40 | Kisah miliknya, sang Antagonis (2)

8.2K 1.3K 6
                                    

*Chapter ini adalah kilas balik ingatan dari Yurim (Ailyn) yang sebelumnya (sebelum transmigrasi jiwa).

*Chapter ini adalah kilas balik ingatan dari Yurim (Ailyn) yang sebelumnya (sebelum transmigrasi jiwa)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tetap menunggunya, meski hari telah berganti. Aku akan terus menunggunya.

Aku sudah mengirimkannya sebuah surat pagi ini, bahkan aku meminta kak Caius yang mengirimkannya secara langsung agar surat itu cepat tiba di tangan Elyssa. Aku terus menunggu dan menunggu, akankah Elyssa datang atau membalas suratku? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dalam benakku.

"Nona, ayo kita sarapan dulu sebentar. Saya yakin Lady Elyssa sedang dalam perjalanan kemari, suratnya kan sudah diterima langsung, tidak mungkin Lady Elyssa tidak menerimanya," ucap bibi Greta menghibur.

"Baiklah bibi," balasku dengan malas.

Aku berjalan menuju ruang makan dengan lesu, kulihat ketiga kakakku tengah sarapan diatas meja makan, sedangkan ayah dan ibu sedang ada urusan mendadak di ruang kerjanya masing-masing.

"Lyly? Kemarilah, kita sarapan bersama. Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kau terlihat sedih?" ucap Leon sembari membantuku naik keatas kursi.

Caius melihat wajah sedihku pun ikut merasa sedih. Berulang kali ia menawarkan makanannya padaku namun aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Sudahlah, tidak perlu bersikap seperti itu. Dia itu seorang pewaris tunggal dari Duke Alroux, urusannya banyak, jadi kau harus mengerti dia," ucap Arion.

Aku menatap Arion lalu menundukan kepalaku, meski aku tidak mengerti apa yang dia katakan, yang pasti Elyssa memang orang yang sangat cerdas dan sibuk. Jadi aku hanya bisa menganggukkan kepalaku, karena ucapan kakak tertuaku itu benar adanya.

"Hey, apa perkataanmu itu pantas untuk menghibur Lyly?!" balas Caius.

"Lalu? Kau sudah menghiburnya seperti apa? Jangan kau beri anak kecil harapan palsu, adikku tidak boleh tertipu omong kosong seperti itu," celetuk Arion.

Arion pun merapihkan pakaiannya lalu pergi meninggalkan ruang makan. Sebelum pergi, ia sempat memberiku sekantung permen lalu aku mencium kedua pipinya sebagai imbalan Hal itu tentu saja membuat Caius kesal, terlebih Leon.

"Nona Ailyn, sepertinya diluar ada kereta kuda dari kediaman Alroux."

"Benarkah?!"

Tanpa ragu lagi, aku berlari keluar menuju gerbang utama. Kulihat Elyssa berjalan masuk dengan anggun. Dibanding sebelumnya, dia mengenakan gaun yang sangat cantik, sangat berbeda dari sebelumnya.

"Ely!" Aku berlari kearah Elyssa lalu memeluknya dengan erat. Biasanya bila aku memeluknya, dia akan membalas pelukanku, namun kali ini dia mendorongku perlahan. Aku menatap wajahnya, terlihat ekspresinya yang datar itu, membuatku merasa kalau Elyssa menjadi sedikit berbeda.

Apa yang terjadi padanya...

Tanpa membuang waktu lagi, dengan cepat aku menarik Elyssa menuju taman. "Kemarin kenapa kamu tidak datang? Dan kenapa kamu tak membalas suratku?" tanyaku.

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang