Seminggu telah berlalu, Arion dan Grand Duke sedang dalam perjalanan kembali menuju Traust. Dalam tujuh hari ini aku sudah melakukan banyak hal dan memforsir tubuh Ailyn habis-habisan. Meski tak sekuat tubuh asliku, namun staminanya cukup untuk bertahan hidup.
Aku juga melatih kemampuan sihirku perlahan-lahan selama tujuh hari yang tersisa. Dan kini aku bisa menggunakan sihir penguat dan peringan diri sesukaku. Meski hanya sebuah sihir biasa, setidaknya aku bisa memperkuat ilmu beladiri ku dengan sihir yang kupelajari habis-habisan selama seminggu.
Sambil menunggu Arion dan Grand Duke kembali, aku kembali melatih kecepatanku dalam menggunakan pedang kayu bersama Caius.
"Apa kau yakin Lyly?" tanya Caius dengan ekspresi khawatir.
"Ya, aku yakin!" jawabku bersemangat.
Kami berdua pun akhirnya bersiap untuk melakukan latihan bersama. Caius memintaku untuk mengerahkan seluruh kemampuanku padanya, memang terkesan sombong, namun kemampuan Caius, sama besarnya dengan ucapannya.
Takkk!!! Takkk!!!
Aku menyerangnya dengan segenap kekuatanku, bahkan kecepatan yang ku keluarkan lebih cepat daripada sebuah senapan. Namun Caius, berhasil menahan seranganku begitu mudahnya.
"Ayo Lyly, ini masih belum cukup!" seru Caius.
"Baiklah!"
Aku mulai menyerang Caius bertubi-tubi, bahkan aku mengalirkan energi sihirku ke pedang kayu agar menghasilkan serangan 3 kali lipat dari normalnya. Tapi tetap saja, Caius dapat menahan sedikit seranganku bahkan saat serangan yang terakhir.
"Bagaimana? Apa seranganku cukup kuat?" tanyaku dengan nafas terengah-engah.
Kepulan asap yang tercipta karena serangan terakhirku, menutupi tubuh Caius. Aku sungguh penasaran dengan reaksinya.
"Memang tidak cukup kuat untukku, namun seranganmu itu cukup untuk mengalahkan 50 orang biasa. Ternyata Lyly sangat kuat ya!" Caius tersenyum biasa, bahkan saat terkena serangan terkuatku pun dia hanya tersenyum.
Bang**t, seberapa kuat dia?!
"Sekarang giliran kakak, kakak menyerangku dan aku akan menahan serangan kakak!" ucapku.
"Tidak mau! Itu akan sangat berbahaya, aku tidak mau melukaimu!" balas Caius.
Aku terus memohon dan memohon, namun Caius tetap menolaknya. Akhirnya dengan terpaksa, aku menggunakan taktik cemberut untuk meluluhkan hatinya.
Sesuai dugaanku, Caius pun setuju dan mengatakan padaku bahwa dia hanya menggunakan sepuluh persen dari kekuatannya.
Caius menghitung mundur waktu sebelum ia mengeluarkan serangan pertama. Dia benar-benar tidak ingin melukai Ailyn, namun nampaknya Ailyn benar-benar serius ingin melihat serangannya. Caius pun memejamkan matanya, dan merapalkan sebuah mantra.
Votrux...
Energi sihir berwarna oranye keluar dari tubuhnya, terasa kuat namun ringan. Ailyn yang melihat Caius sudah bersiap untuk menyerang, mulai mengokohkan kuda-kudanya dan memfokuskan pikirannya.
Vite!
Saat Caius membuka matanya, serangan kilat muncul hingga sebuah kepulan asap menyelimuti kakak beradik Erchau ini.
"Wah, Lyly keren sekali dapat menahan serangan kilat milikku ini."
"Tentu saja, serangan seperti ini masih bisa kutangani."
"Benarkah? Kalau serangan seperti ini?"
Karena tertutup oleh kepulan asap, Ailyn tidak dapat memastikan dengan pasti posisi dari Caius yang menghilang. Ailyn mencoba untuk menenangkan kembali pikirannya dan mempertahankan kuda-kudanya. Tak disangka, Caius akan melakukan serangan bayangan bertubi-tubi yang membuat Ailyn kewalahan. Jika bukan karena instingnya sebagai seorang atlet beladiri, mungkin serangan Caius akan mengenainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When an Antagonist becomes Heroine
Fantasía[Complete Fantasy Story #1] Mulanya, Cha Yurim hanya diberi pesan oleh Seo Yeonhwa, sahabatnya. Untuk menjaga buku novel antik kesayangannya. Namun siapa sangka, kalau buku itu akan merubah takdir dan hidupnya. ─── Yurim bukan penggemar karya fantas...