[Complete Fantasy Story #1]
Mulanya, Cha Yurim hanya diberi pesan oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjaga buku novel antik kesayangannya. Namun siapa sangka, kalau buku itu akan merubah takdir dan hidupnya.
───
Yurim bukan penggemar karya fantas...
"Tapi mereka terlalu banyak!" Aku mencoba untuk menghentikan kenekatan dirinya itu, namun tidak berhasil. Cedric melirik kearahku sambil tersenyum, entah kenapa saat aku melihat senyuman itu, aku tak merasa khawatir sedikit pun.
Cedric dengan cepat menyerang para assassin itu, serangannya sangat kuat dan akurat. Membuat para assassin itu kewalahan dan terpojok. Karena itulah, Cedric dengan mudah menjatuhkan mental mereka.
"Siapa lagi kau! Jangan ikut campur dengan urusan kami!"
"Urusan kami? Kalau kau menyentuhnya, sama saja kau berurusan denganku."
Cedric mengeluarkan pancaran energi sihir berwarna ungu dari tangannya. Aura sihir itu begitu kuat dan terasa menakutkan. Tak butuh waktu lama bagi Cedric untuk menghabisi para pembunuh yang diduga kiriman Philippe ini. Sebagian besar dari mereka telah habis terbantai oleh Cedric.
"Baiklah, semuanya sudah kutangani nona!" Cedric dengan semangat menoleh kearahku lalu melemparkan salah satu assassin yang tak sadarkan diri ke hadapanku. Saat aku melihatnya menghampiriku, auranya terasa berbeda. Terasa familiar, berbeda saat kami bertemu pertama kali di Istana.
"Bagaimana? Aku kuat kan?"
Aku melirik kearah tangannya, dan melihat tangannya terluka akibat terkena serangan musuh. Dengan cepat aku menarik tangannya lalu mengeluarkan kotak penyelamat buatanku sendiri.
"Tanganmu terluka! Kemarilah biar ku obati!" ucapku dengan panik.
Cedric yang melihat reaksi Ailyn pun terkekeh dibuatnya, ia merasa sikap Ailyn menjadi sangat imut saat khawatir padanya, "Apa kau khawatir padaku nona?" tanyanya.
Ngomong apa sih kau? Aku ini mahasiswi kedokteran! Melihat orang terluka tentu saja membuatku khawatir, itu merupakan sifat dasar seorang dokter tahu!
"Tentu saja aku khawatir, kau terluka seperti ini saat membantuku."
Dengan fokus, aku mencoba membalut luka Cedric dengan baik. Aku membalurinya dengan sedikit obat yang kubawa untuk berjaga-jaga. Setelah selesai, aku menoleh keatas dan kulihat Cedric yang menatapku sambil tersenyum.
"K-Kenapa tersenyum?!" Cedric tertawa kecil melihatku, dia pun mengusap kepalaku dengan lembut. Membuat debaran di dadaku tak terkendali.
"Syukurlah, aku tak terlambat untuk menyelamatkanmu," gumam Cedric.
Karena kupikir, aku akan terlambat untuk menyelamatkanmu lagi...
Kutatap mata Cedric yang berkilau itu. Mata kami bertemu, dan kami saling bertatapan. Namun dengan cepat aku memalingkan wajahku.
"Ah, kalau begitu terima kasih atas bantuannya! Aku pergi dulu!" ucapku dengan malu.
Aku berlari meninggalkan Cedric dan dia hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya. Aku tak mengerti mengapa dia seperti itu, namun satu hal yang aku tahu. Dadaku berdebar cukup kencang saat ini, terlebih saat mengingat senyumannya yang hangat itu. Aku seolah tersihir dalam pesonanya.
Sial, inilah mengapa pria tampan itu berbahaya.
Cedric yang melihat Ailyn telah berlari menjauh pun hanya bisa menghela nafas. Dia menatap perban ditangannya, dan menciumnya.
"Syukurlah, semua berjalan baik-baik saja."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.