41 | Kisah miliknya, sang Antagonis (3)

8.2K 1.2K 20
                                    

*Chapter ini adalah kilas balik ingatan dari Yurim (Ailyn) yang sebelumnya (sebelum transmigrasi jiwa).

2 bulan berlalu sejak sihir Ailyn diserap oleh Elyssa dan dia mengalami kekacauan sihir. Ailyn mengalami fenomena dimana sebagian besar sihirnya menghilang tanpa jejak, para magician yang datang untuk memeriksanya pun angkat tangan mengenai hal ini, dan mereka semua mengatakan kalau Ailyn tidak akan bisa menggunakan sihirnya lagi.

Semua orang di kediaman Erchau begitu syok mendengarnya, alih-alih membenci Ailyn karena menjadi seorang tak berguna, justru mereka lebih menguatkan kasih sayangnya pada Ailyn. Terutama Caius, karena dia merasa karena dia tidak menolong Ailyn, apa yang terjadi pada Ailyn saat itu adalah kesalahan dirinya.

Setelah para magician itu mengatakan kalau aku tak bisa menggunakan sihir, aku merasa hidupku makin terasa kosong, aku juga merasa hidupku telah hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah para magician itu mengatakan kalau aku tak bisa menggunakan sihir, aku merasa hidupku makin terasa kosong, aku juga merasa hidupku telah hilang.

Ayah dan Ibu mencoba untuk mengembalikan sihirku namun itu semua tak berguna. Aku selalu dibayang-bayangi perasaan takut akan ditinggalkan karena ketidakmampuan diriku, namun Caius selalu ada untuk menghiburku.

Perlahan aku mulai mengingat beberapa kenangan dan beberapa orang, yang pertama kali kuingat lagi adalah Elyssa. Aku selalu bertanya kemana dia, bagaimana kabarnya, apa dia menjenguk atau tidak. Saat Arion mengatakan kalau Elyssa tidak pernah menjenguk, dan hanya mengirimkan surat, aku merasa sangat kecewa.

Kubaca isi surat yang dikirim oleh Elyssa satu persatu, hanya surat-surat sederhana yang sebagian besar menceritakan kesibukannya. Setelah aku tahu Elyssa tidak pernah lagi datang, aku merasa semakin hampa dan kosong.

"Aku ingin berjalan-jalan ke pusat kota," pintaku pada Grand Duke dan Grand Duchess.

"Kamu mau pergi kemana putriku? Bukankah sangat berbahaya untukmu keluar dengan kondisi seperti ini?" balas Grand Duchess dengan khawatir.

Aku tetap bersikeras ingin keluar. Aku ingin mengingat beberapa tempat di ibukota dan aku ingin meringkan pikiranku sejenak. Dengan berbagai pertimbangan dalam benak mereka, akhirnya Grand Duchess dan Grand Duke menyetujui permintaanku, dengan syarat aku harus membawa pengawal.

Aku mengangguk senang, dengan cepat aku mempersiapkan diriku dengan sederhana lalu bergegas pergi. Ketiga kakakku tengah sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga aku dapat lebih leluasa untuk bermain.

Kereta kuda pun berjalan, membawaku berkeliling Ibukota Kekaisaran yang ramai ini, aku meminta pengawalku untuk berhenti sejenak saat aku melihat salah satu restoran yang sering dikunjungi oleh para bangsawan.

"Nona, di depan ada restoran terkenal, Chere. Apa anda mau mampir sebentar? Biasanya anda sangat senang bila diajak makan siang disana bersama para tuan muda," ucap salah seorang pengawal.

Aku melirik sedikit keluar, terlihat sebuah restoran mewah berwarna putih tak jauh dari kereta kudaku berhenti. Aku mengingat tempat ini, Arion sering mengajakku makan siang disini. Hal itu membuatku semakin ingin mengingat kenangan yang pudar dari ingatanku.

When an Antagonist becomes HeroineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang