11 | Kisah miliknya, sang Protagonis (2)

18.8K 2.1K 4
                                    

Aku membuka mataku, bangkit dan duduk. Aku melihat sekelilingku dan menyadari bahwa aku sudah berada di kamarku. Tiba-tiba, pintu kamarku dibuka begitu keras dan kulihat ayahku masuk bersama pelayan-pelayannya.

"Elyssa! Beraninya kau mencoba melarikan diri!"

Saat melihat ayah yang berjalan kearahku dan berdiri tepat di depanku, aku dengan refleks mencoba melindungi kepala dan wajahku dari pukulannya.

"M-Maafkan aku ayah!"

Duke Alroux yang melihat putrinya seperti itu pun mulai merasa sedih. Dia pun memeluk Elyssa dan erat.

"Kau itu adalah putriku satu-satunya dan pewaris kediaman ini! Jika kau seperti itu lagi, aku akan benar-benar kehilanganmu!"

Ucapan Duke Alroux tidak berhasil meluluhkan hati Elyssa. Namun tiba-tiba, Elyssa teringat ucapan Ailyn saat sedang mengobrol dengan Leon. Hati Elyssa begitu sakit mendengar perkataan seperti itu, dengan pelan Elyssa pun membalas ucapan sang ayah.

"Maafkan aku juga ayah, maaf karena aku terus menjadi anak yang membangkang."

Duke Alroux yang mendengar perkataan putrinya itu pun langsung tercengang. Tidak pernah sekali pun Elyssa mengiyakan perkataannya dan meminta maaf.

"Apa kamu masih ingin melawan ucapanku, Elyssa?" Duke Alroux bertanya pada putrinya dengan penuh harapan. Diliputi rasa kecewa dan pasrah yang begitu mendalam, Elyssa menggelengkam kepalanya begitu saja. Seolah jiwanya telah mati, tidak ada yang ingin dia perjuangkan lagi, termasuk Ailyn.

"Tapi ayah, kumohon untuk terakhir kali ini saja. Izinkan aku bertemu dengan Ailyn," pinta Elyssa.

Merasa bahwa ini adalah yang terakhir kalinya, Duke Alroux pun mengizinkannya.

Setelah mengunjungi Elyssa, Duke Alroux pun pergi meninggalkan putrinya itu. Seperti biasa, hanya ada kamar yang sangat besar dan Elyssa di dalamnya. Elyssa kembali mengingat perkataan Ailyn dan terus-menerus memikirkannya.

"Aku tidak ingin dikasihani! Aku harus menjadi lebih hebat! Besok adalah hari dimana aku akan mengakhiri pertemanan kami!"

Benih-benih kebencian muncul dalam hati Elyssa. Perasaan iri, benci dan dengki semakin terasa kuat dalam hati. Elyssa mencoba memikirkan banyak cara dan berniat untuk belajar sihir lebih giat agar dapat masuk ke akademi sihir. Dia mulai memikirkan ambisinya untuk kedepan. Apa yang harus ia lakukan dan apa yang harus ia korbankan.

Hari ini. Malam ini. Gadis polos dan lugu itu telah mati. Yang tersisa hanyalah seorang gadis yang baru. Yang tumbuh dari kekecewaan dan hilangnya sebuah kepercayaan. Menjadi sasaran terbaik bagi seorang iblis, untuk mengincarnya.

Keesokan paginya, pelayan kediaman Alroux memberikan surat untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan paginya, pelayan kediaman Alroux memberikan surat untukku. Surat itu ditulis dengan nama anonim, namun aku tau siapa yang mengirimkannya.

Ely, apa kau baik-baik saja? Sejak kemarin, aku tidak melihatmu datang ke rumahku. Aku terus menunggumu di taman, aku rindu denganmu! Apa kau ketahuan oleh ayahmu? Apa perlu aku bilang pada kakak untuk membawamu kemari? Atau, kau sedang sakit? Jika kau baik-baik saja tolong kirim pesan padaku! Aku ingin bermain petak umpet lagi bersamamu!

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang