Setelah melewati malam pertarungan yang menegangkan itu, semua terasa biasa-biasa saja. Caius menepati janjinya untuk tidak mengatakan apapun pada Grand Duchess, jadi hingga detik ini pun tidak ada yang curiga, terlebih bekas cengkeraman di leherku telah hilang setelah diobati oleh Caius. Hanya saja, Violet sepertinya menyadari keanehan dari sikapku yang mencoba untuk menutupi leherku.
"Kenapa? Kenapa kemarin kau mengenakan syal? Kau sakit?"
"Ah tidak, hanya saja semalam terlalu dingin."
"Apa maksudmu? Kau bisa menggunakan sihir bukan? Kenapa kau tidak menghangatkan dirimu menggunakan sihir?!"
Aku menghela nafas berat, lalu menatap Violet dengan lembut.
"Aku tidak tahu kalau ternyata sepupuku yang jahil ini sangat perhatian padaku," ucapku.
Kulihat wajah Violet memerah saat mendengar ucapanku, terlihat jelas sekali kalau dia sangat suka diberi pujian.
"A-Apanya yang perhatian! S-Sudahlah! Ayo kita pergi temui bibi Daphne, katanya kau ingin pergi menemui Saintess." Dengan malu, Violet berjalan melewatiku menuju ruangan Grand Duchess, tingkahnya yang kekanak-kanakan membuatnya terlihat sangat lucu.
Sehari berlalu sejak pesta kelulusan akademi sihir. Seperti yang dikatakan oleh Violet, Grand Duchess mengajakku bertemu dengan gurunya, Saintess yang terhormat.
"Violet, tunggu aku!"
Kediaman para Saint dan Saintess berada di sebuah kuil suci yang tak jauh dari istana. Ada sekitar 2 orang Saintess dan 3 orang Saint saja yang tersisa di dunia. Kebetulan salah satunya adalah guru Violet, jadi dia juga ikut bersama kami untuk menemui gurunya disana.
Sesampainya kami di depan gerbang masuk menuju kuil suci, aku merasakan energi-energi yang sangat bersih dan nyaman. Terlihat pula banyak sekali pendeta-pendeta muda yang sedang berbincang di sekitar air mancur yang ternyata adalah kolam suci.
Violet turun dari kereta kuda terlebih dahulu karena lokasinya bertemu dengan gurunya berbeda dengan guru Grand Duchess. Grand Duchess pun membawaku ke sebuah tempat yang mirip sekali dengan ruang berdoa, suasananya sangat hangat dan damai.
"Salam guru, aku sudah membawa putriku untuk berjumpa denganmu."
Kulihat kedepan terdapat seorang wanita yang terlihat sangat muda.
Wanita itu sangat cantik dengan balutan pakaian para pendeta berwarna putih, rambutnya panjang terurai berwarna pirang, dan wanita itu terlihat pucat. Tak lama setelah Grand Duchess mengucapkan salam, wanita itu menoleh kearahku dengan warna matanya yang keperakan.
"Ah, Daphne. Dan gadis dalam ramalan."
Grand Duchess mengajakku untuk bertemu dengan wanita yang rupanya seorang Saintess. Aku mengucapkan salam dengan anggun padanya, dan dia tersenyum kearahku. "Aku sudah membaca surat darimu, Daphne. Katakan padaku permasalahan yang ingin kau diskusikan padaku." Mendengar ucapan Saintess, Grand Duchess pun mulai menjelaskan semuanya yang ia ingin diskusikan pada Saintess.
KAMU SEDANG MEMBACA
When an Antagonist becomes Heroine
Fantasy[Complete Fantasy Story #1] Mulanya, Cha Yurim hanya diberi pesan oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjaga buku novel antik kesayangannya. Namun siapa sangka, kalau buku itu akan merubah takdir dan hidupnya. ─── Yurim bukan penggemar karya fantas...