42 | Kebenaran dari sebuah kesalahan

10.1K 1.4K 61
                                    

Setelah berhasil mengirim semua ingatannya pada Elyssa, Ailyn mendorong Elyssa menjauh.

"Bagaimana? Sudah lihat semua? Bukan aku yang membencimu, tapi kau! Kau yang membenciku sehingga hidupku merana karenamu!"

Pupil mata Elyssa bergetar, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"T-Tidak mungkin... Jadi selama ini aku salah? Tidak! Kau pasti memanipulasi ingatanmu kan?!" Elyssa kembali menyerang Ailyn dengan sihirnya.

"Apa maksudmu aku memanipulasi ingatanku sendiri?! Tentu saja tidak!" balas Ailyn.

"Tidak!! Aku tidak mungkin salah!! Kau, kau yang merendahkan aku!!"

Elyssa semakin tak terkendali, selama ini dia bertindak impulsif karena dendam, dan ternyata semuanya hanya salah paham. Tentu saja dia tidak mau mengakuinya begitu saja. Dengan kekuatan penuh, Elyssa memakai sihirnya untuk menghancurkan pedang Ailyn.

"AKU TIDAK SALAH!!"

Dia memberikan serangan sihir yang begitu kuat, serangan itu mengarah kearah Ailyn dengan cepat.

Sebuah ledakan hebat pun tercipta, ledakan yang hampir menghancurkan ruang dimensi milik Elyssa sendiri.

"Kau, kau benar-benar sudah gila!"

Meski tanpa pedang di tangannya, Ailyn menahan serangan Elyssa dengan sihir sucinya.

Di masa lampau, Dewi Serenity menjaga perdamaian menggunakan pedang yang dikenal sebagai Divine Sword. Berbeda dengan Eilaria yang menggunakan sebuah cambuk, Serenity menggunakan pedang sebagai senjata sihirnya.

Dan senjata sihir itu muncul, untuk menangkis serangan penghancur Elyssa. Hanya saja, pedang itu hanya replikaan dari pedang yang asli. Karena pedang yang asli tersegel di markas rahasia Cerrus.

"P-Pedang itu? Ughhh kepalaku!" Saat melihat pedang yang ada ditangan Ailyn, sontak Elyssa meraung kesakitan. Ia merasa sakit tak berujung di kepalanya, seolah sedang ditusuk oleh jarum yang besar.

Ailyn melihat kesempatan itu lalu bersiap untuk menebasnya. Namun saat pedang itu berhasil mengenai Elyssa, tiba-tiba ruang dimensi Elyssa pecah dan Elyssa diselimuti oleh kegelapan.

"A-Apa yang—!"

"Wah-wah, kau bahkan mulai berani menebasnya, Serenity. Apakah ini balas dendam? Tapi maaf saja, dia adalah bidakku yang paling berharga."

Suara yang dikenal oleh Ailyn pun terdengar, suara Dewa Cerrus.

"Cerrus! Beraninya kau! Apa yang sedang kau lakukan?!"

"Aku? Tentu saja aku sedang menyelamatkan bidakku. Dan satu lagi, belum waktunya bagimu untuk bertarung dengannya."

Suara itu hilang bersamaan dengan Elyssa yang menghilang ditelan oleh kegelapan yang menyelimutinya. Tanpa membuang waktu lagi, Ailyn segera menghampiri Permaisuri yang tertidur.

"Yang Mulia Permaisuri!"

Jika dilihat dengan pandangan biasa, Permaisuri memang terlihat seperti sedang tidur, namun sebenarnya dia dalam fase koma. Ailyn memeriksa denyut nadinya, dan terasa sekali denyut nadi sang Permaisuri begitu lemah.

Dengan cepat ia menggunakan sihir healing dan pil penawar racun yang ia ciptakan dari jauh-jauh hari.

Jika bukan karena aku menguping pembicaraan Arion dan mata-matanya. Aku tidak akan pernah tau, kalau Frederick meracuni kedua orang tuanya!

 Aku tidak akan pernah tau, kalau Frederick meracuni kedua orang tuanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang