Sambil menahan rasa sakit dengan tubuh yang perlahan semakin melemah. Dengan susah payah, Rose melompat dari atas jendela kamar Arion lalu bergegas keluar dari area mansion. Ia berjalan sambil tertatih-tatih, terlebih efek racun itu membuat jantungnya berdetak sangat kencang.
"Pria brengsek... Kalau semua racunnya telah berhasil dihilangkan, akan kupatahkan lehermu!"
Kota telah sepi karena malam semakin larut, dan bulan pun tak terlihat karena tertutup oleh awan. Rose mengetuk pintu rumah dengan perlahan, lalu membukanya. Bruce yang menunggu kembalinya Rose dari misi, melihat kondisi Rose yang terlihat begitu kelelahan. Dia membantu Rose berdiri lalu memapahnya menuju kamarnya di lantai 2.
"Apa yang terjadi? Apa kau diserang?" tanya Bruce dengan khawatir.
"Tidak apa-apa... Aku hanya ceroboh sampai terkena batang pohon saat kabur," jawab Rose.
Tentu saja Bruce tidak percaya dengan ucapan Rose, namun ia memilih untuk tidak bertanya apapun lagi dan membiarkan Rose untuk beristirahat. Bruce pun keluar dari kamar milik Rose setelah melihat Rose telah merebahkan tubuhnya.
Melihat Bruce telah pergi, Rose melepaskan semua pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalam saja. Ia berjalan kearah cermin panjang miliknya, lalu memeriksa seluruh tubuhnya.
Terlihat ditubuhnya beberapa luka memar yang besar, terutama dibagian bahu. Memar itu disebabkan oleh serangan Arion saat ia dilempar ke kursi. Teringat dalam benak Rose saat-saat Arion hendak memenggal kepalanya dengan pedang.
Mendengar berita tentang adiknya, dia langsung murka seperti itu...
Karena efek racun yang perlahan semakin menyebar dan menyerang organ dalam Rose, jantung Rose mulai berdetak tak terkendali lagi. Ia jatuh tersungkur sambil menahan rasa sakit di dadanya. Rose menatap cermin dihadapannya lalu membayangkan wajah Arion saat hendak membunuhnya. Tatapannya menjadi sangat menusuk, seolah siap membunuh siapapun yang membalas tatapan miliknya.
Kemarin, aku akhirnya pulang dengan membawa kuda baru yang Caius belikan untukku. Kebetulan kami bertemu dengan Grand Duchess dan Leon di taman depan. Mereka terkejut saat aku menunggangi Morgan menuju kandang kuda.
Seperti yang dibayangkan oleh Caius, Grand Duchess dan Leon tidak setuju pada awalnya, mereka berdua pun memarahi Caius habis-habisan. Tapi aku tidak diam saja, aku membela Caius dan mengatakan bahwa itu adalah keinginanku. Aku mengatakan pada mereka bahwa aku ingin berlatih berkuda, memanah dan pedang. Leon begitu syok saat mendengar ucapanku, berbeda dengan Grand Duchess yang ternyata mengerti keseriusanku.
Setelah memarahi Leon karena dia bersikap kasar pada Caius, aku pun menarik Caius pergi kedalam mansion. Kebetulan aku juga ingin meminta Caius untuk melatihku berkuda, memanah dan berpedang. Paling tidak, sampai Grand Duke dan Arion kembali dari Lambert.
Dan hari ini, adalah hari pertamaku berlatih dengan Caius. Latihan pertama adalah latihan berpedang. Kupikir aku akan langsung berlatih ke intinya, tapi ternyata tidak. Caius mengatakan padaku untuk berlatih mengayun menggunakan pedang kayu terlebih dahulu, dia memintaku untuk mengayunkan pedang kayu sebanyak 100 kali setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When an Antagonist becomes Heroine
Fantasy[Complete Fantasy Story #1] Mulanya, Cha Yurim hanya diberi pesan oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjaga buku novel antik kesayangannya. Namun siapa sangka, kalau buku itu akan merubah takdir dan hidupnya. ─── Yurim bukan penggemar karya fantas...