess padaku, mereka berdua pun mulai menceritakan masa kecil putrinya masing-masing, meski aku bukanlah Ailyn yang asli, namun saat mendengar cerita Grand Duchess perihal Ailyn kecil mengompol diatas kasur, aku malu bukan main bahkan sepertinya wajahku terlihat memerah.

Kenapa harus menceritakan itu sih?!

Arion yang ikut mendengar hanya bisa memalingkan wajahnya, namun itu terlihat jelas kalau dia sedang menertawaiku. Tubuhnya bergetar seolah dia sedang menahan tawa akibat rasa geli disekujur tubuhnya.

Aku bukan Ailyn asli, namun tetap saja aku merasakan rasa malunya!

Setelah puas tertawa secara diam-diam, Arion pun berbicara pada Grand Duchess. "Ibu sudah cukup, sepertinya Ailyn sudah terlalu lelah. Bagaimana kalau kita kembali? Caius juga sepertinya sudah cukup mengobrol dengan ayah," ucap Arion.

"Benarkah itu putriku? Ibu juga sudah lelah, apa kau ingin pulang juga Arion?" tanya Grand Duchess.

Arion mengangguk, lalu melirik kearahku. "I-Iya Bu! Aku sudah lelah dan ingin segera beristirahat!" ucapku dengan sedikit manja.

Permaisuri melihatku sembari tersenyum lalu menghampiriku, beliau pun mengusap kepalaku dengan lembut dan memberikanku sebuah cincin emas.

"Putrimu sungguh manis dan lucu Daphne. Apa aku bisa berharap dia menjadi putriku juga? Terimalah hadiah kecil dariku Ailyn, kita bertemu lagi nanti," ucap Permaisuri.

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang