24 | Raja yang merindukan Ratunya

15.1K 1.8K 51
                                    

*Timeline chapter ini adalah saat Yurim sudah melakukan transmigrasi jiwa

CEDRIC AYHNER POV

"Akhirnya, malam telah tiba. Saat-saat yang kunantikan setelah sekian lama, akhirnya terjadi juga."

Aku dengan antusias bersiap-siap untuk pergi ke acara pesta debutante di Istana. Setelah berkomunikasi dengan Irene dimana titik bertemu kami nanti, aku dengan cepat memakai setelan jas yang sudah kusiapkan sejak lama.

"Baron Verdy dan Count Yuris mengatakan bahwa setelan ini adalah setelan yang akan memikat hati para wanita, berarti aku akan terlihat sangat tampan bukan? Apa dia akan tertarik melihatnya?" ucapku sambil bercermin.

Para pelayan yang bekerja di rumah Cedric terheran-heran saat melihat majikan mereka terlihat berbeda dari biasanya. Memang benar Cedric adalah orang yang sering terlihat bahagia, namun kali ini senyumannya jauh lebih terasa tulus dibandingkan sebelumnya.

"Psstt..! Tuan sedari tadi terlihat bahagia, apa jangan-jangan kita akan kedatangan nyonya muda?" bisik seorang pelayan.

"Sepertinya begitu. Tuan memang orang yang murah senyum, namun senyumannya kali ini terlihat lebih tulus?" balas pelayan lainnya.

"Hey Ivory, apa kita harus menunggu di tempat seperti ini?" Aku dan Ivory saat ini sedang bersembunyi di balik semak-semak, entah darimana bocah itu mendapatkan ide, saat ini kami sedang menunggu kereta kuda keluarga Erchau tiba di Istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey Ivory, apa kita harus menunggu di tempat seperti ini?" Aku dan Ivory saat ini sedang bersembunyi di balik semak-semak, entah darimana bocah itu mendapatkan ide, saat ini kami sedang menunggu kereta kuda keluarga Erchau tiba di Istana. Ya, keluarga Serenity di kehidupan keduanya.

Maksudku kesekian kalinya.

"Tentu saja, kau ingin bertemu dengannya bukan? Dan berhenti memanggilku dengan nama itu!"

"Tapi mengapa harus ditempat seperti ini dasar bocah! Aku sudah berpenampilan tampan seperti ini kau tau!"

"Memangnya kenapa? Kau mau berpakaian penuh dengan taburan berlian pun takkan merubah apapun, kakek tua."

"Astaga, bila para bawahanku melihatku seperti ini, mungkin mereka akan menangis."

"Menangis apanya, lagipula kau kan bukan lagi seorang raja."

Aku menatap Ivory dengan kesal. Memang benar aku bukan lagi seorang raja, tapi apa dia tidak mengerti apa itu loyalitas?

Yahh... Dia kan tidak punya teman, wajar saja dia tidak mengerti.

"Hey bocah, sepertinya keluarga Erchau masih lama untuk tiba. Aku tidak mau membuang waktu dan ketampananku disini, aku akan masuk terlebih dahulu," ucapku.

"Kenapa kau jadi narsis seperti ini? Apa ini efek samping berteman dengan Count Yuris? Terserah kau saja," balas Ivory dengan tatapan meremehkan.

"Yah setidaknya, aku punya teman," ucapku dengan nada penekanan.

Ivory menatapku dengan kesal, akhirnya akan ada hari dimana aku mendapatkan kemenangan atas adu mulut darinya. Setelah berhasil meledek kembali Ivory, aku pun melakukan teleportasi ke salah satu ruangan di istana.

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang