07 | Apakah aku sanggup?

27.7K 3.3K 25
                                    

Setelah menerima memori peristiwa yang bahkan aku tidak tahu kenapa bisa terjadi, aku tidak bisa tidur semalaman karena terus memikirkan rasa dari hukuman penggal itu, hingga Rivette dan para pelayan lainnya mulai masuk kedalam kamarku dan membangunkanku.

"Selamat pagi nona! Sudah waktunya anda bangun dan bersiap memulai hari!" seru Rivette.

Mendengar suara Rivette yang begitu lantang, aku dengan spontan terduduk. Para pelayan yang membantu merapihkan kasurku pun terkejut saat melihat diriku, itu karena lingkaran hitam di bawah mataku telah menjelaskan segalanya. Terutama Rivette, dia sangat syok melihat kondisiku yang sudah seperti pekerja lembur di abad 21.

"Selamat pagi Rivette, apa semuanya sudah bangun?"

"Nona!! Apakah nona tidak tidur semalaman?!"

"Ah? Sepertinya begitu?"

"Kalau begitu, anda harus melakukan perawatan kecantikan terlebih dahulu! Lihatlah kantung mata anda itu!"

"E-Ehh? Tidak per-"

Dengan cepat Rivette meminta para pelayan lain untuk menyiapkan produk-produk kecantikan yang sedang trend di Kekaisaran, sebagian dari mereka juga diperintahkan untuk mengantarkanku ke kamar mandi dan sebagiannya lagi diperintahkan untuk memijat diriku.

Sejujurnya aku masih belum terbiasa dengan hal ini, aku jadi teringat dengan 'guru besar' yang selalu kami sentuh dan raba saat sedang praktik cadaver. Saat ini, aku sama seperti para cadaver itu, bedanya mereka menyentuh dan meraba aku saat aku masih hidup.

Tapi apa yang bisa kulakukan? Mandi sendiri bukanlah hal yang umum dilakukan bangsawan tinggi disini.

"Rivette, aku ingin mandi sendiri."

"Tidak nona, biar kami yang membantu memberikan perawatan untukmu. Nona cukup memejamkan mata, dan merilekskan pikiran."

Astaga... Aku ingin mandi sendiri...

Setelah semua proses kecantikan ini telah selesai, kepala pelayan memanggilku untuk ikut sarapan bersama keluargaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah semua proses kecantikan ini telah selesai, kepala pelayan memanggilku untuk ikut sarapan bersama keluargaku. Aku mengiyakannya dan turun bersama kepala pelayan.

Pijatan yang diberikan Rivette lumayan juga. Tubuhku tidak terasa pegal lagi...

Di belakang, Rivette turut mendampingiku. Kami berjalan menuju ruang makan kediaman Erchau yang lumayan jauh dari kamarku. Selama berjalan, kulihat banyak sekali lukisan klasik di tembok-tembok, benar-benar seperti museum seni.

"Lukisan yang sangat berkelas."

"Entah mengapa, aku merasa setiap makhluk yang berada di lukisan ini hidup dan memperhatikan kita semua," ucapku.

Kepala pelayan terdiam sejenak saat mendengar ucapanku, dia pun menoleh kearahku dan tersenyum kecil.

"Benarkah itu nona? Jika benar begitu, itu akan sangat keren," balas kepala pelayan.

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang